Penyebab Yesus Mengutuk Pohon Ara di Matius 21:18-19
Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar.
Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!” Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.” Matius 21:18-19.
Coba amati kembali aktivitas Yesus yang spektakuler selama masa paskah di Yerusalem. Pada hari senin Dia masuk ke kota. Disambut orang-orang banyak.
Mereka menghamparkan pohon palem dan pakaian mereka dijalan. Seperti mereka manyambut raja.
Pada hari selasa Dia masuk ke Bait Suci, mengusir dan menjungkirbalikkan meja-meja para pedagang yang korup. Menyembuhkan orang-buta dan timpang.
Sekarang, pada hari Rabu, Dia memasuki Yerusalem untuk ketiga kalinya sejak datang dari Yerikho. Selanjutnya Dia mengutuk pohon ara yang tidak berbuah menjadi pohon kering.
Tetapi dalam Markus 11:14, 20, kita melihat kronologis Yesus mengutuk pohon ara. Pada hari selasa Ketika dia hendak berangkat lagi ke Yerusalem, Dia merasa lapar, saat yang sama melihat pohon ara.
Dia mendekati pohon ara untuk melihat apakah ada buahnya. Karena tidak ada Dia mengutuk pohon ara tersebut. Lalu Dia dan murid-murid pergi ke Yerusalem..
Murid-murid tidak melihat ada keanehan dalam pohon itu. Semua masih tampak normal.
Tetapi pada hari Rabu Ketika mereka dalam perjalanan kembali ke Betani, mereka menjumpai pohon tersebut sudah kering. Petrus merespon, “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.”
Matius meringkas kedua peristiwa tersebut menjadi satu kisah, yang Ia sebutkan hanya pada hari Rabu.
Peristiwa pembersihan Bait Suci dan mengutuk pohon ara merupakan hal yang sangat penting dan monumental..
Pembersihan Bait Suci merupakan penolakan terhadap ibadah Israel. Kutukan terhadap pohon ara merupakan penolakan terhadap Israel sebagai suatu bangsa.
Pohon ara yang tidak berbuah, merupakan ilustrasi yang Yesus gunakan untuk menggambarkan kerohanian Israel.
Umumnya pohon ara menghasilkan buah sebelum daunnya bertunas. Nah, pohon ara yang dijumpai Yesus sudah banyak daunnya, seharusnya sudah berbuah. Yesus kecewa. Tidak ada buahnya.
Pohon ara biasa berbuah dua kali setahun, pertama kali pada awal musim panas.
Di dataran rendah dan iklim yang lebih panas di Yeriko, beberapa tanaman dan pohon bisa berbuah hampir sepanjang tahun.
Namun pada bulan April, pohon ara di ketinggian Yerusalem biasanya tidak berbuah atau berdaun. Itu sebabnya Markus menuliskan, “ sebab memang bukan musim buah ara.” Mark 11:13.
Walaupun bukan musimnya, jika pohon itu menghasilkan daun lebih awal, maka pohon itu seharusnya sudah menghasilkan buah lebih awal.
Tetapi entah kenapa pohon itu tidak menghasilkan buah. Mungkin karena sedikit air atau jenis tanah yang kurang baik, atau ada penyakit pada pohon, atau alasan lainnya kita tidak tahu..
Nah, Yesus menggunakan pohon ara yang tandus untuk menggambarkan kerohanian Israel yang tandus.
Ilustrasi ini adalah perumpamaan visual yang dirancang untuk menggambarkan bangsa Israel yang mengalami kemerosotan rohani.
Dalam Hosea 9:10, Israel diumpamakan dengan pohon ara yang berbuah, “ Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara..”
Seperti pohon ara yang subur merupakan tanda kesehatannya.. Demikian pula kesuburannya merupakan tanda kesetiaan Israel terhadap standar-standar perjanjian.
Tetapi sekarang, setelah Israel, yang diwakili oleh para pemimpin agamanya, telah memutarbalikkan praktik bait suci dan mereka tidak bertobat ketika Yesus Mesias muncul dan memberitakan kedatangan kerajaan Allah, Israel sedang dihakimi oleh Tuhan.
Kutukan Yesus terhadap pohon ara tidak sedramatis pembersihan Bait Suci, namun sama pentingnya.
Pohon ara melambangkan Israel yang mati secara rohani, daun-daunnya melambangkan keberagamaan Israel secara lahiriah, dan kurangnya buah melambangkan kemandulan rohani Israel.
Paulus menggambarkan mereka sebagai, “sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar..” Roma 10:2. Hidup formalitas.
Buah selalu merupakan indikasi keselamatan, kehidupan yang diubahkan yang di dalamnya kuasa Allah bekerja. Hubungan baik manusia dengan Tuhan dibuktikan dengan buah yang mereka hasilkan.
Dalam Matius 7:18, “Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik…”
Yesus berkata, “Akulah pokok anggur, kamulah ranting-rantingnya; barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak” (Yohanes 15:5).
Buah selalu merupakan perwujudan keselamatan sejati..
Jadi makna pohon ara yang tidak berbuah adalah Israel sebagai bangsa, yang memiliki agama yang mengesankan tetapi penuh kepura-puraan dan formalitas, diwakili oleh dedaunan.
Tetapi fakta bahwa bangsa tersebut tidak menghasilkan buah rohani merupakan bukti bahwa mereka belum ditebus dan terputus dari kehidupan dan kuasa Allah.
Seperti halnya kesuburan selalu merupakan bukti keselamatan dan kesalehan. Kemandulan selalu merupakan bukti kesesatan dan kefasikan.
Agama yang kosong hampir selalu memiliki banyak hiasan lahiriah dalam bentuk pakaian dan jubah imam, bejana berhias, ritual dan perlengkapan fisik lainnya…
Doa yang diulang-ulang, dihafal dan diucapkan pada waktu yang ditentukan, atau dengan doa spontan yang bertele-tele..
Poinnya, Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, menggambarkan kehidupan Israel yang tidak menghasilkan buah keselamatan..
Pohon yang dikutuk itu langsung mongering, artinya pohon itu tidak akan pernah berbuah lagi dan akhirnya mati..
Dalam teks nubuatan, pohon ara yang tidak berbuah melambangkan penghakiman (Yes. 34:4; Yer. 8:13; 24:1–10; Hos. 2:12; Yoel 1:7).
Ketika Yesus mengutuk pohon ara, itu melambangkan penghakiman tentang Yerusalem dan para pemimpin Israel, khususnya para pemimpin Bait Suci.
Kita juga akan menerima nasib yang sama, yaitu dikutuk seperti pohon ara, bila kita tidak menghasilkan buah keselamatan sebagai orang Kristen.
Bila hidup keagamaan kita hanya sekedar formalitas dan kepura-puraan. Kita tidak punya hubungan yang otentik dengan Yesus..maka perlahan-lahan kita akan kering dan mati secara rohani..
Kita akan menjadi pohon mati. Tidak berguna. Akhirnya ditebang dan dibakar..
Mari kita hasilkan buah kehidupan yang baik. Bagaimana caranya? Baca Efesus 5:8-11, Yohanes 15:1-8.