Memberkati Musuh

“..Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” Lukas 6:28.

Sebuah keributan tiba-tiba membuat heboh satu kantor. Keributan itu menarik perhatian seorang Bernama Mildred.

Biasanya kantor dimana dia bekerja tenang dan sepi. Tetapi kali ini kantornya sangat ramai.

Ada seorang pria marah-marah dan dia berteriak dengan suara yang sangat keras.

Mendengar suara rebut-ribut, dia turun dari kantornya dilantai 3. Kemudian dia menyaksikan seorang pria yang sedang marah dengan tongkat bisbol ditangannya.

Pria itu mengutuk rekan-rekan kerjanya, dan hampir meluakai mereka yang dia temukan. Selama beberapa menit, dia menyaksikan dalam keheningan yang mengerikan.

Kemudian dengan tenang, Mildred berjalan lurus ke arah pria itu, memeluknya, dan mulai berdoa untuknya.

Pada awalnya, pria sangat terkejut, dia tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian dia mulai menangis.

Akhirnya, dia memandangnya dan berkata, “Saya hanya ingin tahu apakah ada orang yang benar-benar mencintai saya.”

Ada banyak orang bertindak membahayakan, seperti para penjahat atau orang-orang yang bertindak kasar dan bengis, mereka seperti pria diatas, mereka ingin tahu apakah ada orang yang mencintai mereka.

Mengasihi musuh tidak datang secara alami. Yesus sangat menyadari hal itu.

Pada zaman Yesus hidup, bijaksanaan masa itu mengajarkan bahwa musuh harus dibenci, atau setidaknya dihindari.

Sama halnya dengan zaman kita saat ini. Beberapa anak diajarkan sejak usia sangat dini untuk membenci kelompok orang lain. Atau membalas seorang anak yang mencubitnya dengan cara yang sama.

Sehingga, kita telah tumbuh dalam kebencian dan kejahatan dilawan dengan kejahatan.

Jadi, perintah Yesus, “Kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu,”

Pada zaman itu perintah ini sangat aneh dan tidak masuk akal. Tetapi Yesus datang membawa perubahan radikal dalam hal memperlakukan musuh.

Perintah ini melampaui kasih sayang yang biasa, karena sangat mudah untuk mencintai orang yang baik kepada kita.

Kasih yang sejati adalah kemampuan mengasihi mereka yang tidak mengasihi kita dan menyebut nama mereka dalam do akita.

Perintah ini mendesak kita untuk melakukan Tindakan kasih melampaui “apa yang dilakukan orang lain.”

Yesus berkata, “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Matius 5:43-44.

Perhatikan bahwa Yesus menghendaki kita mengikuti perintah ini, dengan tujuan agar kita dapat menjadi anak-anak Bapa kita yang di surga.

“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” Matius 5:45.

Dengan kata lain, kita mengasihi musuh supaya kita dapat bertindak sesuai dengan kodrat sejati kita sebagai anak-anak Tuhan.

Anak-anak Tuhan adalah mereka yang mampu mengasihi orang-orang yang memusuhi mereka.

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *