Menjamu Tuhan

“Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.” Ibrani 13:2
Teriknya matahari membuat suhu begitu panas. Nampaknya sedang berada pada musim panas. Saat itu di dalam kemah begitu panas.
Abraham mencoba keluar tenda. Berangin-angin didepan pintu kemah. Mungkin sambil buka baju. Bersantai ditemani secangkir air sejuk.
Pada siang hari yang terik berarti saat itu adalah sore hari, waktu di mana makanan utama biasanya disantap dalam tradisi Timur Tengah hingga saat ini.
Dalam tradisi kerabian, teks ini merujuk pada hari ketiga sunat. Ketika Abraham sedang duduk di depan pintu kemah, mungkin sedang menunggu makanan siap disajikan para hambanya.
Tiba-tiba dia melihat ada tiga orang berdiri didepan kemahnya. Itu pasti orang asing. Karena belum pernah dilihatnya.
Dia hanya melihat tiga orang asing yang kelelahan dalam perjalanan yang sedang mencari istirahat dan makanan.
Dengan kesopanan Timur yang sejati, dia berlari mendekat kepada mereka untuk menawarkan fasilitas rumahnya..
Dia membungkuk atau bersujud dan itu merupakan kebiasaan orang Timur. Dia berkata: “Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini…
Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini;
biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini.”
Dari cara Abraham menyapa mereka, menunjukkan bahwa ia tidak mengetahui salah satu dari mereka adalah TUHAN.
Ia melakukan hal yang sama kepada para tetangganya yang berasal dari Het (Kej. 23:7, 12). Demikian pula, Yakub sujud menyembah di hadapan Esau (pasal 33:3),
Yusuf di hadapan ayahnya (48:12), Salomo di hadapan ibunya (1 Raja-raja 2:19), dan anak-anak para nabi di hadapan Elisa (2 Raja-raja 2:15).
Dari informasi diayat satu, disebutkan bahwa itu adalah TUHAN yang menampakkan diri kepada Abraham. Penampakan yang keenam kepada Abraham..
Ini terjadi tidak lama setelah penampakan yang kelima, dalam pasal sebelumnya.
Menurut tradisi para rabi, Allah datang mengunjunginya ketika ia sedang dalam masa pemulihan setelah disunat.
Seperti yang ditunjukkan oleh konteksnya, salah satu dari ketiga orang itu adalah Allah dalam wujud yang dapat dilihat, dan dua orang lainnya adalah malaikat.
Bahwa Abraham mengarahkan undangannya kepada salah seorang dari orang-orang asing itu dianggap oleh beberapa penafsir sebagai indikasi bahwa ia telah mengenali Yehuwa sebagai salah satu dari mereka.
Ada kemungkinan bahwa salah satu dari ketiga orang itu lebih unggul daripada yang lain dalam hal penampilan..
Atau salah satu di antara mereka melangkah maju sebagai juru bicara kelompok itu, sehingga Abraham mengarahkan kata-katanya kepada orang itu.
Perlu dicatat juga bahwa kata Ibrani yang diterjemahkan “Tuhan” di sini bukanlah Yahweh yang kudus, tetapi ‘adonai, yang setara dengan “tuan”, sebuah bentuk penghormatan.
Abraham sangat menghormati orang berdri didepan kemahnya. Bisa saja dia mengabaikan mereka dan berpura-pura tidak tahu.
Dari sini kita melihat, Abraham peribadi yang sangat ramah dan peduli. Khususnya terhadap orang asing.
Respons Abraham terhadap kemunculan ketiga pria itu juga menunjukkan bahwa ia secara naluriah tahu bahwa ia berada di hadirat Tuhan.
Respons yang umum terhadap para tamu dalam budaya itu adalah berdiri dan menunggu mereka mendekati rumah.
Namun, Abraham berlari menemui mereka dan “membungkukkan badan ke tanah,” postur sujud yang diperuntukkan bagi bangsawan atau dewa.
Ketiga tamu yang dijamu Abraham ini adalah tamu surgawi, dan Abraham serta Sarah berada di dalam persekutuan dengan Tuhan Sendiri.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa Tuhan mengetahui apa yang sedang terjadi di bumi, dan Dia terlibat. Tuhan bahkan dapat mengunjungi atau mengirim utusan surgawi-Nya untuk membantu memenuhi rencana-Nya.
Kita mungkin tidak selalu menyadari dengan siapa kita berbicara, jadi kita harus memperlakukan setiap orang seolah-olah mereka memiliki tugas khusus dari Tuhan.
Ibrani 13:2 mengingatkan kita, “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.”
Walau pun saat ini kita harus berhati-hati terhadap orang asing, yang belum kita kenal, namun prinsipnya, orang beriman harus ramah terhadap semua orang.
Seperti Abraham, dia tidak sadar bahwa yang dia jamu adalah malaikat Tuhan. Bahkan Tuhan sendiri. dan ketika dia menyambut dan melayani mereka dia telah menyambut Tuhan.
Semua pelayanan harus pertama-tama ditujukan kepada Tuhan, karena jika kita gagal menjadi berkat bagi Tuhan, kita tidak akan pernah menjadi berkat bagi orang lain.
Paulus mengatakan,
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” ( Kol. 3:23–24 )
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now