Pastordepan Media Ministry
Beranda Seri Kitab Ayub Teologi Elifas: Ayub Menderita Karena Dia Bukan Orang Benar

Teologi Elifas: Ayub Menderita Karena Dia Bukan Orang Benar

Setelah berargumen tentang apa yang telah dilihat atau diamati Elifas, sekarang dia bergerak ke pada argument yang lebih jauh. Penglihatan.

Dia mengaku mendapat bisikan dan khayal tentang apa yang dialami Ayub..

“Suatu perkataan telah disampaikan kepadaku dengan diam-diam dan telingaku menangkap bisikannya, waktu bermenung oleh sebab khayal malam, ketika tidur nyenyak menghinggapi orang.” (12-13)

Dalam argument ini, Elifas menegaskan bahwa orang jahat akan menerima hukuman atas kejahatan mereka. Dan ia telah menerima wahyu dari alam ilahi tentang hal tersebut.

Jadi pesan itu datang dari luar dirinya. Bukan dari dirinya sendiri. Dia terima pada malam hari waktu dia tertidur. Kemudian dia menggambarkan pengalamannya ketika dapat khayal tersebut..

Suasana luar biasa dari penglihatan itu membuat Elifas merinding. Embusan angin menyapu wajahnya, menyebabkan kulitnya merinding.

Dia tahu bahwa ada roh (ruah}) yang hadir. Di sini ada permainan kata Ibrani ruah, yang berarti “roh” dan “angin”.

Roh itu mewujudkan kehadirannya dalam hembusan angin. Roh itu melayang (halap) melewati wajah Elifas, lalu berhenti.

Dalam bayang-bayang malam, suatu bentuk terlihat oleh mata Elifas, meskipun samar-samar; ia tidak dapat mengenali penampakannya. Dalam bahasa ibrani, ‘temuna’

Itu berarti “suatu kemiripan, suatu representasi, suatu bentuk,” dan ini digunakan dengan istilah “berhala”

“..rupanya tidak dapat kukenal. Suatu sosok ada di depan mataku, suara berbisik-bisik kudengar..” (16)

Seteah mendapat penglihatan, kemudian Elifas membuat pernyataan bahwa tidak ada manusia, termasuk Ayub, yang dapat dianggap benar jika dibandingkan standar kebenaran Allah sendiri.

“Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya?” (17)

Dengan alasan ini, Elifas sebenarnya menghapuskan perbedaan yang dibuat dalam literatur hikmat antara orang bijak, yang benar, dan orang bodoh, yang jahat (Mzm. 1)..

Untuk membenarkan penilaiannya terhadap Ayub sebagai orang yang bersalah, Elifas melukiskannya dengan kuas yang terlalu lebar, dan dengan demikian ia menyiratkan bahwa semua manusia tidak mempunyai harapan di hadapan Allah.

Nah, sampai disini kita melihat hikmat Elifas sangat terbatas. Karena dia tidak memahami bahwa Tuhan memuji Ayub atas kesalehannya.

Bahwa dia hidup saleh bukan karena dia telah diberkati. Setan pun mengakui kesalehan Ayub.

Maka ketika Elifas tiba pada kesimpulan, karena Ayub menderita maka dia bukan orang benar, menunjukkan dangkalnya hikmat Elifas..

Sebab orang benar sering mengalami penderitaan karena dosa yang mereka tidak lakukan. Para nabi dalam Alkitab, menderita.

Daud menderita karena kejahatan Saul. Elia menderita karena dosa Ahab. Paulus menderita dalam penginjilan..

Yesus menderita aniaya, dihukum mati dengan cara disalib karena kejahatan manusia. Mereka semua orang benar. Tapi mereka menderita.

Hikmat Elifas gagal memahami hal tersebut. Ayub menderita sebagai orang benar..

“Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” (1:1)

Manusia walau pun berdosa, bisa hidup benar dihapadan Allah. Contoh lainya Nuh..

“Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.” Kejadian 6:9.

Namun bagi Elifas tidak demikian. Bahkan dia memperluas argumentasinya dengan mengambil contoh malaikat diayat 18.

Dia mau katakan, malaikat saja ada yang berdosa, apalagi manusia, yang hanya terbuat dari debu tanah, lebih rendah daripada malaikat, mereka tidak dapat bertahan dalam ujian ilahi.

Elifas menyatakan diayat 21, bahwa di hadapan Allah, manusia sama rentannya seperti tenda yang diikat dengan tali yang lemah, atau mungkin, dengan pasak tenda.

Mereka mati, tetapi tanpa hikmat.

Ungkapan tanpa hikmat berarti bahwa mereka belum memperoleh wawasan mengenai alasan-alasan kematian manusia.

Karena mereka mengandalkan akal budi mereka sendiri dalam upaya mereka untuk membawa kemuliaan bagi diri mereka sendiri, akibatnya mereka mati tanpa pernah tahu mengapa mereka ditimpa oleh nasib seperti itu..

Poinnya, bagi Elifas Ayub bukan orang benar karena dia ditimpa oleh penderitaan. Ayub bukan orang berhikmat karena dia tidak memahami alasan dibalik penderitaannya.

Kita tidak harus selalu memahami alasan dibalik, mengapa orang benar menderita? Apa yang perlu kita tahu adalah bahwa Allah menyertai kita dialam menjalani penderitaan..

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan