Mengapa Kasih Tidak Berkesudahan? ( 1 Korintus 13:8)
“Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.” 1 Korintus 13:8
Di ayat-ayat sebelumnya Paulus menerangkan ketidak bergunaan karunia rohani, pengetahuan tanpa kasih.
Dia menunjukkan bahwa kasih lebih unggul dari semua karunia, karena karunia-karunia itu hanya untuk dunia ini, sedangkan kasih untuk waktu dan kekekalan.
Inilah mahkota kemuliaan kasih, yaitu kasih itu tidak dapat binasa. Tidak berakhir. Seperti diayat sebelumnya, sifat kasih itu bertahan dalam segala keadaan hingga kekekalan.
Kasih agape tidak pernah berakhir. Maksud Paulus adalah bahwa sepanjang masa yang akan datang, kasih akan terus berlanjut dalam arti kita akan tetap mengasihi Tuhan dan sesama.
Tidak seperti daun pohon, yang gugur dimusim kemarau, kasih tidak pernah gugur tetapi akan bertahan selamanya.
Paulus memperkuat pendapatnya tentang kekekalan kasih dengan membandingkannya dengan karunia-karunia rohani jemaat Korintus, semua karunia rohani ini pada akhirnya akan berakhir.
Kasih tidak pernah gagal karena kasih adalah sifat Allah. Yohanes menulis, “Allah adalah kasih.” ( 1 Yoh 4:8, 16)
Mengapa kasih tidak akan berakhir? Karena sumber kasih itu adalah Allah dan itu kebutuhan semesta sepanjang kekekalan.
Sementara karunia rohani, bakat, ketrampilan dll, semua ada masanya. Itu hanya untuk waktu tertentu. Suatu saat itu tidak lagi perlukan. Tetapi kasih diperlukan setiap detik.
Tugas dan tantangan kita yang terus-menerus adalah untuk “mendapatkan” Sumbernya, supaya kasih kita kekal.
Kasih kita sebagai manusia memang sering kali gagal terutama ketika diuji oleh orang-orang yang menentang atau keadaan yang tidak menyenangkan.
Karunia-karunia Roh Kudus lainnya harus segera berakhir dan tidak bernilai, KASIH akan tetap ada, dan akan selalu ada.
Kita harus mencari apa yang memiliki nilai yang kekal; dan oleh karena itu, kasih harus lebih diutamakan daripada karunia-karunia Roh.
Maka Paulus menyebut tiga karunia yang menonjol: Bernubuat, pengetahuan, bahasa roh, mereka semua akan berakhir lenyap, artinya tidak ada lagi dan tidak diperlukan lagi.
Karunia bernubuat akan dikesampingkan. Tidak perlu ada nubuat ketika kita bertemu Yesus yang tentang-Nya seluruh Kitab Suci telah bernubuat! Nubuat akan lenyap ketika kenyataan datang.
Pengetahuan yang begitu penting bagi kita sekarang tidak akan relevan lagi karena ketika bertemu Yesus, kita akan mengetahuinya dengan sempurna. Puji Tuhan!
Bahasa roh akan berakhir! Karunia-karunia ini tidak akan diperlukan lagi, karena ketika kita bertemu Yesus, tidak akan ada lagi kebutuhan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa lain.
Jadi karena semua karunia akan berakhir suatu masa, mari kita gunakan saat ini karunia rohani kita untuk melayani. Gunakan dengan kasih sampai akhir hayat kita.
Karunia rohani bukan untuk kepentingan diri kita, jadi tidak perlu disombongkan. Setiap kesanggupan yang kita miliki dan tampilkan, kreditnya adalah Tuhan, bukan kita.
Jadi, dari sekian banyak kegagalan jemaat Korintus, kegagalan terbesar mereka adalah dalam hal kasih.
Sama seperti kehadiran “kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Petrus 4:8), ketiadaan kasih juga menyebabkan banyak sekali dosa.
Jemaat Korintus memiliki ketidakkasihan yang besar dan dosa yang besar. Yang mereka butuhkan di atas segalanya adalah kasih yang besar dan kebenaran yang besar.
Apa yang mejadi sifat Allah harus menjadi kita anak-anak-Nya.
Dalam 1 Korintus 13:8-13, Paulus membuktikan bahwa, karena kekekalannya, kasih adalah karunia Allah yang terbesar, karunia di atas segala karunia.
Karunia-karunia rohani bersifat sementara, terbatas, namun kasih kekal. Mari kita mengasihi dengan kasih yang kekal.
Mari kita mengasihi seperti Tuhan mengasihi kita. Kasih agape, kasih tanpa pamrih, tulus dan tidak mengharapkan imbalan.
Tidak peduli apa yang telah orang buat kepada kita, kita akan terus mengasihi sampai akhir.
Renungan: Apa yang dikatakan ayat ini kepada saya tentang kasih yang tidak berkesudahan? Mengapa semua karunia rohani akan berakhir, namun kasih kekal?