Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Penyebab Mengapa Seseorang Tega Membunuh

Penyebab Mengapa Seseorang Tega Membunuh

Teka-teki itu terjawab. Tidak ada tembak menembak. Itu hanya scenario. Adanya pembunuhan berencana. Sisa satu yang masih teka-teki. Apa motif pembunuhan.

Entah apa isi otak Ferdy Sambo, tega membunuh ajudan yang adalah pelayanannya sendiri. Brigadir J Sudah dekat dengan keluarganya. Dua tahun bersama-sama. Sudah seperti anak sendiri.

Membunuh orang dekat, bahkan saudara sedarah sudah sejak lama ada. Setiap orang berpotensi menjadi pembunuh.

Ada faktor mengapa orang melakukannya. Jawabanya ada pada otak. Ya otak. Apa yang ada pada otak mereka?

Para ilmuwan berusaha mencari apa yang ada dalam pikiran para pembunuh. Scan otak menunjukkan wilayah yang disebut lateral orbitofrontal cortex (OFC) menjadi aktif pada orang-orang yang membenarkan kejahatan.

Para peneliti menemukan bahwa seseorang yang berpotensi menjadi pembunuh dapat dideteksi sejak awal. Dalam studinya mereka melihat ada kelainan pada otak orang yang melakukan kekerasan.

Sebuah studi dilakukan kepada hampir 1.000 tahanan di Amerika Serikat. Ditemukan adanya kelainan pada otak mereka karena pembunuhan.

Melalui penelitian itu diharapkan ditemukan cara mencegah kekerasan dengan terapi dan pengobatan.

Para peneliti dari University of New Mexico, Albuquerque, mencoba mencari tahu lebih dalam soal apa yang ada dalam pikiran para pelaku pembunuhan.

Dr. Kent Kiehl, ahli saraf dan psikolog di Mind Research Network bersama rekan-rekannya melakukan pemindaian otak MRI di sebuah penjara.

Selama sekitar 10 tahun, 998 otak narapidana dipindai. Para peneliti menemukan bahwa otak pembunuh berbeda dengan yang lainnya.

Mereka menemukan bahwa otak pelaku pembunuhan kurang berkembang pada bagian-bagian yang bertanggung jawab untuk pengendalian emosi, impulsif, dan kesadaran sosial.

Sekitar tahun 90-an, ada seorang Bernama Joel Rifkin, selama 4 tahun dia telah mecekik leher 17 pelacur hingga tewas. Korbannya dipilih secara acak. Tidak ada penyesalan. Tenang.

Pada tahun 1994, polisi menangkapnya. Diinterogasi. Dia mengatakan tidak tahu mengapa dia membunuh.

Saya banyak membaca cerita pembunuhan. Berbagai tipe reaksi mereka setelah membunuh. Ada yang ketakutan dan segera menyerahkan diri ke polisi. Ada yang tetap tenang.

Sambo termasuk yang tenang. Bahkan membuat scenario. Dalam wawancara di Bareskrim, bicara lantang, gaarang, seperti tidak bersalah.

Pada tahun 1990-an ada satu tim peneliti dipimpin oleh Adrian Raine dari University of Southern California dan Monte Buchsbaum.

Mereka melakukan pemindaian otak terhadap 25 pembunuh yang telah dihukum. Mereka menemukan bahwa banyak pembunuh tersebut memiliki kelainan di bagian depan otak.

Bagian otak tersebut adalah lobus frontal.

Pada orang normal, lobus frontal adalah salah satu area otak yang paling aktif. Tetapi pada orang yang melakukan pembunuhan, lobus frontal tidak cukup aktif.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa bagian-bagian dari lobus frontal tampaknya terlibat dalam perencanaan dan pengorganisasian.

 Dan mungkin yang paling penting untuk memahami kejahatan kekerasan dan mengendalikan dorongan hati.

Lobus frontal adalah bagian otak yang mengerem dorongan hati dan pengendalian diri.

Itu adalah bagian dari otak yang memungkinkan kita untuk mengatakan, ‘Jangan lakukan itu! Jangan katakan itu! Itu tidak pantas! Akan ada konsekuensinya! Dll.

Dr. Jonathan Pincus, psikiater di Georgetown University di Washington, telah memeriksa scan otak lebih dari 100 pembunuh, termasuk Rifkin. 

Dia mengatakan Rifkin cocok dengan banyak pelanggar lain yang dia lihat: “Lobus frontalnya rusak sangat, sangat serius.”

Kejahatan bukan faktor Lingkungan

Pada 1950-an seorang psikolog, Stanton Samenow, dan seorang psikiater, Samuel Yochelson, memiliki pandangan bahwa kejahatan seseorang disebabkan oleh lingkungan.

Kemudian mereka mengadakan penelitian untuk membuktikan pendapat mereka.

Mereka memulai penelitian selama 17 tahun yang melibatkan ribuan jam uji klinis terhadap 250 narapidana di Distrik Columbia.

Yang membuat mereka heran adalah mereka menemukan bahwa penyebab kejahatan bukan karena faktor lingkungan, kemiskinan, atau penindasan.

Sebaliknya, kejahatan adalah hasil dari perbuatan individu, yaitu pilihan moral yang salah.

Dalam sebuah karya yang diterbitkan tahun 1977 oleh The Criminal Personality, mereka menyimpulkan bahwa jawaban atas kejahatan adalah “perubahan perilaku dari orang yang bersalah ke pada gaya hidup yang tidak bertanggung jawab.”

Pada tahun 1987, profesor Harvard James Q. Wilson dan Richard J. Herrnstein sampai pada kesimpulan serupa dalam buku mereka Crime and Human Nature.

Mereka menentukan bahwa penyebab kejahatan adalah kurangnya pelatihan moral di antara orang-orang muda selama tahun-tahun pada saat pembentukan moral, terutama usia satu sampai enam tahun.

Membangun kebiasaan baik atau mengembangkan kebiasaan buruk adalah seperti timun di dalam botol. 

Jika kebiasaan itu diulangi saat anak masih kecil, maka akan sulit untuk menghilangkannya saat anak sudah besar.

Jadi nampaknya semua terletak pada otak. Otak lobus frontal.

Para ilmuwan menemukan komando pusat mental kita ada di bagian otak lobus frontal. Bagian otak yang terletak dibelakang dahi.

Frontal loba merupakan pusat dari seluruh tubuh.  Disitulah terletak diri kita yang sebenarnya. Dibagian otak ini kemauan kita dilatih.  

Itu merupakan tempat dimana kita membuat keputusan dan melatih dengan sengaja.

Lobus Frontal tempat dimana kita membedakan antara yang benar dan salah.  Itulah hati nurani kita.

Lobus frotal merupakan tempat dimana keputusan dibuat untuk mencintai dengan pengorbanan, yang disebut cinta agape.

Kerohanian di tentukan di frontal lobe, yang merupakan pusat saraf yang menjadi tempat komunikasi dengan surga.  

Melalui kerohanian, seorang individu menemukan arti, tujuan, harapan, optimisme dan kreativitas.

Lobus frotal adalah Ruangan Tahta Doa, dimana Allah berbicara kepada kita.

Maka tidak heran jika lobus frontal kita rusak, maka kita tidak punya lagi pertimbangan yang kuat membedakan benar dan salah. Kita tidak mampu membuat keputusan yang benar.

Tidak mampu mengendalikan dorongan hati dan nafsu.

Frontal lobe anda adalah anda yang sesungguhnya! Itulah tempat dimana anda memilih Ya atau Tidak, baik atau buruk, benar atau salah.

Membentuk otak yang sehat

Salah satu cara untuk membuat lobus frontal kita sehat adalah dengan membaca dan meditasi Alkitab setiap hari.

Kemudian, minumlah air jernih setiap hari.  Otak 70 persennya adalah air. Berolah ragalah dan penuhi otak dengan oksigen dan udara diluar rumah yang segar.

Memelihara otak dengan makanan sehat, buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan yang sehat.

Hindarilah zat apapun yang bersifat candu yang merusak kapasitas mental kita. Isilah pikiran dengan perkara-perkara surgawi baik secara mental dan spiritual.

Bila pikiran sehat maka kita dapat membuat pilihan-pilihan yang benar.

Sebab hidup ini semuanya pilihan. Pilihan-pilihan yang diulang dan diulang lagi, menjadi kebiasaan kebiasaan yang baik atau yang buruk.  Tergantung pilihan apa yang dibuat.

Kita membentuk karakter kita dengan pilihan-pilihan.  Kita membentuk hidup kita lewat pilihan-pilihan yang dibuat.  

Pilihan-pilihan kita mempengaruhi kesehatan kita.  Pilihan-pilihan kita adalah persoalan hidup atau mati.  

Pilihlah untuk hidup, pilihlah untuk menjadi sehat, pilihlah untuk menjadi positif, pilihlah untuk mencintai, pilihlah untuk menurut perintah Tuhan.

Jika itu menjadi pilihan kita, kekerasan tidak pernah terjadi. Karena itu jaga otak kita tetap sehat.

Karena itu renungkan nasehat Alkitab berikut ini untuk terhindar dari otak Sambo.

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Filipi 4:8.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan