Renungan dan Acara Pemberkatan Anak Kristen
Dalam Alkitab, anak dianggap sebagai berkat dari Tuhan. Di taman Eden Allah memberikan perintah kepada Adam dan Hawa, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,” (Kejadian 1:28).
Karena itu, anak-anak dipandang sebagai anugerah dan warisan dari Tuhan (Mazmur 127:3-5) dan anak perempuan melahirkan dan mengasuh generasi berikutnya (Mazmur 1:8 dan Rut 4:11-12).
Merupakan tugas orang tua untuk mewariskan iman mereka kepada generasi berikutnya, dan ini dilakukan melalui proses bercerita dan pengajaran (Ulangan 6:4-9).
Di Israel anak-anak dianggap sebagai milik umat perjanjian berdasarkan kelahiran mereka ke dalam bangsa.
Dalam Perjanjian Baru, janji keselamatan dipahami dengan jelas mencakup semua bangsa dan orang, bukan hanya Israel.
Itu untuk kita, untuk anak-anak kita, dan untuk semua orang dimana saja, setiap orang yang dipanggil Tuhan Allah kita kepadanya’ (Kisah Para Rasul 2:39).
Oleh karena itu, gereja terbuka untuk semua orang, tua dan muda, dan berkat keselamatan Tuhan tawarkan kepada semua orang, tidak terkecuali anak-anak.
Penyerahan anak kepada Allah, terutama anak sulung, telah dipraktekkan pada zaman Perjanjian Lama. Hana menyerahkan anaknya, Samuela, kepada Allah kepada pelayanan dalam rumah-Nya (1 Sam. 1: 27, 28).
Maria dan Jusuf membawa bayi Yesus ke Bait Suci di “Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan” (Luk. 2:22).
“Imam melakukan upacara resmi dalam pekerjaannya. Ia membawa anak itu dalam tangannya, dan mengangkatnya di hadapan mezbah. Sesudah ia menyerahkan anak itu kembali kepada ibunya, ia menuliskan nama ‘Yesus’ dalam daftar anak sulung” (The Desiore of Ages), hlm. 52).
Walaupun Perjanjian Baru tidak memerintahkan upacara seperti itu, caranya Yesus berhubungan dengan anak-anak kecil mendorong diadakannya upacara penyerahan anak kepada Allah.
Dari peristiwaYesus memberkati anak-anak (lihat Mat. 19:13-15; Mark. 10:13-16; Luk. 18:15-17) kita boleh memperhatikan enam hal penting.
1. Yesus memberkati anak-anak. “Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambal meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka” (Mark. 10:16).
2. Memberkati anak-anak adalah peristiwa yang besar. Semua kitab Injil Sinoptis memuat cerita itu.
3. Anak-anak kecil (bayi) termasuk di dalamnya. “Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus” (Luk. 18:15).
4. Yesus tidak memerintahkan atau memprakarsai pemberkatan anak. Matius mencatat, “Akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu” (Mat. 19:13).
Kelihatannya murid-murid tidak akan menentang pemberkatan itu seandainya Yesus yang memprakarsainya.
5. Yesus memberikan berkat-berkat bilamana para orang tua memohonnya.
“Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku” (Mati 19:14).
6. Yesus tidak senang dengan larangan pemberkatan itu. “Murid-murid-Nya memarahi orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah” (Mark. 10:13, 14).
Menyambut anak-anak
Ketika seorang bayi lahir, maka kita perlu menyambut bayi itu ke dalam komunitas melalui layanan khusus yang dikenal sebagai pelayanan pemberkatan anak ‘ucapan syukur’ atau ‘dedikasi’.
Dalam acara ini, gereja dan orang tua mengabdikan diri untuk membantu membesarkan anak dalam lingkungan yang aman dan mengasuh di hadapan Tuhan.
Melalui kelahiran bayi ini, semua orang mengakui keajaiban karunia anak dan merupakan kesempatan untuk bersyukur kepada Tuhan.
Penyerahan bayi ini bertujuan untuk merayakan fakta bahwa anak-anak termasuk dalam dan dirangkul oleh komunitas yang lebih luas.
Ini memberikan kesempatan untuk secara terbuka mengungkapkan sesuatu tentang keajaiban dan misteri kelahiran seorang anak dan untuk bersyukur.
“Biarlah pelayan-pelayan injil memangku anak-anak di tangan mereka, dan memberkati mereka dalam nama Yesus. Biarlah kata-kata kasih yang paling lembut diucapkan kepada anak-anak kecil itu, karena Yesus memangku kawanan domba-domba di tangan-Nya dan memberkati mereka” (Evangelism, hlm. 349-350).
Upacara syukuran kelahiran dan penyerahan anak itu harus diatur untuk menekankan empat tujuan mendasar:
1. Untuk bersyukur kepada Allah atas mujizat kelahiran itu.
2. Orang-orang tua berjanji akan memelihara anak itu untuk mengasihi Yesus.
3. Gereja berjanji untuk menyediakan fasilitas dan dukungan untuk membantu orang-orang tua dalam tugasnya.
4. Untuk memberkati anak itu dan menyerahkannya kepada Allah.
Merencanakan Upacara Syukuran dan Pemberkatan
Tempat. – Sebagian budaya mendorong “peneyrahan anak” dilakukan di rumah. Tetapi, yang paling sering ialah melakukan upacara penyerahan anak sebagai bagian dari upacara perbaktian pada hari Sabat pagi.
Oleh karena komitmen atau janji dari anggotaanggota jemaat adalah salah satu tujuan dari penyerahan itu, maka penyerahan anak itu harus dilakukan pada waktu kehadiran anggota jemaat paling besar.
Waktu dalam tahun. – Jadwal tahunan gereja harus berisi tanggal penyerahan anak yang sudah direncanakan.
Dua kali setahun mungkin sudah cukup. Waktu yang paling ideal mungkin pada waktu Hari Ibu, atau pada waktu pelatihan penegasan orang tua, dan pada permulaan suasana Natal, pada saat suasana penekanan pada bayi Kristus.
Umumkanlah upacara penyerahan anak itu beberapa minggu sebelumnya, mengundang semua orang tua untuk mengikuti upacara tersebut.
Buatlah peristiwa itu suatu upacara evangelisasi oleh mendorong para pengambil bahagian untuk mengundang keluarga dan sahabat-sahabat mereka turut hadir.
Kartu informasi. – Oleh karena engkau mau melakukan upacara itu lebih bersifat individu, dan juga oleh karena akan menyediakan surat keterangan penyerahan anak, yang akan diserahkan pada hari upacara penyerahan anak itu, maka ada baiknya untuk mempunyai kartu informasi sederhana yang diisi dan diserahkan oleh masing-masing keluarga sebelum waktu penyerahan anak dilakukan.
Yang termasukdalam kartu informasi itu seperti: nama lengkap bayi, tanggal lahir, tempat lahir, berat badan pada waktu lahir, nama ayah, nama ibu, anak-anak lain dalam keluarga, dan hal-hal lain yang menarik perhatian yang berhubungan dengan bayi itu.
Umur. – Bayi-bayi bisa diserahkan kepada Tuhan pada waktu masih usia sangat muda pada waktu orang tua siap untuk membawa anak-anak itu ke gereja.
Anak-anak usia sekolah jarang diserahkan. Pengecualian bisa dilakukan pada anak-anak anggota gereja yang baru.
Upacara penyerahan anak yang khas mempunyai empat bagian.
1. Orang-orang tua diundang maju ke depan. – Buatlah upacara penyerahan anak itu menjadi peristiwa keluarga yang penting.
2. Khotbah.—Orang tua harus berdiri menghadap pada anggota-anggota jemaat. Ada makna rohani tertentu pada bapa, sebagai pemimpin rohani, yang sedang memangku anaknya. Sebaliknya, ibu mungkin lebih baik dalam menjaga anak tetap diam.
Khotbah harus menekankan janji atau tantangan bagi orang tua dan komitmen jemaat. Pemikiran bisa diambil dari ayat-ayat berikut:
Ul. 6:4-7 “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu.”
1 Sam. 1:27, 28 “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa. . . . Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN.”
Mzm. 127:3-5 “Sesungguhnya, anak-anak adalah milik pusaka dari pada TUHAN.”
Ams. 22:6 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya.”
Yes. 8:18 “Sesungguhnya, aku dan anak-anak yang diberikan Tuhan kepadaku adalah tanda.”
Yer. 13:20 “Di manakah kawanan ternak yang diberikan kepadamu?”
Mat. 18:2-6, 10 “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anakanak kecil ini.”
Mat. 19:13-15 “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka.”
Mark. 10:13-16 “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka.”
Luk. 1:46-55 Pujian Maria.
Luk. 2:22-38 “Mereka membawa Dia [Yesus] ke Yerusalem.”
Luk. 18:15-17 “Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus.”
Ef. 6:4 “Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
Akhirilah khotbahmu dengan kata-kata sebagai berikut:
“Hai para orang tua, sebelum engkau menyerahkan anakmu dalam upacara penyerahan anak ini, saya mengundang engkau untuk mengadakan satu perjanjian dengan Allah.
Dalam membawa anak ini kepada penyerahan Kristen, maka dihadapan Allah engkau sedang menerima tanggungjawab suci sebagai seorang bapa dan seorang ibu.
Dengan tindakan secara simbolis ini engkau mau menyatakan keyakinanmu bahwa anak kecil ini bukan hanya milikmu, tetapi milik Allah juga.
“Anggota-anggota jemaat, yang bersama-sama dengan kamu pada hari ini menyerahkan anak yang sangat berharga ini kepada Allah, akan menolong kamu untuk membimbing anak ini menuju pada suatu hari di mana penyerahan ini, pada usia yang tepat, akan diikuti oleh baptisan yang kudus, dengan demikian memasuki keanggotaan yang penuh dan bahagia dalam keluarga jemaat ini.
“Oleh karena itu, kamu sebagai orang tua berjanji untuk melakukan dengan sekuat tenagamu untuk membesarkan anak ini dalam pemeliharaan dan nasihat Tuhan. Apakah kamu mau berjanji?”
Para orang tua menjawab: “Kami berjanji.”
3. Doa. – Pendeta dan orang-orang tua harus berlutut dalam doa penyerahan. Anggota-anggota jemaat biasanya tetap duduk. Sangat penting jika suasana hubungan individu terasa selama penyerahan itu.
Salah satu cara untuk memperoleh ini ialah agar pendeta memangku bayi sementara berdoa. Jika engkau melakukan hal ini, dan bayi itu tersenyum, maka engkau akan senang sudah melakukannya.
Jika bayi itu menangis, mungkin engkau akan menyesal sudah memangkunya. Cara alternatif lain ialah orang tua memangku anaknya dan engkau meletakkan tanganmu di di atas kepala masing-masing anak secara bergantian pada waktu engkau menyebutkan nama mereka dalam doamu.
Jika anak-anak yang akan diserahkan pada waktu itu banyak, maka para ketua jemaat boleh diminta untuk menumpangkan tangan, sementara engkau mengucapkan doa.
Keempat tujuan penyerahan anak, termasuk yang di atas, harus disebutkan dalam doa. Idealnya, masing-masing anak dan orang tuanya harus disebutkan nama-nama bereka dalam doa. Doa boleh diakhiri dengan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, diikuti oleh pendeta, para orang tua dan seluruh anggota jemaat.
4. Surat keterangan dan Ucapan selamat. – Surat keterangan biasanya diberikan kepada para orang tua sesudah doa penyerahan.
Bacaan Bersahutan
Bacaan bersahutan seperti di bawah ini bisa digunakan untuk menambah partisipasi dari orang-orang tua dan jemaat dalam penyerahan anak.
Bacaan bersahutan ini biasanya menggantikan banyak waktu yang digunakan untuk khotbah dan menuntun kepada doa penyerahan.
Liturgi 1
Pendeta : “Jika dengan sungguh-sungguh Anda hendak menyerahkan anak ini kepada Tuhan, jawablah “Ya” kepada pertanyaan berikut:
“Apakah pada hari ini Anda menyadari bahwa anak ini adalah karunia Allah, dan oleh karena mengucapkan syukur kepada-Nya dari lubuk hatimu yang terdalam atas segala berkat-Nya?”
Orang tua : “Ya.”
Pendeta : Apakah pada hari ini Anda berada di sini untuk menyerahkan anak ini kepada Tuhan?”
Orang tu : “Ya.”
Pendeta : “Apakah pada hari ini Anda berjanji sebagai orang tua bahwa Anda akan menggunakan rumah, sekolah, gereja dan segala sesuatu yang tersedia untuk menolong anak ini mengenal kasih Kristus Yesus?”
Orang tua : “Ya.”
Pendeta berkata ke jemaat: Apakah Anda pada hari ini berjanji akan mendukung orang-orang tua ini melalui doa, acara-acara gereja, dan suasana gereja yang memelihara para anggotanya?
Jemaat : “Ya.”