Sarai Lempar Tanggungjawab

HAGAR hamil. Sarai gembira. Abram? Kira-kira menurut Anda bagaimana ekspresi Abram? Ekspresinya datar saja.
Saat Hagar melapor tentang kehamilannya, dia yang sedari awal tidak punya rencana seperti itu, terlihat murung. Dia tahu ini bukan kehendak Tuhan..
Tetapi dia membiarkan semua itu terjadi, mengalir begitu saja, tanpa ada upaya mengakhiri sejak rencana digulirkan Sarai.
Mungkin kita pernah mengalami seperti kasus Abram. Kita tahu ada yang salah. Namun kita membiarkannya. Tidak mencegah. Bahkan kita turut terlibat dalam rencana salah itu.
Nanti setelah menjadi masalah, baru kita menyesal. Tidak ada lagi guna. Dan kita harus menikmati akibat dari pembiaran kesalahan tersebut.
Sarai begitu gembira melihat perut Hagar mulai membesar. Terbayang olehnya dia akan memiliki anak dari Hagar. Itu akan sangat indah.
Namun keindahan yang dia bayangkan hanya imajinasi. Kenyataan bertolak belakang. Hagar yang adalah pembantunya, berubah total. Hagar mencoba menyamakan dirinya setara dengan Sarai.
Dia yang selama ini patuh kepada Sarai, sekarang tidak patuh lagi. kenapa? Dia berpikir, posisinya sekarang setara dengan Sarai. Sama-sama istri. Bedanya dia istri kedua.
Kebanggaanya mengandung benih Abram membuat dia diatas angin. Lebih berguna ketimbang Sarai. Maka teks mengatakan, “..maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu…”
Artinya Hagar memperlakukan Sarai dengan tidak hormat. Meremehkan. Menganggap tidak penting. Tidak berarti. Memandang hina.
Maka Hagar mulai mencela Sarai sebagai perempuan tak berguna. Dia mulai berani dan terang-terangan menyerang harga diri Sarai. Kata-kata kasar serta makian setiap hari dia lontarkan..
Apa tujuan Hagar? Dia ingin memperkuat posisinya sebagai nyonya rumah menggantikan Sarai. Sebab dia lebih memiliki prospek untuk membawa seorang ahli waris bagi Abram.
Sekarang ia menganggap dirinya sebagai wanita yang lebih baik daripada Sarai, lebih disukai oleh Surga, dan kemungkinan besar akan lebih dicintai oleh Abram..
Dan karena itu ia tidak akan tunduk lagi kepada Sarai seperti yang telah dilakukannya selama ini.
Dengan menghina Sarai, dia berharap Sarai akan mundur teratur sebagai nyonya rumah. Bila perlu keadaan bisa berbalik. Sarai yang akan menjadi hambanya.
Karena terus-terusan dihina dan diremehkan oleh Hagar, Sarai tidak tahan lagi. Dia juga tidak ingin posisinya digantikan Hagar. Dia mulai mempertahankan dirinya.
Pertama dia pergi kepada Abram. Bukan untuk menanyakan siapa orang pertama dalam hidupmu..? dia datang untuk protes dan mempersalahkan Abram atas kesusahan yang dia derita.
Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.”
Memang lucu ini Sarai. Dia yang punya ide dan yang merencanakan. Giliran susahnya dia tidak mau tanggung jawab. Dia mencari kambing hitam dengan melemparkan kesalahan kepada Abram.
“Ini semua salahmu..” katanya. Dia berharap kesalahan yang telah dialaminya ditimpakan kepada Abram.
Terkadang kita bisa seperti Sarai, memlemparkan kesalahan kepada orang lain atas perbuatan yang kita lakukan.
Memang itu cara paling mudah untuk lari dari tanggung jawab. Tentu ada alasan Sarai melempar tanggung jawab kepada Abram.
Karena sebagai pemimpin mengapa diam saja dan menurut begitu saja rencana istri? Itu sama seperti Adam. Diam dan menurut saja kata-kata Hawa. Akibatnya mereka berdua berdosa.
Bedanya, Adam melemparkan kesalahan kepada istrinya dan Hawa mempersalahkan Ular.
Apakah ada peran Abram dalam peristiwa ini? Tentu ada. Dia juga bersalah. Sebagai pemimpin tentu dia bertanggung jawab terhadap istrinya.
Karena dia dapat mencegah rencana ngawur istrinya, namun dia diam dan mengikuti apa kata istrinya.
Jadi, apa yang ada dalam kuasa kita, yang dapat kita cegah namun kita diam saja, kita bersalah.
Sarai katakan, “ akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku..
Bahasa Ibrani secara harafiah berbunyi “Aku tempatkan hamba perempuanku di pangkuanmu.”
Sarai sekarang berjalan dengan apa yang kelihatan, berjalan dengan daging, dan hasilnya, “permusuhan, pertikaian, kecemburuan, ledakan amarah, pertengkaran..
Kita teringat akan perkataan Yakobus,
“Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Yakobus 4:1-2
Lebih lanjut, Sarai berkata, “TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.” Dengan kata lain, “engkau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu kepada Tuhan.”
Perhatikan siapa yang disalahkan Sarai! Bukan Hagar, tetapi Abram. Itu semua salahmu! Perhatikan bagaimana Sarai semakin menyalahkan Abram.
Pertama, Semoga kesalahan yang kulakukan menimpamu . Kemudian dengan frasa Semoga TUHAN menghakimi, yang menyerukan agar Tuhan menghakimi siapa yang benar, yang menyiratkan bahwa dia benar.
Tidak mudah bagi Sarai untuk menerima konsekuensi dari keputusan mereka untuk mendahului Tuhan.
Maka diperlukan mukjizat kasih karunia untuk mengubah sikapnya, tetapi itu dapat mengubah segalanya.
Sarai tidak dapat membatalkan keputusan itu, tetapi melalui kekuatan Tuhan, ia dapat menerimanya dengan cara yang berbeda, dan memberikan kemuliaan kepada Tuhan.
Kita mungkin pernah atau sedang melakukan sebuah keuptusan yang salah. Jalani saya akibat dari kesalahan itu. Bersyukur kepada Tuhan dan jangan mempersalahkan siapa-siapa.
Sebab keputusan kita yang salah, bila kita bertobat, Tuhan dapat mengubahnya untuk mencapai tujuan Tuhan dalam hidup kita.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now