Makna Alkitabiah Ibrani 10:25, Budaya Sosial Hidup Kristiani
Oleh: Pdt. H. S. P Silitonga
Pendahuluan
Teks Ibrani 10:25 adalah salah satu ayat yang paling sering digunakan untuk menyatakan bahwa dalam hidup keagamaan kita di dunia ini, masing-masing patut dengan setia pergi ke “tempat ibadah” pada “satu waktu tertentu” yang ditetapkan oleh “organisasi gereja.”
Lebih jauh dari itu, ayat ini digunakan sebagai suatu ukuran bahwa orang yang tidak dengan setia datang ke “tempat ibadah” pada saat yang sudah ditentukan itu, maka orang itu dengan semena-mena dicap “orang yang sudah undur iman atau lemah iman,” bahkan ada yang lebih keras lagi “mengarah kepada “murtad.”
Secara sepintas, pernyataan ini secara luar kelihatannya benar. Namun demikian, bilamana kita membaca ruang lingkup cerita Ibrani 10:25 berdasarkan ceritanya sebagaimana yang sudah diilhamkan Raja Sorga, maka ceritanya tidaklah seperti yang dinyatakan di atas.
PERNYATAAN YANG DISEBUT DI ATAS BUKANLAH SALAH NAMUN KURANG TEPAT DAN KURANG LENGKAP.
Oleh sebab itu, marilah kita “belajar dari Yesus Kristus dengan penuh kerendahan hati” (Matius 11:28-30), dan membuka hati pikiran kita kepada “tuntunan Roh Kudus yang sama dengan Roh Kebenaran dan juga Roh Nubuat” (Yohanes 14:26; 16:13; 2 Peterus 1:19-21).
Biarkanlah Alkitab berbicara dan menafsirkan dirinya sendiri (2 Peterus 1:19-21). Makna penulisan ayat-ayat Alkitab bukanlah sekedar ilmu upacara atau liturgi melainkan ilmu keselamatan yang merupakan budaya hidup Kristiani—Sorgawi.
Pembahasan Khusus
Pertama-tama marilah kita membaca beberapa terjemahan Ibrani 10:25 berdasarkan bahasa-bahasa yang ada. Realitanya terdapat dua penerapan berdasarkan terjemahan yang ada, yaitu penerapan budaya Kristiani dan penerapan liturgi gerejani. Inilah penampilannya:
Penerapan Budaya Kristiani
KJV Hebrews 10:25 Not forsaking the assembling of ourselves together, as the manner of some is; but exhorting one another: and so much the more, as ye see the day approaching.
ASV Hebrews 10:25 not forsaking our own assembling together, as the custom of some is, but exhorting (one another); and so much the more, as ye see the day drawing nigh.
NAS Hebrews 10:25 not forsaking our own assembling together, as is the habit of some, but encouraging one another; and all the more, as you see the day drawing near.
RSV Hebrews 10:25 not neglecting to meet together, as is the habit of some, but encouraging one another, and all the more as you see the Day drawing near.
NRS Hebrews 10:25 not neglecting to meet together, as is the habit of some, but encouraging one another, and all the more as you see the Day approaching.
NKJ Hebrews 10:25 not forsaking the assembling of ourselves together, as is the manner of some, but exhorting one another, and so much the more as you see the Day approaching.
TEV Hebrews 10:25 Let us not give up the habit of meeting together, as some are doing. Instead, let us encourage one another all the more, since you see that the Day of the Lord is coming nearer.
TL Ibrani 10:25 Janganlah kita undur daripada berhimpun bersama-sama, sebagaimana biasa setengah orang berbuat, melainkan bernasehat-nasehatlah sama sendiri, maka itu pun makin lebih, sebab kamu lihat Hari itu telah hampir.
BIMK Ibrani 10:25 Hendaklah kita tetap berkumpul bersama-sama, dan janganlah lalai seperti orang lain. Kita justru harus lebih setia saling menguatkan, sebab kita tahu bahwa tidak lama lagi Tuhan akan datang.
Batak Toba Heber 10:25 Unang tatadingkon parpunguanta hian, songon na hinasomalhon ni na deba; tung masipaingotan ma hita, jala lam i ma nian, ala lam jonok diida hamu ari i!
Penerapan Liturgi Gerejani
CEV Hebrews 10:25 Some people have gotten out of the habit of meeting for worship, but we must not do that. We should keep on encouraging each other, especially since you know that the day of the Lord’s coming is getting closer.
TB Ibrani 10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa terjemahan, realita yang ada menerjemahkan Ibrani 10:25 MAYORITAS berpusat pada BUDAYA HIDUP SOSIAL. Minoritas saja yang menerjemahkannya berdasarkan penerapan liturgi gerejani. Itulah sebabnya, marilah kita analisis teks ini berdasarkan ceritanya waktu Paulus menulisnya dengan ilham Sorgawi.
Konteks Ibrani 10:25 berdasarkan ceritanya adalah sebagai berikut:
Diawali oleh Ibrani 10:22 yang berbicara tentang Ibadah/Agama sejati berdasarkan Alkitab (Roma 12:1-2). Paulus menulis kepada orang Ibrani sebagai berikut:
Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Ungkapan “menghadap Allah” bukanlah suatu penerapan upacara gerejani melainkan penerapan budaya hidup sosial yang di mana saja/kapan saja akan selalu beribadah. Inilah yang Paulus nyatakan di Roma 12:1-2 tentang “Ibadah sejati.”
Firman Allah berkata: Sebab itu, hai saudara-saudaraku, aku mintalah kamu, oleh sebab segala rahmat Allah, mempersembahkan tubuhmu menjadi korban yang hidup lagi kudus dan yang berkenan kepada Allah, maka itulah ibadatmu yang patut.
Janganlah kamu menurut teladan orang dunia ini, melainkan ubahkanlah rupamu dengan pembaharuan hatimu, supaya kamu dapat mengenal apa kehendak Allah, yaitu akan hal yang baik dan yang berkenan dan yang sempurna (Alkitab Terjemahan Lama).
Selanjutnya, Ibrani 10:23 berbicara tentang Iman/Pengharapan sejati yang secara lengkap dinyatakan di Ibrani 10:32-12:3.
Firman Allah berkata: Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
Akhirnya, Ibrani 10:24-25 berbicara tentang Kasih sejati sebagaimana yang dinyatakan dalam 1 Korintus 13.
Berdasarkan pernyataan Sorgawi, umat Allah diajak untuk memiliki budaya hidup Kristiani-Sorgawi, yaitu saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Atas dasar budaya hidup Sorgawi ini, dengan demikian janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita (pertemuan ibadah yang dimaksudkan bukanlah SEKEDAR PENERAPAN LITURGI GEREJANI, misalnya kumpulan doa Ibadah, MELAINKAN YANG TERUTAMA DAN TERPENTING ADALAH BUDAYA HIDUP SOSIAL KRISTIANI-SORGAWI.
Dengan demikian, Yang satu patut dilakukan namun yang lain dan yang terpenting JANGAN DIABAIKAN—Matius 23:23), seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Kesimpulan
Setelah menyimak teks Ibrani 10:25 berdasarkan ceritanya, maka MAKNA ALKITABIAH IBRANI 10:25 ADALAH AGAR KITA TIDAK MEMBIASAKAN DIRI UNTUK HIDUP INDIVIDUALISTIS ATAU EKSKLUSIF MELAINKAN MEMBUDAYAKAN HIDUP SOSIAL KRISTIANI YANG SORGAWI SELAMA HAYAT DI KANDUNG BADAN SAMPAI MARANATA—DI MANA SAJA/KAPAN SAJA/KEPADA SIAPA SAJA—SINGKATNYA MENGHIDUPKAN BUDAYA PENGINJILAN SORGAWI (KISAH 1:8; MATIUS 28:18-20; MARKUS 16:15).
Penerapan liturgi gerejani adalah salah satu bagian dari budaya hidup Kristiani-Sorgawi. Raja Sorga menilai umat-Nya berdasarkan budaya hidupnya dan bukan sekedar tindak lakunya berdasarkan liturgi secara formalitas yang kelihatan oleh manusia.
Situasi luar bisa mengarah kepada hidup munafik dan pura-pura (2 Timotius 3:1-5). Raja Sorga menilai HATI bukan perkara luar (1 Samuel 16:7).
SINGKATNYA, MARILAH KITA SETIA BERIBADAH SELAGI HAYAT DI KANDUNG BADAN DI RUMAH, DI MASYARAKAT, KAPAN SAJA, DAN DENGAN DEMIKIAN PENERAPAN LITURGI ADALAH BAGIAN KECIL DARI BUDAYA ITU.
HANYA RAJA SORGALAH YANG MENILAI IBADAH SEJATI KITA. MASING-MASING BERTANGGUNGJAWAB KEPADA RAJA SORGA AGAR DINYATAKAN SEBAGAI HAMBA YANG SETIA.
AKHIRNYA, DI SAAT MARANATA, SEMUA HAMBA YANG SETIA AKAN MENDENGAR KATA-KATA RAJA SORGA: SABASLAH HAI HAMBA YANG SETIA. MARILAH DAN MASUKLAH KE DALAM PERSEKUTUAN RAJA SORGA YANG TELAH DISEDIAKAN SEJAK AWAL DUNIA INI.
Pdt. H. S. P Silitonga, Seorang dosen emeritus, bermukim di Bandung