Pendeta Marbun Kembali Hidup Setelah Berjuang Melawan Covid-19

Berawal pada tanggal 26-27 Maret 2020 yang lalu, hamba Tuhan pendeta A. H. Marbun, Ketua Sinode Gereja Advent Wilayah DKI Jakarta, merasakan suhu badannya naik, disertai batuk dan berbagai keluhan lainnya.

Merasa ini penyakit biasa lalu berusaha dirawat sendiri dirumah selama beberapa hari.

Namun karena tidak kunjung sembuh dan merasa sudah tidak bisa bertahan lagi, kemudian dibawa berobat kerumah sakit Mitra Timur.

Melihat gejala yang mirip covid, beliau diperiksa darah dan scan toraks, kemudian oleh dokter dinyatakan positif corona.

Sang istri juga diperiksa dan ajaibnya hasilnya negatif..

Namun karena di rumah sakit tidak ada kamar yang kosong untuk perawatan, maka pendeta Marbun di rujuk ke wisma atlet.

Tempat ini oleh pemerintah disediakan untuk menampung pasien corona.

Pada pukul sebelas malam, tiba di Wisma Atlet. Masuk kamar pada pukul empat subuh.

Disana sendirian, tidak ada keluarga yang menemani. Hanya perawat dan dokter yang sudah ditentukan yang boleh ada disana.

Di lantai 11 dimana beliau dirawat ada ratusan pasien covid-19 yang menderita, sementara perawat yang menangani hanya 4 orang.

Dalam keadaan seperti ini para pasien covid-19 harus mandiri mengurus diri masing-masing.

Ambil makan sendiri, urus semua keperluan sendiri, tidak ada yang membantu.

“Saya merasa seperti orang yang menderita kusta dalam alkitab, disendirikan..” Katanya.

Dalam kesendirian itu, sebuah kisah dalam Alkitab menguatkan imannya, yaitu dalam Matius 8:1-3.

Terkesan dengan pengalaman yang dirasakan orang kusta, sebagaimana dia penderita covid-19.

Permohonan orang kusta ini mengesankan hati beliau, “ Jika tuan mau, tuan dapat mentahirkan Aku.”

“Saya berdoa, kalau tuhan mau pasti saya disembuhkan..” “Saya pesan ke istri jangan ragu, kalau tuhan mau, saya akan dikembalikan…” demikian beliau bersaksi.

Pada jumat petang, beliau tidak sadarkan diri. Waktu itu berada di lantai 32 Wisma Atlet.

Selama disana semua pasien harus memeriksa sendiri suhu tubuh masing-masing dengan alat yang sudah disediakan.

Kemudian hasilnya harus diberitakukan ke petugas medis melalui SMS.

Namun Sejak jumat tidak ada komunikasi lagi.

Pada hari minggu malam beliau tidak sadarkan diri. Kemudian petugas datang menolong dengan memberikan oksigen, lantas dirujuk kerumah sakit Duren Sawit.

Sekalipun sudah diberikan bantuan pernafasan lewat oksigen namun alat itu tidak memberikan efek untuk membuat kondisinya lebih baik.

“Penyakit yang saya alami sudah parah..karena susah bernafas, menghirup udara sangat susah, mengeluarkan udara juga susah, kerongkongan rasanya seperti diperas, berjuang untuk bernafas tetapi sakt…”

“Satu yang saya ingat, Tuhan tolong saya…”

“Kemudian Keluarga mengirim termos atau teko listrik. Karena selain berdoa saya harus berusaha juga..”

“Saya berjuang mencolok termos dan menuangkan air sampai mendidih, kemudian uapnya saya hirup untuk menolong bernafas.”

Di Rumah Sakit Duren Sawit kembali tidak sadarkan diri..

Tetapi beliau seperti mendengar suara dan itu suara perawat.

Perawat bilang bapak ini meninggal..

Beliau pada waktu itu tidak sadar kalau itu di Duren sawit..

Seperti mendengar ada suara perawat yang menangis.

Perawat itu merupakan orang yang sering ditelepon istrinya untuk mengetahui perkembangan beliau dalam perawatan.

Beliau seperti mendengar mereka berjuang memberi tahukan bahwa saya sudah tidak bernafas..

Perawat lain melarang untuk jangan memberitahukan keluarga dulu. Mereka katakan, kita tunggu satu jam untuk melihat apa yang terjadi.

“Yang saya ingat saya berjuang bernafas..”

“Sementara berjuang bernafas, saya mencari tuhan. Saya ingat Tuhan adalah pertolongan dan perlindungan tidak ada yang lain..”

Dalam kesaksiannya beliau mengutip kata-kata Yesus dalam Matius 3:3 “Aku mau, jadilah engkau tahir.”

“Saat itu saya tidak lagi memikirkan uang, dompet, atm, baju saya sudah kasih semua..”

Dalam hati beliau berseru, saya tidak perlu uang, saya hanya perlu Tuhan tidak ada yang lain, Tuhan Perlindungan ku.

Sementara bersaksi beliau mengutip,

Mazmur 144:2, “yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!”

Singkatnya, beliau dipulihkan berkat pertolongan Tuhan, dan juga berkat doa banyak orang yang mendoakan beliau.

Beliau merasakan kehidupan kedua Tuhan berikan kepadanya.

Sekarang beliau telah sehat. Kembali berkumpul bersama keluarga dan kembali melayani.

Pesan penutup dalam kesaksian beliau, mendorong setiap orang untuk mengambil pelajaran dari virus corona.

Supaya dalam beribadah, dalam bekerja, dalam belajar kita akan semakin sungguh-sungguh..

Untuk kesaksian selengkapnya silahkan tonton dalam video yang diposting oleh Renly Suling berikut ini:

Kesaksian Pdt. A. H. Marbun sembuh dari Covid-19
Bagikan:

Comments

comments

1 Respon

  1. chairul daniel berkata:

    semoga konfrence dki dibawah ketua konfrence yg lolos dari maut jangan memikirkan duit lagi tapi pikirkanlah bagaimana muzizat Yesus itu ada digereja dalam segala masalah konfrence.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *