Lakukan 5 Hal ini Sebelum Ajal Menjemput
Daftar isi:
“Berbahagialah orang-orang yang mati dalam TUHAN sejak sekarang ini supaya mereka boleh beristirahat dari jerih Lelah mereka karena segala perbuatan mereka menyertai mereka. “ Wahyu 14:13
Pendahuluan
Ketika manusia mendekati akhir dari kehidupan produktifnya, fokus keuangan beralih kepada menjaga aset-asetnya untuk mengantisipasi akhir kehidupan.
Peralihan dari masa produktif ke masa pensiun dapat menjadi pengalaman yang traumatis. Semakin bertambah umur seseorang semakin bertambah kekuatiran akan masa depan diri dan keluarganya.
Beberapa kekuatiran: mati terlalu cepat, hidup terlalu lama; penyakit, ketidakmampuan secara mental atau fisik.
Hal-hal ini bisa saja menguras semua sumber daya yang sudah ada dan disimpan selama ini. Semua rasa takut ini datangnya dari Iblis.
Hari-hari terakhir manusia bisa menjadi hari-hari yang terbaik jika manusia mau mengambil posisi yang TUHAN inginkan bagi masing-masing.
Manusia harus mengesampingkan kecemasan dan beban dan mengisi waktu sebahagia mungkin sejak dini.
Berikut 5 hal yang dapat kita lakukan menjelang usia senja, terhadap harta kepemilikan. Tentunya jika anda dikaruniakan banyak asset, yang nantinya akan ditinggalkan Ketika sudah mati.
1. Jangan Menimbun Harta untuk Diri Sendiri: Orang Kaya yang Bodoh.
Baca Lukas 12:16-21.
Orang kaya yang diceritakan Yesus sudah memiliki banyak lumbung yang berisi penuh. Namun sang orang kaya terus mempebesar lumbungnya dan berharap bahwa dirinya akan merasa tenang di hari tua karena sudah semakin banyak hartanya.
Orang kaya tersebut ingin bersenang-senang, beristirahat, makan dan minum.
Yesus sedang menyampaikan bagaimana menyikapi kekayaan yang sudah diberikan TUHAN dan dikumpulkan oleh manusia.
Ini bukan sekedar bagaimana menikmati kekayaan di masa pensiun atau berhenti bekerja untuk menghabiskan hartanya.
Orang kaya dalam perempuan Yesus ini hidup tidak jauh seperti seekor hewan yang berpikir seolah-olah tidak ada YTUHAN, tidak ada surga, tidak ada masa depan.
Dia berpikir bahwa yang dia miliki adalah miliknya sendiri dan sama sekali tidak berhutang kepada TUHAN dan sesama.
Di masa sekarang, jika seseorang hanya memikirkan kepentingan dirinya saja dan mengabaikan kepentingan orang lain dan pekerjaan TUHAN.
Persoalan orang kaya ini adalah bagaimana dia menggunakan kekayaannya. Manusia tidak tahu kapan akan mati itu sebabnya manusia harus selalu siap menghadapinya dengan hidup sesuai dengan kehendak TUHAN dari pada berusaha mengejar kehidupan yang cinta diri.
Manusia harus berpikir bagaimana tetap produktif selama masih mampu.
Banyak tokoh di Alkitab justru menjadi semakin produktif di usia yang sudah senior. Semua mereka yang menantikan kedatangan Yesus yang kedua kali harus terus aktif, tidak ada kata pensiun.
2. Membuat Surat Wasiat, bahwa harta itu bukan hanya untuk keluarga tetapi juga Sebagian untuk Gereja.
Baca Mazmur 49:17; 39:11; 1 Timotius 6:6,7; Yakobus 4:14;
Pengkhotbah 2:18-22. Salah satu hal yang paling mengejutkan dalam hidup ini adalah singkatnya hidup itu sendiri.
Hidup berlalu begitu cepat. Semua orang yang mati tidak akan membawa apa-apa ke dalam kubur termasuk kekayaannya.
Manusia itu sia-sia hidupnya bahkan tidak akan menikmati apa yang telah diperoleh dan disimpan ketika mati karena hidup itu seperti uap.
Artinya apa yang akan ditinggalkan seseorang yang telah mati akan diambil oleh orang lain. Ini bergantung pada rencana-rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
Apa yang akan terjadi kepada harta yang ditinggalkan adalah satu pertanyaan penting. Rencana pengaturan harta sebelum meninggal dapat menjadi tindakan penatalayanan yang terakhir dan pengaturan terhadap apa yang telah TUHAN berikan kepada seseorang sebagai berkat.
Pengaturan harta ini bisa dilakukan dengan membuat surat wasiat. Seseorang akan membagikannya kepada keturunannya, keluarga besarnya namun gereja mungkin tidak mendapatkan apa-apa.
Perlu direnungkan bahwa TUHAN adalah pemilik segala sesuatu. Ketika seseorang telah selesai dengan apa yang TUHAN telah percayakan kepadanya, orang itu harus mengembalikan kepada-Nya, pemilik yang sesungguhnya dari apa yang tersisa, saat kebutuhan dari keluarga sudah terpenuhi.
Artinya, harta yang ditinggalkan bukanlah hanya untuk keluarga tapi perlu juga dibagikan kepada gereja TUHAN.
3. Membuat Perencanaan: Mulai dengan kebutuhan Pribadi.
Baca Amsal 27:23-27.
Pekerjaan bangsa Israel di zaman Alkitab adalah gembala atau petani. Itu sebabnya banyak janji-janji berkat yang TUHAN berikan kepada Israel terkait kepada dua pekerjaan ini.
TUHAN memberkati pekerjaan manusia sesuai dengan zamannya masing-masing. TUHAN meminta umat-Nya untuk memperhatikan atau mengetahui dengan rajin keadaan “domba-domba”nya (Amsal 27:23-27).
Di zaman sekarang, apa maksud perkataan TUHAN ini? Alkitab tidak pernah mengutuk kekayaan atau usaha-usaha manusia untuk mendapatkan kekayaan asal didapatkan dengan jujur dan tidak menindas orang lain.
Manusia harus rajin dalam urusan keuangan agar supaya dapat memiliki yang cukup untuk kehidupan dan keluarga.
Amsal 27:23-27 sedang mengingatkan semua manusia untuk meninjau catatatn keuangan dan menentukan tujuannya.
Buatlah neraca keuangan dan pahamilah perbandingan utang dan modal. Lihatlah surat wasiat yang dibuat dan perhatikan dokumen-dokumen yang terkait aset dan melakukan pembaharuan jika diperlukan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi datangnya kematian atau tidak mampu lagi karena alasan kesehatan untuk memastikan ke mana aset akan pergi ketika kematian tiba.
Intinya, seseorang hatus merencanakan ke depan untuk apa yang akan terjadi pada dirinya di saat semua harta itu bukan lagi miliknya.
Singkatnya, penatalayanan yang baik dari berkat TUHAN bukan hanya berhubunugan dengan apa yang seseorang miliki sementara hidup tetapi juga denga napa yang terjadi setelah kematian.
Harta itu harus bisa menjadi berkat bagi orang lain dan kelanjutan pekerjaan TUHAN bukan hanya diri sendiri.
4. Kebaikan Hati Menjelang Kematian.
Baca 1 Timotius 6:17; 2 Korintus 4:18; Amsal 30:8; Pengkhotbah 5:10.
Manusia tidak boleh berharap atau bergantung pada kekayaan. Semua yang kelihatan adalah sementara.
Manusia tidak boleh curang dalam memperoleh kekayaan karena cinta akan uang tidak akan pernah membawa kepuasan.
Uang telah banyak menghancurkan hidup banyak orang. Banyak tergoda melakukan hal-hal yang buruk bukan hanya karena tidak memiliki uang tapi justru karena sudah memiliki uang.
Setan berusaha membuat apa yang seharusnya menjadi berkat bagi manusia justru menjadi kutuk. Itu sebabnya manusia harus meminta kuasa dari TUHAN agar berkat itu tetap menjadi berkat bagi dirinya.
Salah satu godaan menjadi seorang penatalayanan yang baik khususnya dalam menghadapi kematian adalah menimbun harta sekarang dan sebanyak-banyaknya.
Ide yang dibawa adalah ketika mati maka semua yang diperoleh akan diberikan semuanya. Ini ide yang baik walau tidak sepenuhnya benar.
Banyak orang menahan diri dari membuat sesuatu sementara mereka hidup, mendiamkan hati nurani.
Mereka hampir tidak berani menjalankan iman dan kepercayaan kepada TUHAN untuk memberikan apa pun sementara masih hidup.
TUHAN tidak menuntut manusia menjadi baik hanya karena sudah mendekati kematian. Ini tidak dapat memaafkan keegoisan hidup.
Menahan harta sampai saat terakhir menjelang kematian tidaklah benar. Iblis bekerja untuk mencegah berkat-berkat itu masuk ke dalam perbendaharaan TUHAN.
Kekayaan itu hilang sebelum dikembalikan kepada TUHAN dan Iblis bersuka oleh karena tindakan seperti ini.
5. Membuat Warisan Rohani tentang Memberi
Baca Mam. 24: 1. Ibr. 3: 4. Mzm. 50: 10, Kej. 14: 19, Kol. 1: 15-17.
Jika tidak ada dosa maka hal-hal ini tidak akan terjadi yang kaitanya dengan sikap memperlakukan harta yaitu:
Tidak akan ada penimbunan, tidak ada ketamakan, tidak ada kemiskinan. Tetapi karena dosa, hal-hal itu melanda dunia sepanjang sejarah.
Semua orang ingin punya kepemilikan atas usahanya. Cara yang benar adalah dengan mendapatkan secara jujur.
Namun pada akhirnya terlepas dari seberapa banyak yang kita miliki atau tidak miliki, ada satu poin penting yang kita harus selalu ingat.
Kita semua adalah penatalayan dan pengelola dari harta milik Tuhan. Karena semua yang ada di dunia ini pemilik utamanya adalah Tuhan.
Dialah yang memberikan kehidupan, keberadaan, dan kekuatan kepada kita untuk memiliki segala sesuatu.
Makanya, masuk akal ketika kita sudah selesai dengan apa yang Allah telah berikan kepada kita, dan telah menjaga keluarga kita, kita harus kembalikan yang sisa kepada-Nya.
“Dengan memberikan pada pekerjaan Allah, engkau sedang menaruh bagimu sendiri harta di dalam surga. Semua yang engkau simpan di surga itu aman dari segala marabahaya dan kehilangan, dan bertambah menjadi suatu harta yang kekal dan abadi” “[dan] akan dicatatkan pada namamu dalam kerajaan surga”— Counsels on Stewardship, hlm. 342.
Beberapa keuntungan yang kita akan nikmati Ketika kita memberi:
- Kita dapat melihat hasil pemberian kita, misalnya bangunan gereja yang baru, orang muda di perguruan tinggi, Kebaktian Kebangunan Rohani yang dibiayai, dll.
- Pelayanan atau seseorang yang bisa mendapatkan manfaat dari pemberian itu.
- Tidak ada pertengkaran di antara keluarga atau teman-teman setelah kematianmu.
- Meninggalkan contoh yang baik tentang nilai-nilai kebaikan dan kasih bagi orang lain.
- Hal itu mengurangi konsekuensi pajak tanah.
- Hal itu menjamin bahwa pemberian itu akan dibuat sesuai dengan apa yang Anda inginkan (tidak ada campur tangan pengadilan atau kerabat yang tidak puas).
- Hal itu menunjukkan bahwa hati penyumbang telah diubah dari cinta diri kepada tidak mementingkan diri.
- Itu menyimpan harta di surga.
Kesimpulan
Jangan menunda memberi. Selagi hayat dikandung badan berilah. Mendedikasikan diri sendiri dan kepemilikan kita kepada Tuhan, selagi kita kuat dan penuh kelimpahan.
Distribusikan aset-aset Anda sendiri sementara Anda masih hidup. Oleh bertindak demikian, Anda akan memiliki kepuasan melihat hasil-hasil dan mengetahui bahwa engkau sedang menangani talenta-talenta yang dipercayakan Allah dengan tepat.
Pemberian kita akan menghasilkan banyak berkat, bukan hanya untuk saat ini tapi juga untuk hidup yang akan datang.
Kita dapat memiliki kepuasan sekarang melihat pekerjaan itu maju oleh karena usaha-usaha kita, mengetahui bahwa karena rencana menjelang kematian kita, pekerjaan akan berlanjut setelah kita meninggal.
Jangan pikirkan hanya kepentingan sendiri. Pikirkan juga orang lain. Biarkan orang lain turut menikmati hasil jerih payahmu.
Tinggalkan sesuatu untuk dinikmati orang-orang sesudah kita.