5 Tips Alkitab untuk Bertahan dari Krisis Keuangan
Daftar isi:
Oleh: Thomas Ariku Motou
Sebagaimana Raja Salomo menulis, “Orang yang bijaksana menghindari bahaya dan mengambil tindakan pencegahan.”
Ada masanya dalam hidup kita, kita akan menghadapi tantangan keuangan.
Beberapa di antaranya akan sangat parah hingga mencapai tingkat krisis.
Kita mungkin tidak tahu dari mana datangnya krisis keuangan atau berapa lama itu akan terjadi.
Tetapi itu akan datang, dan kita harus menghadapinya. Kita harus siap!
Perencanaan keuangan pribadi untuk menghadapi krisis hanyalah untuk mengantisipasi jika ketidak-pastian terjadi dimasa depan.
Krisis bisa disebabkan oleh perang; bencana alam seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan topan; kelaparan; atau penyakit, seperti COVID-19.
Bisa jadi lebih pribadi, seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kehancuran keluarga.
Sebagai manusia, kita tidak dapat melihat masa depan (lihat Pengkhotbah 8: 7).
Bahkan mendengarkan pembicaraan di TV atau membaca opini dari berbagai ekonom dan jurnalis tidak mungkin memberi kita wawasan yang dapat diandalkan.
Ini seharusnya tidak menghentikan kita dari mempersiapkan untuk memenuhi ketidakpastian masa depan demi diri kita sendiri dan keluarga kita.
Raja Salomo yang Bijaksana menyatakan, “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.”(Amsal 22: 3).
Dari pengalaman masa lalu dan saat ini, sebagai orang Kristen, kita juga menerima hikmat khusus dari Tuhan tentang bagaimana menghadapi krisis.
Kita tahu krisis keuangan bisa terjadi; dengan demikian, kita harus mengembangkan rencana keuangan sehingga kita dapat mengelola masalah dengan lebih baik.
Disini ada 5 prinsip yang dapat kita ikuti untuk menghadapi krisis keuangan dimasa depan.
1. Prinsip “Tuhan yang pertama”
Kejadian 1 menyatakan bahwa, pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi. Tuhan juga berkata dalam Hagai 2: 8 bahwa perak dan emas adalah milik-Nya.
Alkitab menandakan Tuhan sebagai Pencipta dan Pemilik segala sesuatu di planet ini, dan, dengan demikian, Dia memegang kunci untuk segalanya.
Jadi, dalam semua perencanaan kita, kita harus mengutamakan Tuhan.
Dia tahu apa yang ada di depan kita dan mendorong kita untuk tidak khawatir tentang apa pun untuk hari esok.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (lihat Matius 6: 31–33).
Karena itu, sebagai langkah pertama dalam perencanaan keuangan Anda, dengan penuh doa mencari Tuhan.
Biarkan Dia menjadi Penasihat Keuangan Anda, Manajer anggaran Anda, dan Akuntan dan Auditor dari semua transaksi keuangan Anda.
Dia memiliki semuanya; kita adalah manajer untuk periode sementara.
Dia memiliki semua hak kepemilikan, dan kita sebagai penatalayan hanya memiliki tanggung jawab.
2. Jujurlah pada dirimu sendiri
Tidak ada yang dapat menyangkal fakta bahwa orang menderita akibat dari keputusan yang dibuat secara membabi buta.
Karena itu, jujur pada diri sendiri sangat penting dalam setiap proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Jujurlah dalam mengakui seberapa besar perjuangan Anda saat ini karena kurangnya perencanaan dan manajemen keuangan yang tepat.
Jujurlah dalam mengakui kemungkinan penderitaan di masa depan, dan jangan menutup-nutupi ini atau melihatnya sebagai hal yang kurang penting.
Pertimbangkan bagaimana krisis keuangan akan memengaruhi hidup Anda dan keluarga Anda.
Akui kelemahan Anda terkait dengan pengeluaran Anda.
Jujurlah dengan diri sendiri jika Anda tidak memiliki pengetahuan dan membutuhkan bantuan dengan perencanaan Anda.
Jujurlah dengan Tuhan dan akui kepada-Nya jika Anda tidak setia kepada-Nya dalam mengembalikan perpuluhan dan persembahan.
Jujurlah jika Anda belum berkonsultasi dengan-Nya dalam semua pengeluaran dan pengambilan keputusan keuangan Anda.
Mengakui kelemahan Anda dan bertobat kepada Tuhan menetapkan dasar yang tepat untuk perencanaan keuangan Anda.
3. Berkorban
Kecenderungan manusiawi kita adalah menjalaninya selama masa-masa indah. Konsep pengorbanan bertentangan dengan kecenderungan ini.
Kita lebih suka menghabiskan di masa sekarang daripada menyisihkan uang untuk masa depan.
Tetapi ada model yang baik dalam pengorbanan Kristus yang harus diadopsi setiap orang Kristen ke dalam perencanaan keuangan mereka.
Yesus datang ke dunia ini dan mengorbankan hidup-Nya untuk membebaskan semua orang dari beban dosa.
Dia berkorban untuk masa depan umat-Nya sehingga mereka akan memiliki kehidupan untuk dinikmati selama-lamanya.
Demikian juga, jika kita ingin menikmati kebebasan finansial di masa depan, terkadang kita harus mengorbankan gaya hidup kita di masa sekarang.
Misalnya, jika Anda tinggal tidak jauh dari kantor Anda, Anda dapat berkorban dengan tidak menggunakan kendaraan nyaman Anda untuk bepergian – sebagai gantinya, berjalan kaki setiap pagi dan sore.
Jika Anda adalah seseorang yang menghabiskan uang untuk makanan cepat saji atau olahan setiap kali makan siang, Anda dapat mencari alternatif yang lebih murah dan lebih sehat.
Atau jika Anda adalah seseorang yang ingin mendapatkan nama besar dengan membuat pesta besar dengan keluarga atau komunitas Anda.
Anda harus mengorbankan posisi Anda dan membatasi kontribusi Anda – meskipun Anda mungkin kehilangan status di komunitas Anda, seperti yang dilakukan di beberapa Negara-negara Pasifik.
Yesus tidak memikirkan posisi-Nya di surga. Sebaliknya, Dia meninggalkan posisi-Nya untuk datang dan mati sebagai orang berdosa untuk masa depan umat-Nya (lihat Filipi 2: 5-8).
Dia bahkan diejek di kayu salib, tetapi Dia memilih untuk tetap fokus pada misi-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.
Pengalamannya bisa menjadi pengalaman kita jika kita memilih untuk berkorban demi masa depan kita.
4. Budayakan menabung
Kita menemukan contoh alkitabiah yang baik untuk perencanaan keuangan kita selama kelaparan di Mesir.
Berdasarkan petunjuk yang diberikan Tuhah, Yusuf memberikan nasehat kepada Firaun raja Mesir untuk menabung untuk masa depan (lihat Kejadian 41: 37–57).
Mereka berkorban selama beberapa waktu untuk menyelamatkan diri dari krisis keuangan masa depan.
Yusuf menginstruksikan orang-orang Mesir untuk menyimpan sebagian dari produk mereka dari negeri itu setiap tahun.
Mereka mengerjakan tugas itu selama tujuh tahun, menyisihkan biji-bijian di tempat penyimpanan.
Yusuf tidak mau mengambil risiko, dan dia tidak pernah berhenti mengumpulkan gandum.
Faktanya, Alkitab memberi tahu kita bahwa Yusuf menumpuk begitu banyak biji-bijian sehingga mereka tidak dapat menghitung lagi dan berhenti membuat catatan (lihat Kejadian 41:49).
Mereka memiliki lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama masa kelaparan.
Kisah Yusuf dapat menjadi model kita untuk menyisihkan 20 persen dari penghasilan kita untuk memenuhi ketidakpastian di masa depan.
Saat menyimpan uang, sebaiknya menyimpannya dalam deposito berbunga atau lembaga perbankan mana pun yang menawarkan bunga bulanan atau triwulanan yang baik.
Hindari skema bunga cepat dan pencucian uang ilegal, karena jalan pintas yang tergesa-gesa berisiko tinggi dan seringkali ilegal.
Tabungan Anda dapat diklasifikasikan dalam dua cara: jangka panjang dan jangka pendek.
Tabungan jangka panjang adalah untuk tujuan jangka panjang. Tabungan jangka pendek ada untuk memenuhi krisis yang tidak terduga atau biaya yang tidak dapat ditanggung.
5. Siapkan Anggaran
“Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.” (lihat Amsal 21: 5).
Nasihat dari Raja Salomo ini menunjukkan bahwa penganggaran adalah konsep alkitabiah.
Orang yang membuat rencana anggaran yang masuk akal akan menikmati keuntungan dan kemakmuran.
Sementara orang yang tidak memiliki rencana anggaran untuk memandu pengeluarannya dan mencari jalan pintas untuk menjadi kaya kemungkinan akan menjadi miskin dan menderita akibat krisis keuangan di masa depan.
Nasihat lebih lanjut ditemukan dalam Lukas 14:28, mengatakan,
“Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? “
Kita semua telah melihat orang yang menderita secara finansial- tidak ada uang untuk biaya sekolah.
Terkena dampak bencana alam, penderitaan, dan sekarat akibat krisis kesehatan tanpa uang untuk memenuhi biaya rumah sakit.
Apa pun penyebabnya, keluarga menderita karena mereka tidak memiliki uang tambahan di rekening tabungan mereka.
Beberapa dari hal ini dapat diatasi dengan perencanaan anggaran yang tepat.
Menyiapkan anggaran dan dengan setia berpaut padanya akan membantu Anda menghemat uang dan mudah-mudahan bisa selamat dari krisis keuangan yang akan datang.
Thomas Ariku Motou adalah chief financial officer untuk Misi Dataran Tinggi Simbu, Papua Nugini. (Sumber: Adventistreview.org)