Mencintai Pendeta Lama dan Jatuh Cinta pada Pendeta Baru

Oleh Ralph C. Watkins
Gereja tidak harus memilih siapa yang akan dicintai. Jemaat tidak dapat diminta untuk melupakan mantan pendeta, melupakan ke mana ia memimpin mereka, dan bagaimana ia merawat mereka.
Cinta untuk mantan pendeta harus diabadikan sementara jemaat jatuh cinta pada pendeta baru.
Jemaat dapat mencintai pendeta lama dan pendeta baru, tetapi hubungan ini harus dikelola seiring dengan kemajuan gereja.
Karena pendeta baru benar-benar menjadi pendeta, penting bagi jemaat untuk tidak menghubunginya lagi.
Jika pendeta sebelumnya menelepon untuk menanyakan tentang keadaan gereja, jemaat harus mengingatkan pendeta tersebut bahwa ia telah pindah, dan bukan urusannya bagaimana keadaan gereja. Jemaat harus menghubungi pendeta yang baru.
Misalnya, jangan panggil pendeta lama dan minta dia mengurus pemakaman. Panggil pendeta baru.
Meskipun tergoda untuk kembali ke hubungan lama itu, ingatlah bahwa itu tidak adil bagi pendeta lama atau pendeta saat ini.
Saya mengamati bahwa ketika pendeta baru diizinkan untuk merawat jemaat selama masa duka, itu membantu gereja untuk maju.
Ketika pendeta baru mengambil alih fungsi perawatan pastoral, terutama selama masa duka, hubungan berubah, semakin dalam, dan semakin akrab.
Ironisnya, berduka atas orang yang dicintai membuat pendeta baru dan jemaat bersatu dan memaksa mereka untuk menghadapi masa depan baru tanpa orang yang mereka cintai.
Perubahan ini juga dapat disamakan dengan transisi pastoral itu sendiri. Dalam banyak kasus, kita kehilangan pendeta yang kita cintai, dan seolah-olah dia sekarang sudah mati bagi kita.
Dalam proses ini, gereja harus berduka, dan proses berduka harus dipimpin oleh pendeta baru.
Dia perlu membawa gereja melalui proses berduka dan membantu mereka untuk maju ke tempat baru dalam hubungan pastoral mereka.
Saat pendeta baru menjalani proses berduka bersama jemaat, ia akan belajar tentang luka, impian, dan keinginan mereka. Dalam konteks hubungan baru inilah pendeta dan jemaat akan mulai melihat masa depan.
Saat pendeta berjalan bersama jemaat, visi akan muncul. Jemaat perlu melihat seperti apa mereka nantinya dengan pendeta baru ini.
Bagaimana mereka akan hidup tanpa pendeta sebelumnya? Bagaimana gereja akan berbeda? Ke mana arah gereja?
Apakah gereja akan bertahan? Jemaat bertanya bagaimana gereja akan bertahan, dan visi memberi mereka jawabannya.
Pendeta dan tim kepemimpinan harus berbicara tentang ketidakpastian ini saat mereka berfokus pada kepedulian terhadap jemaat dan dengan lembut berjalan bersama mereka menuju masa depan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now