Pelajaran 1: Pemberontakan Di Alam Semesta Yang Sempurna
Daftar isi:
AYAT INTI: “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putra Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!” (Yes. 14: 12).
Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu sempurna (Matius 4:48). Semua yang dia ciptakan sempurna.
“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik..” Kej 1:31.
Tetapi bagaimana kejahatan bisa muncul? Bagaimana kesempurnaan itu lenyap? Kita melihat kejahatan menyebabkan kerusakan serta penderitaan?
Pertanyaan ini sulit dijelaskan, namun ada jawabannya.
Banyak pandangan mengenai asal usul kejahatan. Dalam mitologi Yunani misalnya, ketika Prometheus mencuri api dari surga.
Lalu Zeus , raja para dewa, membalas dendam dengan menghadirkan Pandora kepada Prometheus, Epimetheus .
Pandora membuka kotak yang yang berisi penyakit, kematian, dan banyak kejahatan lain yang tidak ditentukan yang kemudian dilepaskan ke dunia.
Dari cerita inilah muncul istilah “membuka kotak Pandora”, yang berarti melakukan atau memulai sesuatu yang akan menyebabkan banyak masalah yang tidak terduga.
Tetapi mitologi ini tidak menjawab dari mana asal mula kejahatan itu.
Lalu, bagaimana kejahatan dan dosa bisa muncul di dunia yang sempurna? Mari kita mencari tahu asal mula kejahatan dari sudut pandang Alkitab.
1. Allah Menciptakan Dunia Sebagai Ungkapan Kasih-Nya
Kebaikan dan kejahatan dapat kita temukan di alam ciptaan Tuhan. Melihat alam kita dapat menemukan dua pesan sekaligus. Karena dipadukan kejahatan dan kebaikan.
Contohnya Bungan Mawar. Indah dan harum. Tapi juga memiliki duri yang membahayakan. Selanjutnya, Manusia mampu berbuat baik dan juga berbuat jahat.
Bagaimana bisa muncul duri-duri dan kejahatan ini? Siapa yang menjadi sumbernya? Apakah Tuhan? Yesus memberi jawabannya dalam perumpaan Lalang dan gandum.
“Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?” (Mat. 13: 27). Dan pemiliknya menjawab, “Seorang musuh yang melakukannya” (Mat. 13: 28).
Dari sini kita dapat menarik kesimpulan, bahwa ada yang menaburkan benih kejahatan, disebut sebagai musuh.
Artinya bahwa Tuhan tidak dapat melakukan 2 hal sekaligus. Kebaikan dan kejahatan. Ayat berikut ini menjelaskan..
“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” 1 Yohanes 4:8.
Poin dalam ayat ini bahwa Allah hanya dapat melakukan kebaikan yaitu kasih. Apakah artinya Allah adalah kasih?
Pertama, kasih Allah itu diungkapkan dalam bentuk tindakan nyata.
Kedua, Kasih Allah itu diungkapkan dalam penciptaan dan penebusan-Nya. Bahkan dalam penghakiman-Nya dan Penghukuman-Nya.
“Kasih Allah telah dinyatakan dalam keadilan-Nya.. Keadilan menjadi dasar takhta-Nya, dan buah kasih-Nya” Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 415.
Ketiga, karena Allah kasih maka tidak mungkin Allah pencetus dosa, karena itu bertentangan dengan karakternya yaitu kasih.
Allah itu berdaulat. Dia dapat menciptakan bisa juga tidak. Tetapi Allah memilih menciptakan dunia untuk mengungkapkan kasih-Nya dan untuk kemuliaan-Nya.
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, memiliki kemampuan untuk mengungkapkan kasih kepada Tuhan dan sesama. (lihat Mrk. 12: 30, 31).
2. Allah mengaruniakan Kehendak Bebas sebagai Dasar untuk mengasihi
Mari kita baca 1 Yohanes 4:7-16. Apa yang dikatakan perikop ini tentang kehendak bebas sebagai syarat untuk memupuk cinta?
a. Kita dipanggil untuk saling mengasihi. Itu adalah pilihan bebas seseorang. Tidak ada paksaan untuk mengasihi. Seperti halnya memilih tidak mengasihi (ayat 7-8)
b. Karena Allah lebih dahulu memilih mengasihi kita, maka pilihan yang sama kita buat yaitu saling mengasihi. (Ayat 9-12).
c. Kita mempunyai hak memilik tetap dalam Tuhan atau tidak. Tapi karena kita telah merasakan kasih Tuhan, kita memilih tetap dalam kasih-Nya.
Karena Tuhan memberikan kepada kita kebebasan memilih, memilih untuk mengasihi atau tidak mengasihi.
Contoh mahkluk Tuhan yang menyalahgunakan kebebasan memilih adalah Lusifer.
Lucifer, malaikat yang sempurna, diciptakan dengan kebebasan memilih. Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:12-17, menggambarkan bagaimana Lusifer memilih, tetapi memilih tidak mengasihi.
Jika Tuhan Sudah tahu bahwa suatu saat Lucifer akan memberontak, kenapa Tuhan masih menciptakan dia?
Bukankah ini akan membuat Tuhan menjadi pihak yang bertanggung jawab atas dosa Lucifer? Atau Tuhan dapat dituduh sebagai pencetus dosa?
Tuhan menciptakan malaikat yang sempurna, tetapi perkara bagaimana sampai Lucifer berdosa adalah misteri yang kita tidak dapat di Jelaskan dan mengerti sepenuhnya.
Intinya, bukan Tuhan penyebab dosa. Dosa muncul secara misteri. Walau Tuhan mengijinkan dosa ada untuk menunjukkan kepada alam semesta bahwa jika memilih tidak mengasihi Tuhan alias memberontak dampaknya akan merusak.
Memberikan juga kesempatan kepada Iblis untuk menunjukkan jati dirinya, sehingga alam semesta dapat melihat karakter Iblis.
Dengan demikian nama baik Allah akan dipulihkan, yang selama ini dituduh oleh Iblis bahwa Allah tidak adil, kejam dan hukumnya tidak dapat diturut.
Allah tidak cuek terhadap dosa dan efek jahat yang ditimbulkannya. Allah dapat memilih mengakhiri dosa tanpa terlibat menanggung dosa itu.
Tetapi karena kasih-Nya Allah menanggungnya dikayu salib. Dia mengambil ke atas diri-Nya hukuman terakhir untuk dosa itu, sehingga memungkinkan Dia, pada akhirya, untuk menghapusnya.
Allah sendiri membayar harga tertinggi untuk keberadaan dosa dan kejahatan (lihat Mat. 5: 43-48, Rm. 5: 6-11), dan bahwa Dia telah menderita karena dosa lebih dari siapa pun.
Kehendak bebas, suatu pemberian dari Allah. Keputusan penting apa yang akan Anda buat, dengan menggunakan karunia ini, dan apa konsekuensinya dari pilihan apa pun yang Anda buat?
3. Mengapa Tidak Bersyukur Masih Menjadi Misteri
Mari kita baca Yehezkiel 28: 12-19. Apakah yang dapat kita pelajari dari perikop ini tentang asal mula dosa yang misterius?
Yehezkiel 28 adalah lanjutan dari dua nubuat melawan Tirus (Yeh 28:1–10 dan Yeh 28:11–19), ditambah nubuat singkat melawan Sidon (Yeh 28:20–23) dan janji untuk Israel (Yeh 28:24– 26).
Bagian pertama dimulai dengan kesombongan Raja Tirus. Dia mengira dia adalah tuhan dan sepenuhnya percaya pada kebijaksanaan dan kekayaannya sendiri.
Tuhan akan menghakiminya dengan menanggalkan kesombongannya dan mengambil kekayaannya. Dia akan mati dengan kematian yang memalukan dan kejam.
Nubuat kedua adalah ratapan yang menggambarkan kesombongan, godaan, dan kejatuhan. Dengan demikian kekuatan di balik takhta Tirus, oleh Yehezkiel digambarkan sebagai “kerub penjaga” yang sempurna di Eden yang berdosa dan diusir dari surga.
Jadi Yehezkiel 28: 12-19, adalah analogi untuk menggambarkan kejatuhan Lusifer di istana surga yang asli.
Alkitab tidak merinci kejatuhan Setan, namun Yehezkiel 28 mengingatkan bahwa peperangan rohani dimulai di surga, bukan di bumi.
Kita menemukan pernyataan penting dalam Yeh 28:15, “Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.”
Menunjukkan dia ciptaan yang sempurna dengan kebebasan memilih. Dia menjadi curang karena pilihan sendiri, bukan karena salah menciptakan.
Cinta dirinya sendiri menggantikan cinta untuk Penciptanya. Dia ingin menjadi seperti Yang Mahatinggi, dia memimpin pemberontakan dan diusir dari surga (Yesaya 14:12-15).
Ketika Lucifer memilih membiarkan kesombongan menguasai dirinya, dia kehilangan posisinya yang mulia di surga (Yes. 14:12).
Lucifer tidak puas keberadaannya sebagai ciptaan Tuhan. Tidak puas dengan kehormatan dan posisi yang diberikan sebagai kerub.
Lusifer kehilangan rasa terima kasihnya kepada Tuhan dan ingin menerima lebih banyak pengakuan daripada yang sebenarnya pantas dia terima.
Bagaimana ini bisa terjadi dengan makhluk malaikat sempurna yang hidup di alam semesta yang sempurna, seperti yang telah disebutkan, adalah sebuah misteri.
Kenapa Lucifer tidak bersyukur terhadap semua kebesaran yang Tuhan berikan, kita tidak tau. Semua masih jadi misteri Ilahi.
Belajar dari pengalaman ini, mari kita bersyukur atas keberadaan kita, apapun posisi, jabatan, kondisi yang kita nikmati hari ini, syukurilah itu.
Tidak berterimakasih akan menempatkan diri kita di jurang kesombongan dan cinta diri.
Bersyukur adalah bentuk pengakuan kita atas kedaulatan Tuhan dan kasih-Nya dalam hidup kita. Baca, 1 Tesalonika 5: 18.
4. Harga Keangkuhan.
Dua tema yang sering disebutkan dalam Alkitab adalah Yerusalem, yang melambangkan kerajaan Allah dan Babilon, melambangkan kekuasaan palsu setan.
Tuhan memanggil umat-Nya untuk keluar dari Babel untuk melayani Tuhan ditanah perjanjian.
Mari kita baca Yesaya 14: 12-15, kesombongan Lucifer saat di sorga, berdampak bagi alam semesta.
Pasal 14 adalah bagian akhir dari perlawanan kepada Babel yang dimulai dalam Yesaya 13:1. Para penguasa Babel yang angkuh dan arogan, menunjuk ke makhluk sombong lainnya.
Mulai Yes 14:12, ditulis tentang “bintang fajar”, sebuah istilah yang diterjemahkan sebagai “Lucifer” dalam versi Latin dari Alkitab.
“Bintang fajar” ini adalah Setan, malaikat yang dulu cantik yang ingin meninggikan dirinya di atas Tuhan.
Lima kali kata,“Aku akan” dia ucapkan, untuk mengklaim kuasa dan kemuliaan Tuhan untuk dirinya sendiri.
Pemberontakan Setan yang sombong mengubah jalannya sejarah manusia di Taman Eden.
Dalam Yesaya 14:12–15, kita melihat di balik kesombongan Babel ada kesombongan setan. Dia ingin menjadi seperti Yang Mahatinggi, dan ingin posisi yang Maha Tinggi.
Jadi, setan adalah kekuatan di balik takhta Babel.
Tetapi Tuhan tidak mentolerir kesombongan Setan: “Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.” (Yehezkiel 28:17).
Keangkuhan Lucifer telah mendapat harganya. Dia kehilangan jabatannya sebagai Kerub. Dia dibuang dari Sorga, dan suatu saat akan dibinasakan selama-lamanya.
Keangkuhan Lucifer menjalar kepada manusia. Sehingga manusia menjadi angkuh dan sombong tidak hanya kepada sesamanya, tapi juga kepada Yang Maha Tinggi.
Allah juga harus membayar keangkuhan Lucifer. Yesus harus mati untuk menebus manusia dari dosa.
Keangkuhan harganya mati.
Sebagai manusia, kita rentan jatuh dalam dosa keangkuhan. Boleh jadi karena jabatan dan posisi yang kita miliki. Karena kekayaan, kecantikan dan kepintaran kita.
Bahkan disaat kita pun tidak punya apa-apa, roh keangkuhan dapat merasuk diri kita. Untuk menghindari roh keangkuhan itu, renungkanlah salib Kristus. Dia Allah merendahkan hatinya turun dari Sorga untuk mati bagi kita.
Kita hidup karena Tuhan. Semua yang kita miliki dari Tuhan. Maka tidak ada yang perlu kita sombongkan.
5. Penyebaran Ketidakpercayaan.
Mari kita baca Wahyu 12. Perikop ini menjelaskan bagaimana pemberontakan setan di Sorga meluas hingga ke bumi ini.
Wahyu 12 memberi informasi bahwa perang besar pecah di surga antara Lusifer dan para malaikatnya di satu sisi dan Kristus dan para malaikat-Nya di sisi lain.
Lusifer disebut “naga besar,” “ular tua,” ”Iblis atau Satan,” dan “pendakwa saudara-saudara kita” (Why. 12: 9, 10).
Kristus disebut sebagai “Mikhael” (Why. 12: 7), yang berarti “yang seperti Allah.”
Untuk referensinya bahwa Yesus adalah Mikhael dapat kita baca di Dan. 2: 34, 45), sebagai anak manusia (Dan. 7: 13), sebagai Panglima bala tentara dan Raja segala raja (Dan. 8: 11, 25), dan sebagai Mikhael sang pemimpin besar (Dan. 12: 1)
Wahyu 12 memberikan gambaran mengenai pertentangan segala jaman.
- Pertama dimulai di surga dengan pemberontakan Lucifer dan sepertiga dari malaikat surgawi,
- Memuncak dengan kemenangan Kristus yang menentukan di kayu salib, dan
- Masih berlanjut melawan umat Allah yang tersisa di akhir zaman.
Ketika pertama kali Lucifer memberontak, Allah tidak langsung memecat dia dari posisinya.
EG. White menjelaskan bahwa “Allah, dalam kemurahan-Nya yang besar, bersabar terhadap Lusifer. Ia tidak segera diturunkan dari kedudukannya yang tinggi itu pada waktu pertama sekali ia menunjukkan roh ketidakpuasan, atau bahkan pada waktu ia mulai menyatakan tuntutannya di hadapan malaikat-malaikat yang setia. Lama ia dipertahankan tetap di surga. Berkali-kali ia diampuni dengan syarat pertobatan dan penyerahan serta tunduk kepada Allah” Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 519.
Tidak ada informasi berapa lama perang itu terjadi di Surga. Terlepas dari semua itu, yang paling penting adalah bahwa lblis dan para malaikatnya “telah dikalahkan, dan tidak ada lagi tempat bagi mereka di surga” (Why. 12: 8, NRSV; lihat juga Luk. 10: 18).
Jadi, Iblis adalah musuh yang telah dikalahkan.
Masalahnya sekarang adalah bahwa Iblis datang ke bumi. Mereka menggoda Hawa dan Adam dan menyebarkan roh ketidakpuasan dan pemberontakan.
Dia berusaha menanamkan pada diri kita roh yang sama, supaya kita ikut memberontak kepada Tuhan. Karena itu waspadalah.
Jangan menjadi penyebar roh pemberontakan. Biarlah kita penyebar kasih Tuhan.
Kesimpulan
“Sejak mula pertama, Allah dan Kristus sudah mengetahui kemurtadan Iblis, dan kejatuhan manusia oleh kuasa tipu daya pendurhaka itu.
Allah tidak merencanakan supaya dosa ada, akan tetapi melihatnya lebih dahulu jauh sebelum dosa itu lahir, lalu mengadakan persiapan guna menghadapi peristiwa yang mengerikan itu.
Sungguh besar kasih-Nya bagi dunia ini sehingga dijanjikan-Nya memberikan Anak-Nya yang tunggal, ‘supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.’ Yoh. 3: 16″—, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 16.