Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Mengapa Akar Segala Kejahatan Cinta Akan Uang?

Mengapa Akar Segala Kejahatan Cinta Akan Uang?

“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” 1 Timotius 6:10

Uang itu netral. Benda mati bernilai. Dia tidak memihak. Dia tergantung siapa yang menggunakan dan untuk tujuan apa.

Memiliki uang bukanlah kejahatan. Masalahnya bukan pada uangnya, namun pada cinta akan uang.

Cinta akan uang dari kata philarguria dari philos artinya teman, pengasih dan arguros= perak, uang. Ini berarti mencintai perak, kasih sayang terhadap, “mencintai uang” dan kata sifat terkait philoarguros diterjemahkan “tamak”

Namun kalimat sebelum cinta uang ada kata akar. Akar adalah bagian tumbuhan yang tidak terlihat, terletak di bawah pertumbuhan dan berfungsi sebagai organ penyerap, penyedia makanan…

Penahan dan penopang bagi tumbuhan! Ingatlah bahwa akar berbeda dengan batang, tunas dan buah, yang semuanya sangat bergantung pada keutuhan akar.

Maka bila Paulus katakan akar kejahatan cinta akan uang, berarti sumber atau asal yang membuat orang berbuat jahat atau kejahatan dari cintanya akan uang.

Paulus menyebut dua akibat cinta uang: menyimpang dari iman dan menyiksa diri dengan berbagai duka.

Mata Paulus melihat dengan sedih bagaimana orang-orang tertentu dalam mengejar uang, “telah disesatkan”, dibuat menyimpang dari jalan lurus “iman.”

Iman Kristiani yang dahulu mereka anut kini tergeser oleh kecintaan mereka terhadap uang sebagai tujuan utama hidup mereka.

Mereka telah kehilangan kasih mula-mula dan kesetiaan mereka terhadap kebenaran. Tindakan mereka berdampak pada jemaat dan kesaksian Kristen.

Karena keinginan mereka untuk memetik bunga kekayaan yang indah, mereka telah menusuk dan melukai diri mereka sendiri dengan duri-durinya yang tajam dan tidak disangka-sangka.

Kecintaan terhadap uang seringkali muncul karena seseorang menganggap uang akan mendatangkan banyak kebahagiaan.

Cinta akan uang adalah sumber dari banyak sakit hati.

Cinta akan uang adalah salah satu jerat terbesar bagi jiwa manusia. Sejarah Gereja penuh dengan ilustrasi tentang kebenaran ini.

Demi uang, Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya. Demi uang, Simson dikhianati untuk diserahkan kepada orang Filistin.

Demi uang, Gehazi menipu Naaman dan berbohong kepada Elisa. Demi uang, Anak Allah diserahkan ke tangan orang jahat.

Demi uang hubungan keluarga menjadi retak. Demi uang orang-orang menjual diri. Demi uang orang-orang menggadaikan prinsip kebenaran, dll

Marilah kita semua waspada terhadap cinta uang. Dunia ini penuh dengan hal itu pada zaman kita.

Kita harus sering mengingat kata-kata khidmat dari Yesus, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?” Mat 16:26.

“Kita tidak membawa apa pun ke dunia ini, dan sudah pasti kita tidak dapat membawa apa pun ke luar.”

Doa kita sehari-hari seharusnya adalah, “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.

Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” Amsal 30:7-9.

Tujuan kita yang terus-menerus adalah menjadi kaya dalam kasih karunia.

Kaisar Nero sangat terobsesi dengan kekayaan. Dia bersukaria dengan harta benda duniawi dan menaruh hatinya pada harta benda itu.

Dari singgasananya yang megah sebagai penguasa Kekaisaran Romawi, ia memerintahkan agar beranda-beranda yang indah sepanjang satu mil dibangun di sekeliling istananya.

Langit-langit aula perjamuannya dilengkapi dengan pancuran tersembunyi yang menyemprotkan parfum tipis-tipis kepada semua orang yang datang mengunjunginya.

Mahkotanya bernilai setengah juta dolar, dan keledainya bersepatu perak. Setiap kali ia bepergian, seribu kereta perang menemaninya..

Dan ia menolak untuk mengenakan pakaian yang sama dua kali, tidak peduli seberapa mahal dan indahnya pakaian itu.

Dengan memungut pajak dari rakyat tanpa ampun, ia mampu membayar sejumlah uang yang sangat besar kepada siapa pun yang dapat menemukan metode baru untuk menghiburnya.

Namun dengan segala kekayaan dan kemegahannya, ia adalah orang yang pemarah, muram, dan tidak puas.

Kekayaan besar yang telah dikumpulkannya tidak dapat memuaskan jiwanya. Karena ia tidak kaya di hadapan Tuhan, maka ia mati secara tragis dengan bunuh diri.

Jika Tuhan telah menganugerahkan harta benda kepada kita, kenali bahaya yang menyertai kemakmuran tersebut.

Evaluasilah dengan jujur apakah Anda adalah pengurus yang baik atas harta yang telah Dia berikan.

Jika kita miskin, kita juga harus memperhatikan peringatan dari 1 Timotius 6:9 karena keinginan yang membara akan barang dan emas dapat merusak kehidupan rohani, sama seperti keinginan untuk memilikinya!

Carilah kekayaan kasih karunia dan berkonsentrasilah untuk menyimpan “harta di surga.”

Tokoh sirkus ternama PT Barnum pernah berkata bahwa “Uang adalah tuan yang mengerikan, tetapi pelayan yang baik.

Cara seseorang memperlakukan uangnya adalah ujian paling menentukan karakternya—bagaimana ia menghasilkan uang dan bagaimana ia membelanjakannya. – James Moffatt

Mencintai uang berarti melupakan Sumber kehidupan.

Renungan: Apa yang dikatakan ayat ini kepada saya? Mengapa akar segala kejahatan adalah cinta akan uang? Apakah akibat mengerikan dari cinta akan uang?

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan