Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Penyebab Murid Yesus Tidak Dapat Menyembuhkan Sakit Epilepsi

Penyebab Murid Yesus Tidak Dapat Menyembuhkan Sakit Epilepsi

Jesus holding a woman’s hand. Similar Images:

Baca Matius 17:14-20

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah,

katanya: “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air.

Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.” Matius 17:14-16

Yesus selalu ditunggu oleh mereka yang menderita. Seseorang telah menunggu-Nya dengan sabar turun dari gunung.

Tidak disebutkan siapa orang yang datang tersebut, tetapi dia langsung menyembah Yesus.

Segera dia melaporkan keadaan hidupnya, “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air..”

Hal pertama yang dia minta adalah belaskasihan Yesus. cara dia mendekati Yesus sangat baik. dia meminta Yesus menunjukkan simpati dan kasih sayang-Nya.

Dalam kesedihannya yang mendalam, dia memohon kepada Yesus untuk berbelas kasih kepada putranya dan memulihkan kesehatannya.

Anaknya menderita sakit ayan atau epilepsi, itu adalah gangguan saraf yang menyebabkan kejang. Anak laki-laki ini sakit parah, menunjukkan bahwa kondisinya luar biasa serius.

Ayahnya menjelaskan saking parahnya kejang-kejangnya, dia sering jatuh ke dalam api, dan ke air. Tidak ada informasi berapa kali sehari. Tetapi itu sering terjadi.

Karena itu sekujur tubuhnya banyak luka-luka bakar. Dia juga berada dalam bahaya tenggelam karena jatuh ke dalam air.

Ayah atau anggota keluarga lainnya mungkin harus selalu berada di dekat anak itu untuk antisipasi bila tiba-tiba kejang-kejang terjadi.

Anak itu tidak hanya menderita fisik tetapi juga secara kejiwaan dan ganguan setan.

Ketika dia membawanya kepada Yesus, dia menggambarkan putranya sebagai ” kerasukan roh yang membisukan dia.” (Markus 9:17).

Selain mengalami kejang, anak laki-laki itu tidak dapat berbicara dan tampaknya juga tuli (lihat ay. 25).

Setan itu sangat kejam. “Sewaktu-waktu ia diserang roh,” kata sang ayah, “lalu mendadak ia berteriak dan roh itu menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa..

Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya.” (Lukas 9:39).

Selanjutnya dia katakan, “Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.”

Padahal sebelumnya di Matius 10:6-8, Ketika Yesus mengutus mereka untuk menginjil, Yesus mengatakan kepada mereka,

“Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan.”

Kenapa sekarang mereka tidak dapat melalukannya? Apa yang salah atau berubah? Kegagalan mereka sekarang bukan karena Yesus tidak bersama mereka..

Yesus memberitahukan penyebabnya adalah karena mereka kurang percaya. Ketidakberdayaan para murid tidak hanya mendukakan ayah anak laki-laki itu tetapi juga Yesus.

Itu sebabnya Yesus berkata sambil menegur mereka..

“Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”

Dia berduka karena kebutaan dan ketidaksetiaan umat Allah Israel, terutama murid-murid-Nya, yang telah dipilih, diajar, dan diberkahi secara pribadi dengan kuasa dan otoritas yang unik..

Tetapi sekarang mereka tidak berdaya..

Seperti halnya murid-murid, kita juga bisa tidak berdaya melayani dan memulihkan orang-orang karena kita miskin iman seperti mereka.

Kita mungkin tidak dikaruniai oleh Tuhan kuasa menyembuhkan seperti mereka, tetapi kuasa penyembuhan dalam bentuk yang lain kita mungkin terima.

Kita dikaruniai waktu, harta, talenta, ketrampilan, keahlian dll, tetapi pemberian ini sering tidak berfungsi karena kita kurang iman.

Padahal semua itu bila digunakan dapat menyembuhkan orang-orang yang hatinya sedang sakit. Pikiran mereka sedang kejang-kejang..

Terlebih ada banyak orang yang sakit rohani, kita dapat membagikan kabar injil untuk memulihkan jiwa mereka..

Tetapi semua itut akan berkuasa jika kita punya iman. Iman yang hidup tidak akan bisa berdiam diri melihat orang-orang yang menderita.

Dia akan selalu berbuat demi kesembuhan mereka berapapun harganya..

Baca Juga

Apa Makna Transfigurasi Yesus di Matius 17:1-9?

Arti Perkataan Yesus di Matius 16:28

Memperoleh Seluruh Dunia tapi Kehilangan Nyawa

———————-

Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga.

Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?”

Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” Matius 17:18-20

Sudah diberikan senjata tetapi tidak dapat menggunakan, tentu ini sangat memalukan. Dan itu yang terjadi kepada murid-murid.

Senjata menyembuhkan telah Yesus berikan kepada mereka, tetapi ditangan mereka senjata itu tidak berfungsi.

Senjata tidak berfungsi karena mereka tidak yakin dengan senjata itu dan hal itu menyebabkan senjata itu tidak jadi berkat bagi orang yang sedang sakit dan menderita.

Bagaimana dengan karunia rohani yang Tuhan telah berikan kepada kita? Sangat menyedihkan bila karunia itu tidak berfungsi..

Kita kembali kepada cerita penyembuhan anak yang sakit ayan. Di Markus 9:24 dituliskan tentang iman ayah anak tersebut setali tiga uang dengan murid-murid.

Imannya pun tidak lengkap terbukti dengan pengakuannya sendiri, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”

Itu lah sebabnya Yesus tidak hanya menegur murid-murid, tetapi semua orang Israel dan ayah anak tersebut. Iman mereka semua sangat kurang dan tidak berkembang.

Mereka bukan saja tidak percaya, tetapi menyimpang atau sesat. Kata yang digunakan adalah diastreph, artinya memutar atau membungkuk keluar dari bentuk.

Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan sepotong tembikar yang bentuknya salah oleh pengrajin yang ceroboh.

Yesus berbicara tentang penyimpangan rohani dari mereka yang tidak percaya. Setiap orang yang tidak percaya kepada Yesus pasti memiliki pandangan yang sesat tentang Yesus dan kehendak-Nya.

Tetapi Yesus tidak akan menyimpang dari misi Ilahi-Nya. Dia ada dibumi untuk melakukan kehendak Bapa-Nya.

Karena itu Yesus menyuruh membawa anak itu. Dan Dia menegur setan setan yang berdiam dalam diri anak itu.

Iblis itu tidak punya pilihan selain keluar darinya. Tetapi sebelum dia pergi, roh jahat itu melakukan upaya terakhir untuk menghancurkan anak itu..

“Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: “Ia sudah mati.” Markus 9:26.

Anak itu seperi orang mati, maka orang-orang berkata ia sudah mati.. Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.

Setelah Yesus dan murid-murid tiba dirumah, mereka bertanya, Mengapa kami tidak dapat mengusir roh/Setan itu?

Tujuan Yesus dalam mujizat melampaui penyembuhan bocah tersebut. Penyembuhan tidak hanya membawa kesehatan bagi anak itu dan sukacita besar bagi ayahnya, tetapi kemuliaan bagi Allah.

Tetapi bagi para murid pelajaran penting dari peristiwa itu masih harus dipelajari. Tidak mengherankan mereka bertanya secara pribadi, mengapa mereka tidak dapat mengusir roh itu?

Mereka malu atas kegagalan mereka sendiri dan bingung mengapa mereka sendiri bisa. Alasannya jelas. Mereka kurang iman.

Mereka kekurangan iman yang cukup untuk menggunakan kuasa yang telah Yesus berikan kepada mereka.

Kekurangan iman adalah kondisi yang khas dari murid-murid. Dan mungkin juga kita sering alami. Padahal sudah banyak mujizat mereka lihat.

Iman mereka yang kecil adalah jenis iman yang percaya kepada Tuhan ketika kita memiliki sesuatu di tangan kita.

Ketika semuanya berjalan baik dan semuanya tampak terkendali, mereka merasa mudah percaya kepada Tuhan.

Tetapi begitu keadaan menjadi tidak pasti atau mengancam, iman mereka menjadi layu.

Iman mereka seperti iman kebanyakan orang beriman di segala zaman. Ketika mereka sehat dan memiliki kebutuhan hidup, iman mereka besar dan kuat..

Tetapi ketika mereka membutuhkan dan sedang kekurangan, iman mereka kecil dan ragu-ragu.

Iman yang besar adalah memercayai Tuhan ketika tidak ada apa pun di lemari untuk dimakan dan tidak ada uang untuk membeli makanan.

Iman yang besar percaya kepada Tuhan ketika kesehatan hilang, pekerjaan hilang, reputasi hilang, atau keluarga hilang.

Iman yang besar memercayai Tuhan sementara badai masih menderu dan penganiayaan berlanjut.

Poinnya, percayalah sepenuhnya kepada kuasa Tuhan. Dia telah memberi kita karunia untuk membuat mujizat. Imani pemberian itu dan lakukan semua dengan iman..

Maka kita akan melihat dengan mata kita sendiri mujizat setiap hari..kita tidak hanya akan melihat mujizat, tetapi akan membuat mujizat..

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan