Pastordepan Media Ministry
Beranda Bible Studi Sistematis Pelajaran 10: Dimanakah jiwa orang yang telah mati berada? Waspadai 4 Pandangan ini..

Pelajaran 10: Dimanakah jiwa orang yang telah mati berada? Waspadai 4 Pandangan ini..

Daftar isi:

[Sembunyikan] [Tampilkan]

    AYAT INTI: “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5: 21).

    Pendahuluan

    Penyair Italia Dante Alighieri (1265-1321) menulis karyanya yang terkenal, The Divine Comedy. Buku ini berisi tentang perjalanan fiksi jiwa setelah kematian.

    Menurutnya, jiwa pergi ke inferno (neraka) di dalam bumi; atau ke api penyucian, di mana roh manusia dapat membersihkan dirinya sendiri supaya layak untuk naik ke surga.

    Meski hanya berupa puisi, fiksi, kata-kata Dante akhirnya memiliki pengaruh yang besar terhadap teologi Kristen.

    Gagasan tentang jiwa yang abadi akan pergi ke neraka, atau ke api penyucian, atau ke surga adalah dasar ajaran beberapa gereja.

    Banyak denominasi Protestan konservatif juga percaya pada jiwa abadi yang setelah kematian naik ke surga atau turun ke neraka.

    Menurut mereka jiwa manusia tidak pernah mati, karena itu ia harus pergi ke suatu tempat setelah tubuhnya mati.

    Singkatnya, pemahaman yang tidak Alkitabiah tentang sifat manusia telah menyebabkan kesalahan teologis yang mengerikan.

    Kita akan membahas beberapa teori yang tidak alkitabiah ini, serta pandangan alkitabiah tentang apa yang terjadi setelah kematian.

    1. Ulat-ulat yang Abadi

    Baca Markus 9:42-48; Yesaya 66:24

    Ada yang menafsirkan kata “ulat” sebagai kiasan untuk jiwa yang sehausnya atau roh jahat yang setelah kematian terbang ke neraka di mana ia tidak pernah mati dan menderita siksaan abadi.

    Penafsiran ini bertentangan dengan Alkitab yang menegaskan bahwa orang mati tidak tahu apa-apa.

    Sebenarnya bentuk tunggal “ulat” digunakan secara umum untuk “ulat-ulat.” Acuannya adalah pada ulat yang memakan tubuh yang membusuk.

    Dalam Markus 9:48 yang mengutip Yesaya 66:24, mayat-mayat orang yang memberontak terhadap TUHAN, ulat yang memakannya tidak akan mati, api yang membakar tidak akan padam.

    Konteks ayat ini adalah musuh-musuh TUHAN mati di atas tanah dan dihancurkan dalam peperangan.

    Mayat-mayat yang tidak dimakan api diurai oleh ulat-ulat, atau pertama diurai oleh ulat-ulat dan kemudian oleh api.

    Ini menegaskan tidak ada referensi tentang jiwa orang mati yang dimakan ulat atau dibakar di neraka.

    Ekspresi “ulat yang tidak pernah mati” tidak menyiratkan bahwa ulat-ulat itu abadi. Ulat tidak meninggalkan tugas merusak mereka tidak tuntas.

    Ulat-ulat terus melahap tubuh orang yang jahat sampai tubuh-tubuh itu dihancurkan.

    Sebaliknya anak-anak TUHAN yang setia akan dengan sukacita tinggal di surga. Itu sebabnya Yesus menekankan lebih baik masuk sorga dengan anggota tubuh yang tidak lengkap daripada memiliki tubuh yang sempurna yang akan dihancurkan oleh ulat-ulat dan api.

    2. Siksaan Abadi Api Neraka

    Baca Maleakhi 4:1; Yudas 7; Matius 18:8; Markus 9:43

    Gambaran siksaan abadi melalui bola besi padat yang besar, lebih besar dari langit dan bumi, tidaklah memiliki dasar di Alkitab. Api kekal tidaklah menyatakan bahwa api itu tidak akan mati.

    Kata “kekal” dalam pemahaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (olam; aion; aionios) membawa arti yang berbeda tergantung pada konteks kemunculannya.

    Ketika dikaitkan kepada TUHAN, kata “kekal” mengungkapkan keabadian. Ketika dihubungkan kepada manusia berarti kekal yang dibatasi masa hidup manusia.

    Saat mengungkapkan “api kekal” berarti api tidak akan padam sampai benar-benar menghabiskan apa yang sedang dibakar.

    Ini berarti api akan kekal dalam arti api akan menghanguskan orang-orang jahat sepenuhnya dan tidak dapat diubah, meninggalkan manusia tidak ada akar atau cabang lagi.

    Jika orang jahat dihukum selamannya maka kejahatan tidak akan pernah diberantas sampai tuntas karena orang jahat masih tetap hidup meskipun di neraka.

    Prinsipnya TUHAN tidak menginginkan kematian orang-orang jahat. Lalu mengapa TUHAN terus memberikan kehidupan kepada orang jahat untuk menderita dalam siksaan yang tidak berkesudahan?

    Bukankah lebih masuk akal jika Dia hanya mengakhiri keberadaan mereka? Jika orang jahat akan dihukum menurut perbuatan mereka, mengapa umur manusia yang pendek harus dihukum tanpa henti?

    Api kekal harus dilihat sebagai kiasan kepada “danau api” pasca seribu tahun dari Wahyu 20. Jadi tidak benar Alkitab menjelaskan neraka yang sudah menyala dan terua menyala selama-lamanya.

    3. Orang-orang Kudus di Api Penyucian.

    Baca Pengkhotbah 9:10; Yehezkiel 18:20-22; Ibrani 9:27.

    Ada yang mengajarkan bahwa orang mati yang tidak pantas masuk neraka tetapi belum siap untuk masuk surga dapat dibersihkan dosa-dosanya di api penyucian dan kemudian dari sana naik ke surga.

    Penderitaan orang-orang tersebut di api penyucian dapat dikurangi dengan doa dan penebusan dosa dari orang-orang terkasih yang masih hidup.

    Bunyi lengkap ajaran tersebut ialah bahwa:

    Semua orang yang mati dalam kasih karunia dan persahabatan dengan TUHAN, tetapi masih disucikan secara tidak sempurna, telah diyakinkan akan keselamatan kekal mereka; tetapi setelah kematian mereka menjalani pemurnian, untuk mencapai kekudusan yang diperlukan untuk memasuki sukacita surga. Menariknya, penderitaan mereka yang dimurnikan di api penyucian dapat diringankan dengan doa-doa orang-orang yang masih hidup di dunia.

    Pengurangan penderitaan ini bisa juga lewat sedekah kepada gereja untuk pengampunan dan penebusan dosa atas nama orang yang sedang berada di api penyucian. Ajaran ini merupakan gabungan dari ide kekafiran tentang neraka yang membara dan praktik kekafiran yang berdoa bagi orang yang sudah mati.

    Ajaran ini bertentangan dengan ajran Alkitab karena:

    1. Orang mati tetap tinggal beristirahat tanpa kesadaran di kuburan mereka (Peng. 9;10).
    2. Kebenaran dari satu manusia yang jatuh tidak dapat dialihkan kepada manusia yang jatuh lainnya (Yeh. 18:20-22).
    3. Satu-satunya perantara manusia ialah Yesus (1 Tim. 2:5).
    4. Kematian diikuti oleh penghakiman terakhir, bukan api penyucian, tidak ada kesempatan kedua untuk bertobat dari dosa-dosanya (Ibrani 9:27).

    Ajaran ini juga memutarbalikkan karakter TUHAN. Menyalahtafsirkan karakter TUHAN adalah pekerjaan Iblis sejak awal.

    Iblis menyarankan dogma keabadian jiwa, neraka abadi, api penyucian, dll.

    Ajaran-ajaran tersebut membuat karakter TUHAN menjadi kejam, pendendam, sewenang-wenang dan tidak menjalankan pengampunan.

    4. Sebuah Surga dengan Jiwa tanpa Tubuh.

    Baca Kisah Para Rasul 2:29,34,25; 1 Korintus 15:16-18.

    Ada lagi pengajaran dalam kekristenan yang percaya bahwa jiwa orang benar yang telah meninggal sudah menikmati surga di hadirat TUHAN.

    Pendapat lain menyatakan bahwa jiwa itu hanyalah roh tanpa tubuh; yang lain percaya bahwa mereka adalah roh tanpa tubuh ditutupi oleh tubuh rohani yang mulia.

    Alkitab mengajarkan bahwa mereka yang sudah di surga sekarang adalah mereka yang diubahkan hidup-hidup (Henokh dan Elia), demikian juga yang dibangkitkan dari kematian (Musa dan orang-orang yang dibangkitkan bersama Kristus).

    Ayat yang menyatakan bahwa jiwa-jiwa di bawah mezbah berseru kepada TUHAN untuk membalas dendam (Wahyu 6:9-11) hanyalah sebuah kiasan keadilan dan tidak membuktikan teori tentang keabadian jiwa.

    Jika tidak, maka orang-orang ini hampir tidak terdengar seolah-olah mereka sedang menikmati hadiah abadi mereka.

    Kuburan adalah tempat peristirahatan bagi orang mati, yang secara tidak sadar menunggu kebangkitan baik kebangkitan pertama atau kebangkitan kedua.

    Orang mati bukanlah jiwa tanpa tubuh yang melayang-layang di sekitar surga yang menunggu dengan sabar untuk dipersatukan kembali dengan tubuhnya pada hari kebangkitan.

    Paulus menegaskan bahwa jika tidak ada kebangkitan, maka mereka yang telah meninggal dalam Kristus telah binasa.

    Bagaimana mereka telah binasa kalau mereka justru berada dalam kebahagiaan surga dan telah lama berada di sana sejak mereka meninggal?

    Ini membatalkan doktrin utama dan kunci dari Perjanjian Baru.

    Kebangkitan orang mati ketika Kristus kembali, telah dibatalkan dan menjadi tidak berlaku oleh ajaran palsu bahwa orang-orang benar sudah mati mendapatkan upah kekal mereka tepat setelah mereka mati.

    Ajaran yang salah ini justru sering muncul pada waktu pemakaman.

    5. Pandangan Alkitabiah.

    Baca 1 Yohanes 5:3-12.

    Doktrin Alkitab tentang keabadian bersyarat, sementara teori yang tidak Alkitabiah tentang kebakaan jiwa justru bersifat alami.

    Alkitab tegaskan bahwa manusia akan menerima kekekalan hanya ketika mereka dibangkitkan pada kebangkitan pertama, kebangkitan bagi orang benar.

    Sementara teori kebakaan jiwa menegaskan bahwa manusia telah memiliki kekekalan itu secara alamiah.

    Perlu diingat bahwa kekekalan itu hanya milik dan dari TUHAN, satu-satunya sumber kehidupan.

    Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka manusia di bawah kutukan kematian fisik dan kehilangan karunia hidup kekal.

    Namun TUHAN menyediakan jalan keselamatan bagi umat manusia untuk mendapatkan kembali kehidupan kekal yang seharusnya menjadi milik manusia sejak awal.

    Paulus menekankan bahwa TUHAN telah memilih manusia sebelum dunia dijadikan supaya kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4).

    Dosa masuk ke dalam dunia melalui Adam, demikian juga keselamatan datang kepada manusia melalui Yesus.

    Itu sebabnya kekekalan itu diberikan kepada manusia, Adam pertama namun kekekalan itu lenyap karena dosa.

    Kekekalan kembali diberikan kepada manusia melalui Yesus. Barangsiapa memiliki Anak memiliki hidup, barangsiapa tidak memiliki anak tidak memiliki hidup (1 Yohanes 5:11,12).

    Setiap orang yang memandang kepada Anak dan percaya kepada-Nya akan memiliki hidup (Yohanes 6:40).

    Yesus adalah kebangkitan dan hidup, barangsiapa percaya kepada-Nya akan hidup walaupun ia sudah mati (Yohanes 11:25).

    Melalui ayat-ayat di atas jelas bahwa hidup kekal itu hanya dari Yesus Kristus yang diberikan kepada manusia.

    Manusia tidak memiliki kekekalan dalam dirinya sendiri bahkan kekekalan jiwa sekalipun. Teori kebakaan jiwa jelas bertentangan dengan Alkitab.

    Kesimpulan

    Kepercayaan tentang kebakaan jiwa telah dibangun dalam berbagai teori yang tidak Alkitabiah.

    Kepercayaan tersebut berasal dari karya-karya fiksi, yang kemudian hari memberikan pengaruh dalam teologi Kristen.

    Teori-teori yang tidak Alkitabiah ini telah membuat Firman Tuhan dan janji-Nya tidak berarti. Karakter Tuhan digambarkan sebagai kejam dan sewenangwenang.

    Api neraka digambarkan sebagai tempat penyiksaan kekal orang jahat dan apinya tidak padam.

    Selanjutnya orang yang berdosa yang mati akan memiliki kesempatan kedua dan dapat masuk sorga setelah melewati api penyucian dan doa-doa orang yang masih hidup.

    Keyakinan bahwa orang mati pergi kesurga setelah mati telah menyebabkan kontradiksi dengan Firman Tuhan.
    Kalau orang mati sudah disurga, untuk apalagi Yesus datang kedua kali. Artinya tidak ada lagi kebangkitan saat Yesus datang. Ini tidak Alkitabiah.

    Alkitab mengajarkan bahwa orang mati ada dikubur. Pada waktu kedatangan Yesus kedua kali Yesus akan membangkitkan orang-orang percaya dan orang-orang jahat akan tetap dikubur.

    Api neraka dalam pengertian kebinasaan kekal orang jahat belum ada saat ini. Dalam wahyu 20, setelah kerajaan seribu tahu, neraka baru akan datang untuk membinasakan Iblis dan orang-orang jahat.

    Komentar
    Bagikan:

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    22 pelajaran Alkitab

    Iklan