Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Penyebab Yesus Menegur Petrus “Enyahlah Iblis” di Matius 16:20-23

Penyebab Yesus Menegur Petrus “Enyahlah Iblis” di Matius 16:20-23

Baca Matius 16:20-23

Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.

Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Matius 16:20-23

Sebelum tiba waktu yang tepat, identitas Yesus sebagai mesias jangan dulu disiarkan. Itu perintah Yesus. Ini adalah “Rahasia Mesianik”

Artinya, Yesus tidak akan membiarkan diri-Nya diungkapkan kepada Pemimpin Yahudi sebagai Mesias sampai waktunya matang.

Dalam enam bulan berikutnya, waktunya akan matang dan Yesus akan dibawa ke hadapan Kayafas, imam besar, di pengadilan agama.

Markus 14:61-64 mencatat penyingkapan bahwa Dia memang Mesias, Anak Allah..

Tetapi Dia tetap diam dan tidak menjawab. Sekali lagi imam besar bertanya kepada-Nya, dan berkata kepada-Nya:

“Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”

Jawab Yesus: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.”

Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: “Untuk apa kita perlu saksi lagi?

Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?” Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.

Jadi, Yesus tahu bahwa ketika Dia dinyatakan sebagai Mesias, itu akan menyebabkan penyaliban-Nya dan waktu-Nya masih belum tiba di Matius 16.

“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Sejak waktu itu maksudnya untuk menunjukkan tahap baru dalam interaksi-Nya dengan murid-murid-Nya untuk mempersiapkan mereka menghadapi peristiwa mengerikan yang tinggal beberapa bulan lagi.

Maka disini secara terbuka Yesus menyatakan kematian-Nya dalam waktu dekat kepada mereka.

Perhatikan kata “harus” (dei) yang menunjukkan bahwa kematian-Nya sebagai suatu keharusan, yang mutlak harus terjadi, karena itulah alasan Ia datang ke bumi sebagai Manusia.

Yesus berulang kali memberi tahu murid-murid-Nya tentang kematian-Nya yang akan datang (Mat 17:22,23 Mat 20:17-19,28 Mat 26:2, Mrk 8:31, Mrk 9:31,32, Mrk 10:32-34 )

Disini Yesus tidak memberitahukan bagaimana cara Dia mati dan apa makna kematian-Nya.

Tetapi kalau saja mereka ingat perkataan Yohanes Pembaptis, yang menyatakan, “Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!” (Yoh 1:29), mereka dapat menyusun teka-teki ini.

Untuk menggenapi ramalan kematian-Nya itu harus terjadi di Yerusalem. Kota itu adalah pusat Yudaisme, dimana orang paling fanatic berkumpul dan sangat menentang-Nya.

Jadi, ketika Yesus berbicara tentang pergi ke Yerusalem, posisi Dia ada di Kaisarea Filipi, tempat yang paling jauh dari Yerusalem walau masih di wilayah Palestina.

Ketika murid-murid mendengar perkataan Yesus tentang diri-Nya yang akan dianiaya oleh tua-tua, imam-imam, ahli taurat dan akan dibunuh, mereka terkejut dan tidak terima.

Bagi mereka itu bukan sebagai penggenapan rencana Allah tetapi sebagai penghalang atau bahkan kehancurannya.

Namun Yesus melanjutkan bahwa setelah Dia mati, akan bangkit pada hari ketiga. Tentang kebangkitan hari ketiga, tidak terlalu jelas diterangkan kepada musuh-musuh-Nya.

Tetapi kepada murid-murid-Nya, Yesus menyatakan dengan jelas.

Para murid tampaknya tidak dapat menerima gagasan bahwa dia akan bangkit kembali. Mereka percaya pada kebangkitan pada hari terakhir (Yohanes 11:24).

Padahal, mereka telah melihat orang-orang yang dibangkitkan dari kematian, seperti putri Yairus dan putra janda Nain. Mereka gagal mengingat bahwa Yesus memiliki kuasa Ilahi.

Seperti murid-murid, pada saat kita akan dihadapkan pada bahaya yang akan datang, kita sering gagal percaya mengingat kuasa Tuhan dalam kesukaran.

Itu sebabnya Petrus spontan bereaksi, menarik Yesus kesampingnya dan menegor Yesus..”Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

Dimata Petrus Yesus salah, itu sebabnya dia menegur Yesus. Dia percaya Yesus adalah Mesias, maka menurut pandangannya, tidak mungkin Mesias harus menderita dan dibunuh di Yerusalem.

Misi Yesus datang kedunia untuk mati. Petrus ingin menghalangi misi itu. Itu sebabnya Yesus berpaling dan berkata:

“Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Teguran Petrus terhadap Yesus sangat kuat, tetapi teguran Yesus terhadap Petrus lebih kuat lagi. Yesus mengucapkan kata-kata yang Dia ucapkan kepada setan Ketika dicobai dipadang gurun.

“Enyahlah, Iblis! (Mat 4:10).

Saat itu Yesus menegur setan dan menyuruh setan pergi. Setan adalah musuh Tuhan yang melakukan apapun untuk mengacaukan rencana Tuhan.

Petrus tidak sadar bahwa dia berbicara untuk Setan, sama seperti sebelumnya dia tidak sadar bahwa dia berbicara untuk Tuhan.

Jadi kita bisa dengan mudah menjadi alat setan, seperti Petrus, bila tidak memahami rencana-Nya.

Petrus mencobai Yesus untuk tidak pergi ke kayu salib seperti yang Setan lakukan di padang gurun.

Tidak ada alat pencobaan yang lebih tangguh daripada teman yang bermaksud baik, yang lebih memperhatikan kenyamanan kita daripada karakter kita

Iblis telah mencoba menggoda Yesus untuk tidak mati dan akan mencobanya lagi di Taman Getsemani.

Di sini godaan yang sama datang dari Petrus. Dia telah membiarkan dirinya menjadi alat Setan.

Jadi, Petrus menegur Yesus karena dia tidak menyukai rencananya. Yesus menegur Petrus karena ia menghalangi rencana Allah.

Rencana Allah dan rencana manusia sangat berbeda. Dan Petrus gagal melihat jalan Tuhan. Bagaimana Petrus sampai tiba pada pemikiran seperti itu?

Karena dia membiarkan pemikirannya dan menetap pada hal-hal manusia daripada hal-hal dari Tuhan dan Setan memanfaatkannya.

Petrus adalah contoh sempurna dari orang yang berhati tulus tetapi dengan pemikiran manusia, dan ini sering kali dapat menyebabkan bencana.

Orang-orang yang berada di pihak Yesus dapat bertindak sebagai musuh Allah melalui perilaku mereka yang tidak memahami jalan Tuhan.

Dan siapa pun atau apa pun yang menjadi penghalang rencana keselamatan Allah berasal dari Setan.

Cara setan adalah tidak ada keberhasilan tanpa kehebatan manusia.

Seperti Petrus, kita bisa menjadi batu sandungan bagi Tuhan Ketika kita menggantikan rencana Tuhan dengan rencana kita.

Rencana Tuhan seringkali tidak hebat, bahkan terkesan konyol, tetapi itulah yang menjadi misi-Nya.

Karena itu mari kita kenali rencana Tuhan. Pikiran Tuhan. Kehendak Tuhan. Supaya kita tidak menjadi penghalang bagi misi Allah.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan