Mengapa Kita Memerlukan Hikmat Pada Saat Pencobaan?
Baca: Yakobus 1:5-8
“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Yakobus 1:5.
Dalam ayat ini Yakobus berbicara tentang perlunya hikmat dari Tuhan pada saat menghadapi pencobaan.
Orang beriman membutuhkan “hikmat” untuk melihat pencobaan-pencobaan yang dialaminya dan memperoleh manfaat secara rohani dari pencobaan-pencobaan tersebut.
Pencobaan yang sering kali menimpa orang saleh menimbulkan pergumulan dan memerlukan hikmat yang diberikan Tuhan untuk menyelesaikannya.
Hikmat adalah kemampuan menilai dengan benar dan mengikuti tindakan terbaik, berdasarkan pengetahuan dan pemahaman.
Yakobus memandang kebijaksanaan berkaitan dengan penerapan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Kearifan morallah yang memampukan orang beriman menghadapi kehidupan dan pencobaannya dengan keputusan dan tindakan yang selaras dengan kehendak Allah
Pada saat pencobaa datang, salah satu hal pertama yang kita tanyakan ketika keadaan terpuruk, ketika cobaan menghampiri kita adalah “Mengapa Tuhan?
Mengapa Engkau membiarkan hal ini terjadi? Apa yang telah saya lakukan hingga pantas menerima nasib seperti itu?”
Mungkin kehilangan pekerjaan. Mungkin tiba-tiba jatuh sakit. Mungkin kehilangan orang yang Anda cintai.
Ini telah mendatangkan penderitaan besar bagimu. Itu terus berlanjut, dan Anda bertanya-tanya mengapa.
Yakobus 1:5 mengatakan, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah…”
Pada saat pencobaan datang, kita perlu hikmat Tuhan, untuk menjaga supaya kita tidak jatuh dan salah dalam mengambil keputusan..
Saat kita sedang melalui masa-masa sulit ini, tidak ada salahnya berkata, “Tuhan, apa yang ingin Engkau ajarkan padaku? Tuhan, adakah pelajaran yang bisa dipetik di sini?
Karena jika ada, maka saya ingin mempelajarinya. Aku ingin menyelesaikan ini secepat mungkin.
Jika ini akan berlangsung untuk sementara waktu dan tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mengubahnya, baiklah.
Tetapi jika ada sesuatu yang perlu kupelajari yang dapat mengakhiri hal ini, beritahu aku sekarang, Tuhan.”
Penting bagi kita untuk mengetahui bahwa Tuhan mempunyai pelajaran yang Dia ingin kita pelajari di saat-saat pencobaan.
Dan seringkali, ini hanya untuk melihat apakah kita telah mempelajari materinya.
Jaid dalam hal ini, Yakobus berbicara tentang hikmat Tuhan yang memampukan kita menanggung pencobaan dengan sukacita.
Yakobus menyadari bahwa dalam masa pencobaan, kita sering kali kekurangan hikmat-Nya tentang cara menanggung pencobaan tersebut dengan sukacita.
Tentu saja kita bisa meminta hikmat kepada Tuhan dalam segala persoalan hidup yang kita hadapi..
Namun dalam konteks di sini, fokusnya adalah meminta hikmat kepada Tuhan agar kita bisa menjalani cobaan dengan penuh sukacita.
Menanggung pencobaan dengan sukacita bertentangan dengan kecenderungan alami kita. Ketika cobaan datang, kita cenderung bertanya, “Mengapa hal ini terjadi pada saya?”
Tuhan dengan murah hati mengungkapkan kepada kita alasan penderitaan kita, walau seringkali tidak terungkap.
Seringkali jawaban mengapa kita menderita harus menunggu sampai kita berada di surga.
Pertanyaan penting yang harus ditanyakan ketika suatu pencobaan datang adalah, “Bagaimana saya dapat memahami pencobaan ini dari sudut pandang Tuhan?
Bagaimana saya dapat melewati badai ini sedemikian rupa sehingga membawa kemuliaan bagi Tuhan?
Bagaimana cobaan ini dapat membantu saya bertumbuh dalam kedewasaan?”
Jadi, Yakobus berbicara tentang keterampilan yang memampukan kita hidup taat di hadapan Tuhan di tengah pencobaan.
Hasilnya adalah kehidupan yang benar-benar indah dan memuliakan Tuhan.
Renungan: Apa yang dikatakan ayat ini kepada saya? Mengapa kita memerlukan hikmat Tuhan pada saat pencobaan datang?