Pelajaran 9: Benarkah 5 Ayat Alkitab ini Berbicara Tentang Kebakaan Jiwa?
Daftar isi:
AYAT INTI: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku” (Yohanes 5: 39).
Kamu menyelidiki Kitab-kitab suci sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab suci itu memberi kesaksian tentang Aku.
Petrus mengingatkan bahwa umat TUHAN harus siap memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tia orang yang meminta pertanggungan jawab tentang pengharapan yang dimiliki (1 Petrus 3:15).
Paulus menambahkan agar umat TUHAN memberitakan firman, siap sedialah baik atau tidak baikwaktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran (2 Timotius 4:2,3).
Alkitab memang terdiri dari bagian-bagian yang muda dipahami dan dijelaskan namun juga ada bagian-bagian yang sulit dipahami.
Itu sebabnya umat TUHAN harus berusaha memahami bagian-bagian Alkitab yang sulit dipahami terlebih jika itu disalahgunakan untuk mengajarkan sesuatu yang berbeda dari apa yang seharusnya.
Bagaimana Yesus menghadapi orang-orang yang menggunakan ayat-ayat dari Kitab Suci untuk membela keyakinan mereka padahal bertentangan dengan kehendak TUHAN?
Kristus Sendiri tidak mengesampingkan satu kata pun dari kebenaran tetapi Ia selalu mengucapkannya di dalam kasih.
Ia tidak pernah kasar, tidak pernah mengeluarkan perkataan yang pedas, tidak pernah menyusahkan jiwa yang halus. Ia tidak mengkritik kelemahan manusia.
Berikut ini ada 5 bagian ayat Alkitab yang digunakan orang untuk membenarkan kebakaan alami jiwa.
1. Orang Kaya dan Lazarus.
Baca Lukas 16:19-31.
Kisah Lazarus, orang miskin dan Abraham bukanlah sebuah kisah nyata melainkan sebuah perumpamaan. Kisah ini tidak bisa ditafsirkan secara harafiah meskipun Yesus yang menyampaikan perumpamaan ini.
Hal-hal yang menarik dari perumpamaan ini:
1. Jarak surga dan neraka begitu dekat sehingga memungkinkan percakapan antara penghuni kedua tempat.
2. Jika di akhirat sementara tubuh terbaring di kuburan, masih ada bentuk sadar dari jiwa spiritual dengan “mata,” “sebuah jari,” sebuah “lidah” dan yang bahkan teras ahaus (Lukas 16:23,24).
3. Jika bagian ini menggambarkan keadaan manusia dalam kematian, maka surga tentu tidak akan menjadi tempat sukacita dan kebahagiaan karena orang yang diselamatkan dapat dengan cermat mengikuti penderitaan tak berujung dari orang yang mereka kasihi yang hilang dan bahkan berdialog dengan mereka.
Perumpamaan ini tidak sedang membahas kondisi orang mati atau kondisi manusia di sorga dan neraka.
Inti dari perumpamaan ini justru kepada pentingnya mendengarkan suara TUHAN ketika seseorang itu masih hidup.
Status dan pengakuan sosial di masa sekarang bukanlah kriteria untuk pahala di masa depan dan nasib abadi setiap orang ditentukan di kehidupan ini dan tidak dapat dibalikkan di akhirat.
2. Hari Ini Bersama dengan Aku di Firdaus.
Baca Lukas 23:43; Yohanes 20:17; 14:1-3.
Salah satu ayat yang sering digunakan untuk mencoba mendukung kebakaan jiwa ialah perkataan Yesus di kayu salib kepada penjahat yang disalib.
Yesus berkata: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
Banyak yang menginterpretasikan ayat ini bahwa Yesus dan sang penjahat saat itu bersama-sama masuk surga.
Padahal jelas bahwa keduanya sedang terpaku di kayu salib. Bagaimana bisa keduanya masuk ke surga?
Itu berarti jiwa mereka berdualah yang langsung masuk sorga karena tubuh keduanya justru dikuburkan.
Ini juga berarti orang benar yang mati itu langsung masuk sorga jiwanya, sedangkan orang jahat yang mati langsung masuk neraka.
Benarkah demikian? Beberapa jawaban dari Alkitab yang membatalkan pemahaman ini ialah:
1. Dalam Yohanes 20:17, Yesus menyatakan kepada Maria bahwa Dia belum pergi ke hadirat Bapa-Nya yang di surga.
Ini berarti pada hari kematian Yesus, tidak ada yang masuk sorga termasuk Yesus yang menghadap Bapa-Nya.
2. Jika pemahaman bahwa penjahat itu langsung masuk sorga pada saat Yesus berkata kepadanya, maka pernyataan Yesus itu akan bertentangan dengan janji Yesus kepada para murid dalam Yohanes 14:1-3.
Yesus berjanji akan datang kembali untuk membawa umat-Nya masuk ke dalam surga dan tinggal bersama dengan-Nya.
Orang benar akan diangkat masuk ke dalam sorga hanya pada saat Yesus datang kedua kali, bukan diangkat diam-diam atau satu persatu.
3. Kata “hari ini” atau dalam Yunani semeron harus dihubungkan dengan kata kerja yang mengikutinya atau dengan kata kerja yang mendahuluinya.
Lukas menggunakan ekspresi ini dikaitkan dengan kata kerja sebelumnya yaitu “Aku berkata kepadamu.”
Pola ini terjadi 14 kali dalam 20 kali kemunculan kata semeron dalam kitab Lukas dan Kisah Para Rasul.
Jadi perkataan Yesus itu harus dikembalikan kepada pola susunan kata yang sebenarnya yaitu:
Aku berkata kepadamu pada hari ini, kamu akan bersama-Ku di Firdaus.
Penjahat itu sudah mendapatkan jaminan bahwa pada waktu yesus datang kedua kali, dia akan dibangkitkan dan dibawa masuk ke dalam kerajaan surga. Penjahat itu masih di dalam kuburnya.
“Eskpresi “pada hari ini” menekankan hubungan dan kesungguhan pernyataan bukan pelaksanaan langsung saat pernyataan itu diucapkan.
3. Pergi dan Tinggal Bersama Kristus.
Baca Filipi 1:21-24; 1 Tesalonika 4:13-18.
Paulus didorong oleh semangat untuk hidup “di dalam Kristus” sekarang dan “dengan Kristus” setelah kedatangan-Nya yang kedua.
Bagi sang rasul, bahkan kematian pun tidak dapat mematahkan keyakinannya sebagai milik Juruselamat dan Tuhannya. Hidup atau mati, umat Tuhan adalah milik-Nya.
Paulus berbicara tentang orang-orang percaya yang telah mati sebagai mereka yang tidur di dalam Yesus dan yang akan dibangkitkan pada kedatangan Yesus yang kedua kali.
Apakah maksud Paulus ketika dia mengatakan keinginannya untuk pergi dna tinggal bersama Kristus?
Apakah Paulus menyiratkan bahwa setelah kematian jiwanya akan pergi untuk hidup sadar bersama Kristus?
Paulus mengungkapkan keinginan untuk meninggalkan keberadaan yang bermasalah saat ini dan tinggal bersama Kristus tanpa mengacu pada selang waktu apa pun yang mungkin terjadi di antara kedua peristiwa yakni kematian dan kedatangan Yesus kedua kali.
Singkatnya, Paulus mengatakan bahwa hal berikutnya yang akan Paulus ketahui setelah beristirahat adalah kedatangan Yesus kedua kali untuk membangkitkan orang mati ketika dia akan bersama TUHAN.
Tetapi mengapa Paulus lebih memilih mati daripada hidup? Karena dengan begitu dia akhirnya bisa beristirahat dari semua masalahnya tanpa perlu lagi menderita sakit ditubuhnya.
Paulus akan melakukannya dengan kepastian penuh bahwa dia akan menerima “mahkota kebenaran” pada kedatangan kedua.
Paulus tidak ingin mati, tapi dia tahu dia pasti akan mati tapi Paulus juga tahu apa yang akan terjadi setelah dia mati yaitu kedatangan yesus kedua kali dan kebangkitan.
4. Berkhotbah kepada Roh-Roh di Penjara.
Baca 1 Petrus 3:13-20; Kejadian 4:10.
Dalam 1 Petrus 3:19 dituliskan bahwa Kristus, yang telah dibangkitkan menurut Roh, berkhotbah kepada roh-roh di penjara.
Para penafsir Alkitab mengartikan bahwa roh Kristus yang tidak berinkarnasi pergi ke neraka dan berkhotbah kepada roh-roh tanpa tubuh dari zaman dahulu, zaman Nuh.
Gagasan ini tidak dapat diterima karena tidak ada kesempatan kedua untuk keselamatan bagi orang yang sudah mati.
Oleh sebab itu, untuk apa Yesus berkhotbah kepada mereka yang sudah mati yang tidak memiliki kesempatan untuk bertobat?
Bagaimana untuk menjawab ajaran yang salah tersebut?
1. Ayat-ayat Petrus ditulis dalam konteks apa artinya menjadi setia; itu bukan membicarakan tentang keadaan orang mati.
2. Alkitab jelas menekankan bahwa orang mati tidak sadarkan diri di dalam kubur sampai kebangkitan terakhir.
3. Kalau Yesus pergi berkhotbah kepada roh-roh di penjara, neraka, pada zaman Nuh, mengapa hanya kepada roh-roh orang di zaman Nuh saja, bagaimana dengan roh-roh yang lain yang ada di neraka, jika benar demikian?
4. Apakah Yesus memberitakan Injil kepada para malaikat yang jatuh di zaman Nuh? Bukankah para malaikat sudah jatuh sejak zaman dahulu bukan di zaman Nuh?
5. “Roh-roh yang di penjara” yang dimaksudkan ialah orang-orang di zaman Nuh yang tidak taat. “Roh” dalam Perjanjian Baru mengacu pada orang yang hidup yang dapat mendengar dan menerima undangan keselamatan.
6. Sementara ungkapan “penjara” tidak mengacu pada penjara harafiah melainkan penjara dosa di mana sifat manusia yang tidak dilahirkan kembali ditemukan. Kristus berkhotbah kepada orang-orang yang tidak mau bertobat di zaman Nuh melalui Nuh sendiri.
Nuh menjadi pemberita kebenaran kepada orang sezamannya.
5. Jiwa-jiwa di Bawah Mezbah.
Baca Wahyu 6:9-11.
Di meterai kelima dalam buku Wahyu dicatat jiwa-jiwa martir terlihat secara kiasan “di bawah mazbah” menangis kepada TUHAN untukm membalas dendam.
Beberapa komentator cenderung mengidentifikasikan “mazbah” tersebut sebagai mazbah dupa yang disebutkan di bawah meterai ketujuh (Wahyu 8:1-6).
Namun rujukan pada “darah” bukan “dupa” dalam Wahyu 6:9-11 merujuk pada mazbah tempat korban bakaran di mana darah binatang harus dicurahkan.
Demikian juga darah para martir secara simbolis dicurahkan di mazbah TUHAN pada waktu mereka kehilangan nyawanya karena memilih tetap setiap kepada firman TUHAN dan kesaksian Yesus.
Jika demikian, “jiwa” di bawah mazbah diartikan secara simbolis bukan harafiah. Jika dipahami secara harafiah, pembaca Alkitab harus menyimpulkan bahwa para martir tidak sepenuhnya bahagia di surga karena mereka masih menangis untuk membalas dendam.
Ini seolah-olah mereka belum menikmati sukacita keselamatan di surga karena masih memiliki keinginan membalas dendam.
Balas dendam juga membuat hidup menjadi sengsara. Ini berarti tidak ada “jiwa” langsung masuk surga.
Alasan kedua ayat ini tidak dapat diartikan secara harafiah ialah Yohanes tidak sedang melihat surga.
Tidak ada di sorga kuda-kuda berwarna seperti yang dilihat Yohanes dengan penunggang para malaikat yang siap berperang.
Yesus juga tidak muncul di sorga secara fisik dalam bentuk anak domba dengan luka pisau yang berdarah.
Itu berarti tidak ada “jiwa” yang terbaring di atas dasar mazbah di surga. Di surga tidak ada mazbah korban bakaran.
Seluruh adegan dalam Wahyu 6 merupakan pernyataan gambaran dan simbolis. Mazbah yang dimaksud jelas merupakan mazbah pengorbanan tempat darah dicurahkan dan itu di bumi.
Apa yang Yohanes lihat tidak ada kaitannya dengan keadaan orang mati yang jiwanya langsung masuk surga.
Ini hanyalah cara yang jelas untuk menggambarkan fakta bahwa mereka telah menjadi martir atas nama TUHAN.
Kesimpulan.
Beberapa poin penting:
1. Dalam perumpamaan orang kaya dan Lazarus, Kristus menegaskan bahwa dalam kehidupan ini manusia menentukan nasibnya yang kekal.
Kasih karunia TUHAN diberikan kepada semua orang namun bila manusia menolak dengan menyenangkan keinginan dirinya sendiri, mereka memutuskan dirinya dari kehidupan yang kekal. Tidak ada yang dapat diberikan TUHAN setelah masa pencobaan selesai.
2. Ketika umat-umat TUHAN mula-mula mengalami penganiayaan dan bahkan kematian tampaknya satu-satunya jalan keluar dari kesusahan, uamt TUHAN bersukacita karena diangap layak menderita bagi Kristus.
Teladan mereka layak menjadi penghiburan dan dorongan bagi umat Allah yang akan dibawa ke dalam masa kesusahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
3. Apakah neraka itu sudah menyala dan akan tetap menyala? Tiga masalah utama dengan neraka yang terus menyala:
Akankah TUHAN memberi makan buah dari pohon kehidupan kepada orang jahat untuk membut mereka tetap hidup di neraka meskipun dibakar?
Lautan api yang membinasakan orang jahat meliputi area yang luas di permukaan bumi. Tidak ada indikasi dalam Wahyu 21-22 bahwa lautan cair menjadi fitur permanen dari bumi baru.
Terakhir, mereka yang dilemparkan ke lautan api menderita kematian kedua, yang merupakan kematian terakhir. Mereka mati, tidak terus menerus hidup dalam kesengsaraan.
Penulis Pelajaran: Dr. Alberto Timm.
Ringkasan oleh: Pdt. Milton Pardosi