Umat Yang Berpengharapan
Daftar isi:
Teks: Yeremia 29:11
Pendahuluan
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus2:9)
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).
Ilustrasi:
Kisah pengalaman menyedihkan dari seorang anak di Somalia. Ayah dan ibunya, serta saudara-saudaranya telah meninggal dibantai dalam suatu perang suku yang mengerikan.
Ia sendiri yang hidup diantara tumpukan mayat. Seorang missionari telah menemukannya dan memelihara serta menyekolahkannya menjadi seorang Pengabar Injil yang sukses dan diberkati Tuhan.
Banyak kesusahan yang terjadi bila kita membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi!
Perang, konflik rasial, kelaparan, hal tidak bermoral, gempa bumi, wabah penyakit, tragedi yang memilukan hati adalah berita yang biasa.
Merasa tidak ada harapan
Beberapa dari kita kadang-kadang dikuasai oleh perasaan tidak ada harapan. Banyak orang merasa seolah dikuasai oleh keputusasaan atau terperangkap didalam lautan ketidak berpengharapan, tanpa jalan keluar.
Keadaan serta situasi tampaknya tidak ada harapan. Namun kita tahu bahwa Allah tidak menginginkan kita hidup seolah bahwa diri kita sendirilah satu-satunya harapan kita.
Pengharapan kita haruslah di dalam Allah, dan hanya pada Allah sendiri. God is Our Hope!
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” Yeremia 17:7.
Suatu titik balik menuju pertumbuhan rohani adalah belajar menyerahkan beban kita kepada Allah, sebelum kita tertekan olehnya.
Allah selalu siap dan sedia mendengarkan serta menaggapi seruan minta tolong kita. Hanya di dalam Dialah kita dapat menemukan pengharapan yang sejati.
Pengharapan adalah faktor yang sangat vital dalam kehidupan kita!
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki pengharapan dan tidak ingin hidup, akan meninggal dalam 18 bulan. Ketika anda sangat sakit, anda membutuhkan harapan!
• Ilustrasi Percobaan dalam Ilmu Prilaku.
Tikus-tikus dimasukkan dalam tangki yang penuh dengan air. Berapa lamakah mereka dapat bertahan sebelum tenggelam?
Waktu rata-rata – 17 menit. Tikus-tikus “diselamatkan” sebelum tenggelam. Tikus-tikus dikeringkan, dikembalikan ke kandang, diberi makan, dan dibiarkan bermain.
Tikus-tikus itu dijadikan subyek eksperimen untuk ditenggelamkan kembali. Dan apa yang terjadi?
Waktu bertahan meningkat! Dari 17 menit menjadi 36 jam! Apa penyebab perbedaan ini? HARAPAN!
Mereka percaya tikut-tikus ini dapat bertahan karena mereka memiliki “pengalaman” diselamatkan, sehingga mempunyai pengharapan.
• Ilustrasi Penderita Penyakit Jantung
Perlu Memiliki Pengharapan. Pusat Kesehatan Hitchock: Kecepatan pemulihan dari 232 pasien bedah jantung tergantung dari pengharapan dan kekuatan agama mereka.
Mereka tidak memiliki iman dan pengharapan keagamaan mempunyai tiga kali lipat resiko untuk meninggal.
Pengharapan menyebabkan sel syaraf pusat dapat memproduksi lebih banyak neurotransmitters. Produksi serotonin yang lebih banyak (menyokong proses pertempuran tubuh).
T sel (bertanggung jawab untuk pengaturan respons dari kekebalan tubuh) menjadi lebih kuat!
Ahli jantung Dr. Mc Nair Wilson – Doctor’s Progress: “Pengharapan adalah suatu pengobatan yang saya gunakan lebih dari yang lainnya – pengharapan dapat menyembuhkan hampir segalanya.”
Dr. Harold Wolff: “Pengharapan seperti iman, dan memiliki tujuan hidup adalah suatu pengobatan.
Hal ini bukanlah suatu pernyataan kepercayaan, namun merupakan suatu kesimpulan yang dibuktikan oleh percobaan ilmiah menggunakan control secara teliti.”
Dapatkah kita memiliki pengharapan di dalam dunia yang penuh dosa ini?
Dapatkah kita membayangkan betapa tidak ada harapannya ketiga pria Ibrani itu, ketika mereka dilempar dalam tungku yang menyala-nyala itu?
“Tetapi jika kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu, kamu akan dicampakkan seketika itu juga kedalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?”
Daniel 3:15. Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku dan tidak akan menyembah patung emas itu. Allah juga akan memberi kita alasan untuk memiliki pengharapan.
Pengharapan Daud
Daud sering mengalami keadaan tidak ada harapan, namun ia mengatakan kepada Tuhan, “Aku yang meratap telah Kau ubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kau buka, pinggangku Kau ikat dengan sukacita.”
Mazmur 30:12. “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” Mazmur 50:15, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu, berbahagialah orang yang berlindung kepada-Nya. Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!”
Mazmur 34:9, 10. “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti… sebab Tuhan mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya.” Mazmur 37:25, 28.
Kita membutuhkan pengharapan yang benar-benar kokoh.
Karena tak seorangpun dapat hidup tanpa pengharapan. Allah adalah Allah pengharapan; Ia memberi kita pengharapan yang kokoh selamanya. Dan pengharapan memenuhi kita dengan sukacita! Kuasa Allah itu tiada batasnya.
Allah-lah yang mengendalikan segalanya ketika kita menyerahkan diri kepada-Nya. Kasih serta kekuatan-Nya jauh lebih berkuasa ketimbang keadaan atau situasi apapun yang kita hadapi.
Kita perlu mendapatkan ketenangan di dalam fakta tersebut dan menyadari bahwa Allah tidaklah melupakan kita umat-Nya. Semua orang dimanapun pasti pernah merasa tidak ada harapan.
Daud berkata: “Habis jiwaku merindukan keselamatan dari pada-Mu, aku berharap kepada firman-Mu. Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: “Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?” Mazmur 119:81, 82.
Pada kesempatan lain Daud berkata pada diri sendiri: “Mengapa engkau tertekun hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allah-ku.” Mazmur 42:6.
Suatu kali, ketika Daud sungguh merasa kuat di dalam Tuhan, ia memberikan nasehat, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada Tuhan!” Mazmur 31:25.
Pengharapan pada Yesus
Ketika memiliki pengharapan oleh karena telah menaruh kepercayaan kepada Tuhan Yesus. Kita dapat belajar bersikap penuh harap karenaNya. Allah mungkin saja diam, namun Ia tidaklah berdiam diri. Oleh karenanya, biarlah saat menantikan ini menjadi tempat beristirahat. Salah satu hal yang membantu di saat-saat menantikan adalah mengingat kembali janji-janji yang telah diberikan Allah di masa lalu.
Ilustrasi:
Kisah seorang anak dan lilin pengharapan yang masih menyala serta 3 lilin yang padam. Selama lilin pengharapan masih menyala, maka kita dapat menyalahkan lilin lainnya yang telah padam, yaitu lilin iman, lilin kasih dan kebahagiaan.
Marilah kita kobarkan kembali secercah harapan yang telah ditanamkan-Nya di dalam hati kita.
“Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” Matius 12:21
“Janganlah gelisah hatimu percayalah akan Allah, percayalah juga kepadaKu”.
Pengharapan akan berkobar kembali ketika kita mencari Tuhan dan mengagumi-Nya dengan segenap hati. Marilah dengan tulus kita memuji Tuhan seperti sang Pemazmur memuji Dia.
Sang Pemazmur ingat untuk berpaling kepada Allah pada saat tertekan jiwanya; Ia berkata: “Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia.” Mazmur 130:7.
Dimana pengharapan menguat, perasaan takut melemah. Dimana pengharapan membebaskan perasaan takut memenjarakan.
Dimana pengharapan memberdayakan, perasaan takut melumpuhkan.
Dimana pengharapan membesarkan hati, perasaan takut mengecilkan hati.
Dimana pengharapan bersukacita di dalam Allahnya, perasaan takut memenuhi hati dengan keputusasaan.
Pengalaman Israel
Dalam perjalanan umat Israel dari tanah Mesir menuju tanah Perjanjian, sering mereka membiarkan perasaan takut itu menggantikan pengharapan mereka, sehingga menjadi kecil hati dan ciut.
Mereka bertanya-tanya, apa yang akan terjadi atau apa yang sedang menanti di depan mereka.
Pada suatu ketika dalam perjalan itu Musa berkata untuk menguatkan pengharapan mereka: “Janganlah takut dan janganlah patah hati.” Ulangan 1:21.
Sama seperti halnya Allah adalah Allah mereka, Ia juga Allah kita. Sama seperti halnya Ia peduli kepada mereka, Allah juga peduli kepada kita.
“Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, Aku memimpin engkau di jalan yang lurus. Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung.” Amsal 4:11, 12.
Hidup ini tidaklah selalu berjalan sebagaimana mestinya. Namun tantangan kita bukanlah untuk membiarkan keadaan-keadaan menetapkan batasan-batasan yang tampaknya menghalangi doa-doa kita serta menihilkan upaya-upaya kita untuk terus memiliki pengharapan dan roh yang memuji Tuhan.
Allah menginginkan pujian dan ucapan syukur kita, terlepas dari keadaan-keadaan kita. Pujian membantu untuk tetap hidup dalam pengharapan dan membebaskan kita dari ketakutan.
Terlepas dari seberapa gelap pun malam itu, matahari pasti akan bersinar lagi. Allah tidak akan pernah membiarkan anak-anakNya.
Pengharapan Abraham
Abraham telah membuktikan hal itu ketika imannya diuji. Rasul Paulus mengatakan, “Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya.” Roma 4:18.
Seperti Abraham percaya dan berharap ketika tidak ada alasan yang masuk akal untuk berharap, marilah kita juga percaya ketika segalanya tampak tidak mendukung.
Marilah kita belajar untuk tetap memandang kepada Allah dengan penuh harap, dan menjaga agar pengharapan kita berpusat kepada-Nya!
Bersama-sama sang pemazmur kita dapat mengatakan: “Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan. Dialah penolong kita dan perisai kita!” Mazmur 33:20.
“Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, jangan takut dan jangan gemetar … sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” Ulangan 31:6.
Petrus menulis kepada mereka yang hampir kehilangan pengharapan:
“Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu.” 1 Petrus 5:10.
Kita mungkin mengalami masa-masa serta keadaan-keadaan yang menakutkan, namun Allah akan memulihkan kita dan menguatkan kita untuk hidup dengan penuh pengharapan!
Menyerahkan ketakuan, pengharapan, dan impian kita kepada Allah, akan membantu kita untuk belajar mempercayai-Nya.
Allah tidaklah pernah terlalu sibuk untuk mendengarkan dan menjawab seruan kita. Allah mengasihi kita umat-Nya! Kasih-Nya melampaui kemampuan kita untuk memahaminya.
“Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak sorai.” Zefanya 3:17.
Allah itu lebih besar dari pada segala ketakutan kita. Ia rindu menghibur dan meyakinkan kita akan kehadiran-Nya yang tetap. Ada kedamaian di dalam kehadiran-Nya. Ia mengasihi kita dan merencanakan hal-hal yang terbaik bagi umat-Nya!.
Ilustrasi:
David telah yatim piatu di usia 14 tahun, menjalani hidup yang keras, ia menderita serebral palsy, sulit berbicara, berjalan pincang, tangannya selalu gemetar; dan dicemooh anak-anak lain.
Namun Allah mengirim seberkas cahaya kedalam jiwa yang sedih dan kesepian ini, David menemukan Yesus, ia mengenal kasih-Nya dan menyadari bahwa dirinya berharga bagi Yesus. Hidupnya berubah, hidup penuh harapan.
Lulus kuliah, ia segera memenuhi panggilan Ilahi, menjadi seorang penginjil yang sukses. Ia telah berbicara di lebih dari 6000 gereja dan televisi nasional.
Tiap tahun ia menerima lebih kurang 400 undangan gereja. Ia suka bersaksi: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4:13.
Marilah kita berpegang teguh pada janji-janji-Nya untuk hidup senantiasa dalam pengharapan! Amin.