Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Rasa Sakit dan Kesulitan Mengubah Kita

Rasa Sakit dan Kesulitan Mengubah Kita

“Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!” Mazmur 4:1

Gabby Gingras yang berusia tiga tahun menderita kelainan saraf yang disebut neuropati otonom sensorik herediter Tipe 5.

Penyakit ini sangat jarang terjadi sehingga hanya sekitar 25 orang di seluruh Amerika Serikat yang diperkirakan mengidapnya.

Pada kelainan ini, sensasi atau rasa nyeri terhambat untuk mencapai otak. Maka bila Gabby mungkin patah gigi atau kulit lututnya luka dan berdarah, dia tidak merasakan apa-apa.

Akibatnya, dia sendiri tidak tahu kapan dia terluka, dan orang tuanya harus terus mengawasinya setiap saat. Rasa sakit dia tidak dapat rasakan.

Kondisi Gabby menunjukkan kepada kita bahwa rasa sakit memiliki tujuan di alam. Hal yang sama juga terjadi di dunia spiritual.

Tuhan dapat menggunakan kesulitan untuk mengajar dan mengubah kita. Namun hal itu tetap tidak mudah atau menyenangkan, karena itulah kita berseru memohon penghiburan seperti yang dilakukan Daud:

“Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!” (ayat 1). Saat kita berdoa, kita tidak perlu memikirkan pikiran dan perasaan kita yang sebenarnya – kita bisa segera dan langsung berseru kepada Tuhan.

Keberanian seperti itu merupakan tanda iman. Hal ini menunjukkan bahwa kita percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang mau dan mampu menjawab doa-doa kita, sama seperti Daud yang percaya bahwa Tuhan itu benar dan penuh belas kasihan dan akan datang membantunya.

“Beri kelegaan” secara harafiah berarti “berikan tempat yang luas untukku”, gambaran kebebasan dan keamanan.

Apapun situasi sebenarnya yang mendorong Daud untuk menulis Mazmur 4 , krisis tersebut jelas mempunyai dimensi publik.

Beberapa orang telah berpaling kepada berhala-berhala palsu dan khayalan-khayalan lainnya, yang bagi raja mereka berarti kemuliaan yang diberikan Allah telah berubah menjadi rasa malu (ay.2).

Namun mereka telah melakukan kesalahan besar, karena Tuhan menepati janji yang Dia buat kepada orang-orang pilihan-Nya..

Oleh karena itu, Dia pasti akan mengabulkan doa orang-orang yang beriman. Orang saleh siap menyelidiki hatinya dan bertobat (ay.4), tetap percaya, dan beribadah dengan benar.

Saat kita membaca berbagai ayat di kitab mazmur, Anda akan melihat bahwa bahasa tubuh pemazmur merupakan bagian penting dalam kehidupan doanya.

Kita mungkin terbiasa berlutut atau melipat tangan. Bahasa tubuh seperti itu dimaksudkan untuk menunjukkan kerendahan hati, ketundukan, dan penyembahan, meski kadang-kadang hanya menjadi kebiasaan tanpa berpikir.

Renungan: Mengapa kita perlu berseru dan berpaling kepada Tuhan? Apa yang rasa sakit datangkan kepada kita? Apa respon Tuhan saat kita berdoa dengan rendah hati kepada-Nya?

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan