Pikiran Sampah
Seseorang pernah menulis pengalamannya seperti ini, “Suatu hari saya naik taksi untuk pergi kebandara. Supir taksi sedang mengemudi di jalur kanan ketika sebuah mobil tiba-tiba keluar dari gang tepat di depan kami. Sopir taksi saya menginjak rem secara mendadak dan mobil kami tergelincir dan hampir menabrak mobil pengendara lain.
Kemudian sang sopir yang ceroboh dan hampir menyebabkan kami celaka tersebut, menjulurkan kepalanya ke luar jendela dan berteriak pada kami dengan caci maki. Sopir taksi saya hanya tersenyum dan melambaikan tangan padanya.
Kemudian saya bertanya, “Mengapa Anda hanya tersenyum padanya? Orang itu hampir menyebabkan kita kecelakaan & kemudian dia memaki-maki mu! ”
Saat itulah sopir taksi saya mengajari saya apa yang sekarang saya sebut “Pelajaran dari Truk Sampah.” Dia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berlarian penuh sampah, penuh frustrasi, penuh amarah & kekecewaan, penuh masalah, penuh kebencian, emosi, dll.
Ketika sampah mereka menumpuk, mereka perlu tempat untuk membuangnya, dan kadang-kadang mereka akan membuangnya pada Anda. Jangan tersinggung. Jangan mengambil sampah dan jangan membuangnya ke orang lain di rumah, atau di kantor, atau di jalan. Cukup tersenyum, dan berdoa semoga mereka baik-baik saja dan lanjutkan terus perjalanan anda dengan sukacita.
Dalam keseharian dimana kita bersinggungan dengan banyak manusia dengan berbagai tipe dan karakter, dan tidak semua akan seperti yang kita harapakan. Ketika kita keluar rumah, kita berharap akan berjumpa dengan orang-orang yang ramah dan sopan, tetapi yang terjadi sebaliknya, kita bertemu dengan orang yang sedang marah dan kasar.
Sebagai pedagang, anda akan berharap berjumpa dengan pelanggan yang ramah dan sabar menunggu giliran. Sebagai pelanggan anda berharap berjumpa dengan pemilik dan pelayanan toko yang ramah dan sabar melayani permintaan dan pertanyaan anda.
Kita semua berharap berjumpa dengan orang-orang yang ramah dan sabar diberbagai jenis urusan hidup kita, tetapi harap dicatat bahwa tidak semua harapan kita akan terwujud. Kita akan berjumpa suatu saat dengan orang-orang yang marah dan kasar kepada kita, entah dijalan raya, dipasar, ditoko, di sekolah, di kantor polisi, dikantor pemerintahan, bahkan di gereja dll.
Saya dan istri memiliki langganan toko kebutuhan bayi. Di toko ini kami berjumpa dengan beberapa orang pelayanan toko, tetapi ada satu pelayan yang menarik perhatian istri saya, menarik karena pelayanan ini tidak pernah tersenyum kepada pelanggan dan ekspresi wajahnya datar.
Suatu kali karena terburu-buru saya mendorong pelayanan ter sebut untuk lebih cepat melayani kami. Dan saya berharap dia akan segera melakukannya, tetapi respon yang saya dapatkan adalah dia meminta saya menunggu dan bersabar dengan nada dan intonasi suara yang kurang elegan.
Mendengar itu istri saya mulai mengomel tentang sikap pelayan tersebut, saya berikan pencerahan kepadanya bahwa kita harus berpikir positif tentang seseorang. Kita tidak kenal dia, barangkali dia sedang banyak masalah kehidupan sehingga terbawa dalam pekerjaan.
Maka setiap kali kami pergi ketoko itu dan berjumpa dengan pelayanan itu tidak ada ganjalan dihati walau berharap dia akan bertumbuh dalam pelayanan.
Jadi karena kita akan berjumpa dengan sisi-sisi negatif dari banyak orang, maka kita sebaiknya mempersiapkan cara pandang yang positif, karena sebagai manusia yang tidak sempurna , secara pribadi kita pun memiliki banyak kekurangan, yang menurut penilaian orang lain perlu kita perbaiki.
Dalam keseharian sering kali kita juga “diberi makan” melalui berita Koran dan televisi tentang tokoh-tokoh politik yang perilakunya dan pikiranya selalu negatif, politikus yang suka tebar hoax, kampanye negatif, tukang kritik yang handal, politikus yang dimatanya tidak ada yang baik kecuali satu yaitu diri dan kelompoknya sendiri.
Cara berpikir para politikus tidak jarang tertular dengan cepat kepada para pendukung setianya. Mereka bahkan lebih agresif saling sindir dan saling kritik, sampai muncul istilah kampret dan cebong. Kampret dan cebong saling sindir dan menjelek-jelekkan, dimata para kampret kaum cebonger itu payah dan sebaliknya dengan kaum kampret payah dimata cebonger.
Media social salah satu “piring” yang menyuguhkan “ Makanan” status-status dan ujaran-ujaran negatif yang diucapkan penuturnya baik secara tertulis maupun melalui tayangan video, dan yang hebatnya status dengan ujaran yang negatif seakan lebih menarik, hebatnya lagi orang yang menulis status tersebut akan menerima kembali “suguhan” dibulli dengan komentar negatif lebih pedas dari si Yang membuat status.
Jadi baik yang membaca status maupun yang merespon status memiliki persamaan level pola berpikir.
Cara berpikir yang negatif bila dipelihara terus menerus akan menjadi kebiasaan. Pepatah mengatakan, sesuatu kalau dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan itu akan menjadi watak dan kalau sudah jadi watak sulit untuk diubah. Jika kita selalu melihat kekurangan dan kelemahan orang lain maka akan sangat sulit melihat kebaikan dalam dirinya.
Sebab itu kembangkanlah kebiasaan berpikir positif, kebiasaan berpikir demikian dapat bertumbuh dengan mengisi otak kita melalui bacaan-bacaan yang membangun, juga melalui bergaul dengan orang-orang yang berpikiran positif.
Membaca kitab suci dapat membangun pola pikir yang benar, dengan demikian isi otak kita akan dipenuhi hal-hal yang baik tentang orang lain.
Maka bila hari ini dan besok anda menyaksikan bahkan menerima cacian, gossip, fitnah dan umpatan-umpatan yang kasar, kritikan yang pedas, terima saja tanpa mengembalikannya melalui respon yang sama kepada orang tersebut atau kepada orang lain.
Seperti supir taksi diatas, ada banyak orang hidupnya dipenuhi dengan sampah amarah, sampah kebencian, sampah dendam, sampah iri hati dll, sehingga ketika sampah mereka penuh mereka membuangnya pada anda.
Terima saja dengan senyuman dan doakan supaya mereka pergi dengan selamat dan lanjutkan terus perjalanan anda.
Seorang Rasul memberikan naseha sebagai berikut:
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”1
Dalam terjemahan sehari-hari sebagai berikut: “Akhirnya, Saudara-saudara, isilah pikiranmu dengan hal-hal bernilai, yang patut dipuji, yaitu hal-hal yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik.”
Nasehat lain dari kitab suci sebagai berikut:
Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.2
Karena itu mari isi pikiran dengan hal-hal yang bernilai, hal-hal yang benar, keadilan, hal yang murni, hal yang manis, hal yang terhomat. Sebab apa yang anda keluarkan melalui kata-kata dan tindakan itulah anda dan saya, dengan kata lain kata-kata adalah cerminan hati.
————
1.Filipi 4:8
2.Matius 12:35