Pastordepan Media Ministry
Beranda Seri Berkat Abraham Menoleh kebelakang, isteri Lot menjadi tiang garam

Menoleh kebelakang, isteri Lot menjadi tiang garam

CAMPUR aduknya hati istri Lot. Ini pelarian yang sangat menyebalkan. Pergi dengan hanya baju dibadan.

Tidak sempat membawa emas dan permatanya. Semua ditinggalkan. Rasanya sayang sekali. Tergambar dalam pikirannya semua hartanya hancur dilalap api.

Keselamatan diri penting, tapi keselamatan harta juga tidak kalah penting. Mungkin itu yang ada dalam benak istri Lot. sambil berlari dia sangat menyesali tidak dapat menyelamatkan hartanya.

Tergambar dalam pikirannya setelah ini dia akan hidup dalam kemiskinan. Tanpa rumah. Tanah dan perhiasan.

Mungkin dia tidak terbiasa hidup susah. Atau pernah hidup susah. Namun setelah kaya, lupa cara hidup susah.

Bagaimana nanti menjalani hidup tanpa apa pun! Itu sangat menekan jiwanya. Itu sebabnya ketika mereka berlari meninggalkan Sodom, larinya sangat lambat. Setengah hati.

Padahal perintah malaikat jelas, “Larilah..” Tujuannya supaya mereka cepat tiba di Zoar. Namun cara berlari istri Lot seperti perempuan yang sedang hamil. Lari-lari pendek. Sesekali berjalan..

Akibatnya dia tertinggal agak jauh dari Lot dan dua putrinya. Lot dan kedua putrinya memanggil-manggilnya..

“Ayo lari yang cepat..” teriak Lot. Istri Lot tidak menyahut. Pikiranya terus kepada Sodom. Hingga pelariannya mencapai klimaksnya..

Narasi kemudian menerangkan, “Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam..”

Dia tidak menurut perintah malaikat tersebut untuk jangan menoleh kebelakang.

Kata kerja menoleh adalah kata kerja nabat yang menggambarkan apa pun mulai dari sekadar pandangan sekilas ( 1Sam 17:42 ) hingga perenungan yang cermat, berkelanjutan, dan mendalam ( Yes 5:12).

Septuaginta menerjemahkan nabat dengan kata kerja epiblepo yang berarti menatap (dalam kasusnya ini menatap dengan penuh harap)..

Melihat dengan saksama atau melihat dengan perhatian yang saksama!

Pandangannya ke belakang bukan sekadar melihat sesaat, sebab kehancuran kota Sodom baru akan dimulai sampai Lot dan putri-putrinya aman di Zoar.

Jelaslah ia menolak semua dorongan untuk pergi dan berlama-lama jauh di belakang.

Istri Lot tampaknya mengidentifikasi dirinya dengan kota yang akan dihancurkan itu dan dengan demikian menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap penyediaan keselamatan dari Allah.

Hati istri Lot masih berada di Sodom dan ia menuai balasan yang setimpal (lih. Lukas 17:32 ). Dia berusaha untuk mempertahankan kehidupannya yang nyaman di Sodom.

Istri Lot kehilangan nyawanya karena ia “menoleh ke belakang.” Ini lebih dari sekadar melirik ke belakang; itu adalah tatapan rindu yang menunjukkan keengganan untuk pergi atau keinginan untuk kembali.

Apa pun alasannya, intinya adalah ia dipanggil untuk meninggalkan segalanya demi menyelamatkan hidupnya, tetapi ia tidak bisa melepaskannya, dan ia membayarnya dengan nyawanya.

Dalam Yudaisme, istri Lot menjadi simbol bagi seorang kafir yang memberontak.

Skenarionya mirip dengan seseorang yang terbangun di tengah malam dan mendapati rumahnya terbakar.

Orang tersebut mungkin tergoda untuk berlarian dan mengumpulkan barang-barang berharga, tetapi penundaan tersebut dapat mencegahnya melarikan diri—semua barang akan hilang, begitu pula nyawanya.

Lebih baik meninggalkan semuanya dan melanjutkan hidup Anda. Prinsipnya jelas, tetapi referensi pastinya lebih sulit untuk dipahami.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan