Lemah Iman, Tukar Isteri

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” Yesaya 41:10
TIDAK ingin mati kelaparan, Abram pergi keluar dari tanah Kanaan ke Mesir. Ini memang aneh. Tanah yang dijanjikan dan ditunjukkan Tuhan untuk pergi adalah Kanaan. Bukan Mesir.
Tetapi mereka harus pergi ke Mesir. Narasi menuliskan bahwa mereka akan menetap disana sebagai orang asing. Bukankah ditanah Kanaan juga mereka sebagai orang asing?
Sama-sama orang asing sebenarnya, namun Kanaan itu menjadi milik mereka karena Tuhan memberikan menjadi milik mereka. Sementara Mesir tidak menjadi bagian kepemilikan mereka.
Kata yang digunakan ‘tinggal sementara’ adalah Gur. kata kerja Ibrani gur, yang secara tradisional diterjemahkan menjadi “berselimut,” berarti “tinggal untuk sementara waktu.” “Orang asing”
Dan pengunjung, orang yang sedang singgah. Abram tidak berniat untuk menetap di Mesir atau memiliki tanah. Ia hanya berada di sana untuk menunggu masa kelaparan berakhir.
Akar kata Ger berarti hidup di antara orang-orang yang bukan saudara sedarah. Mereka tidak menikmati hak-hak sipil penduduk asli..
Jadi kata gēr bermakna mereka bergantung pada keramahtamahan penduduk setempat.
Orang-orang Israel sering menjadi pendatang di negeri asing. Mereka biasanya diperlakukan sebagai warga negara yang dilindungi..
Mereka menjadi pendatang seringkali karena kelaparan, mereka hidup sebagai warga negara yang dilindungi di luar tanah perjanjian..
Contohnya, Abraham di Mesir ( Kej 12:10 ); Israel di Mesir ( Kej 47:4 ); Ishak dengan Abimelekh dari Gerar ( Kej 26:3 ).
Pada saat mendekati Mesir, Abram membuat siasat untuk mengamankan diri bila muncul ancaman dari warga atau pemerintah setempat.
Siasat itu berkaitan dengan istrinya Sarai. Dia berkata,
“Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya.
Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup.
Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.”
Poinnya, Abram mengantisipasi ancaman yang dapat membahayakan dirinya karena kecantikan Sarai, yang dapat menggoda orang Mesir untuk mengambilnya..
Namun siasat Abram ini ada kelemahan. Pertama, dia menyuruh Sarai berbohong kepada orang Mesir tentang status perkawinannya. Bahwa mereka adalah kakak beradik.
Kedua, dengan menutupi status perkawinannya, maka Sarai dalam bahaya. Dia akan diperlakukan dengan keji oleh orang Mesir.
Jadi intinya, bila Abram jujur kepada orang Mesir, maka nyawanya melayang. Jika dia berbohong, Sarai yang jadi korban. Semua punya resiko masing-masing.
Namun dalam hitung-hitungan Abram, nampaknya resiko ini yang paling kecil. Sebab kalau jujur, resiko jauh lebih berat. Dia mati, Sarai juga bisa mati.
Namun siasat Abram ini menunjukkan kelemahan iman Abram saat itu. itu masuk diakal, karena kelaparan yang terjadi..
Kelemahan hamba Tuhan paling nyata, terlihat di mana kekuatan mereka berada
- Abraham, orang yang paling setia, berdosa dengan ketidaksetiaannya.
- Musa, orang yang paling lemah lembut, dengan amarah.
- Salomo, orang paling bijak, dengan kebodohannya.
- Elia, yang paling gagah berani, dengan rasa takut.
- Yohanes, salah satu yang paling lembut, dengan sifat pendendamnya.
- Petrus, salah satu yang paling berani, dengan kepengecutan.
Jadi Abram, orang beriman, tetapi berbohong karena tidak percaya kepada perlindungan Tuhan.
Saat kelaparan terjadi di Kanaan, Tuhan tidak suruh dia pergi ke Mesir mencari makanan. Tuhan sendiri dapat memberi mereka makan disana. Namun iman Abram belum sempurna.
Saat Abram tiba di Mesir, apa yang ditakutkan Abram terjadi. Istrinya ditaksir oleh orang-orang Mesir. Firaun membawanya ke istanannya untuk menodai Sarai.
Firaun diterima di Mesir, karena dia menginginkan Sarai. Sebagai imbalan dia mendapatkan materi yang cukup banyak dari Firaun.
Artinya, Abram menukar Sarai dengan materi. Suami macam apakah Abram ini? nah, disinilah kita lihat kelamahan Iman Abram.
Ingat, setiap koin memiliki dua sisi, maka setiap kejadian dalam hidup akan menarik kita kepada sisi yang satu kepada Tuhan atau sisi lain menjauhkan kita dari-Nya.
Kelaparan menjauhkan Abram dari sisi Tuhan. Dia mendekat kepada sisi kompromi.
Sekiranya Abraham tetap tinggal di Kanaan selama masa kelaparan, ia akan belajar untuk memercayai Tuhan dengan cara yang sama sekali baru.
Sekiranya ia tidak berbohong kepada orang Mesir, ia akan memberi Tuhan kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus menipu.
Namun karena ia tidak melakukan hal-hal tersebut, masa kelaparan yang sama itu menjauhkannya dari Tuhan.
Alangkah baiknya jika kita mempelajari pelajaran ini. Daripada mengeluh pada setiap pencobaan dan berkata, “Mengapa aku?”
Lebih baik kita berkata, “Tuhan, apa yang ingin Engkau ajarkan kepadaku melalui ini?”
Setiap situasi sulit yang kita hadapi, itu akan memberi dua kesempatan, yaitu untuk menjadi murid kasih karunia Tuhan atau menjadi korban malang dari keadaan negatif.
Karena itu, mari kita perhatikan, ketika masa paceklik datang, ingatlah bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita.
Ia mengirimkan masa paceklik kehidupan untuk melihat apakah kita akan memercayai-Nya bahkan di saat-saat yang paling sulit sekalipun.
Tuhan tidak pernah bermaksud agar kehidupan Kristen itu mudah. Jika mudah, tidak seorang pun dari kita akan pernah bertumbuh secara rohani.
Dia mengatur langkah-langkah kehidupan sehingga saat kita mendaki lebih tinggi, kita juga tumbuh lebih kuat.
Pada akhirnya, kita akan menemukan puncak berkat yang disediakan Tuhan bagi mereka yang terus mendaki.
Ingat, setiap kesusahan yang terjadi, itu adalah kesempatan bagi Tuhan untuk membuat mujizat, hanya bila kita tetap beriman kepada-Nya.
Diberkati untuk menjadi Berkat
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now