Kota Kelahiran Abraham

“..dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran.”
Abram lahir di Ur Kasdim. Itu kota yang maju. Disebut Firdaus. Dilintasi kanal dan saluran untuk pertanian. Kota ini kaya.
Kota dengan peradaban yang maju lebih dari Romawi dan Yunani. Di Ur Kasdim, kendaraan roda empat ditemukan.
Mereka memiliki system matematika yang rumit, dan mereka memiliki layanan pos.
Para arkeolog juga menemukan arsitektur monumental dalam bentuk kuil-kuil besar, ziggurat dan tembok-tembok kota.
Jadi negeri asal Abraham tempat ia dibesarkan, adalah negeri yang memiliki peradaban yang maju, memiliki kebudayaan yang gesar dan mengesankan.
Kemudian terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani Kuno menyebut Ur-Kasdim sebagai “tanah orang-orang Kasdim,”
Perjanjian Baru, Stefanus, mengatakan bahwa Abraham berasal dari “ tanah orang-orang Kasdim ” ( Kisah Para Rasul 7:4 ).
Beberapa orang percaya kalau Ur sebenarnya bukanlah nama sebuah kota, melainkan sekadar kata yang berarti “tanah.” Maka sebutan Ur di Kasdim menunjukkan tanah orang Kasdim.
Kasdim berada di wilayah yang dikenal sebagai Bulan Sabit Subur.
Selain kemajuan peradaban Ur Kasdim, tempat ini juga maju dalam penyembahan berhala. Ini adalah kota penyembahan berhala.
Itu seperti Athena pada masa Paulus. Ada dewa yang disembah di mana-mana.
Salah satu kuil tempat penyembahan berhala terkenal adalah Ziggurat. Terbuat dari batu bata yang diletakkan di atas batu..
Sebuah struktur yang kuat, dua ratus kaki seratus limapuluh kaki, kali tujuh puluh kaki dan itu dibangun sekitar 2.300 tahun sebelum masehi oleh Ur Nammu.
Itu adalah bangunan yang padat tanpa kamar, tanpa celah, bangunan dengan arsitektur yang hebat.
Ada tiga tangga besar di puncaknya, dan di puncak ziggurat ada kuil untuk dewa kafir yang mereka sembah.
Kuil ini didedikasikan untuk Nanna, dewa bulan. Bulan disembah sebagai kekuatan yang mengendalikan surga dan siklus kehidupan di bumi.
Bagi orang Kasdim, fase-fase bulan mewakili siklus alami kelahiran, pertumbuhan, pembusukan, dan kematian dan juga mengatur pengukuran kalender tahunan mereka.
Di antara jajaran dewa-dewa Mesopotamia, Nanna adalah yang tertinggi, karena ia adalah sumber kesuburan bagi tanaman, ternak, dan keluarga.
Doa dan persembahan dipersembahkan kepada bulan untuk memohon berkatnya.
Jadi Abraham lahir dan besar di kota ini. Kota terkemuka di dunia dan terdepan dalam kemajuan budaya dan teknologi.
Ada konflik mengenai asal Abraham. Dalam Kejadian 11:28 mengatakan Abraham berasal dari Ur Kasdim (di Irak selatan), tetapi Kejadian 29:4 mengklaim ia berasal dari Haran (di Irak utara).
Dua-duanya benar. Keluarga Abraham berasal dari Ur, tetapi kemudian pindah ke Haran ketika Tuhan memanggilnya ( Kej. 11:31–12:1). Maka dia juga orang Haran.
Melihat peradaban kota Ur yang maju, tentu nyaman untuk tinggal dan menghabiskan sisa hidup dikota ini. Apalagi Abram mungkin sudah nyaman ditempat ini.
Dia memiliki usaha yang maju. Rumah dan tanah ada. Ini kota yang menjanjikan hidup Makmur.
Tetapi kota ini tidak sehat secara rohani. Daya pikat penyembahan berhala begitu kuat. Sehingga menyeret keluarga Abram kepada penyembahan berhala.
Itu sebabnya Tuhan memanggil Abraham. Ia menyuruh dia untuk meninggalkan negerinya, sanak saudaranya, dan rumah ayahnya.
Segala sesuatu yang dikenalnya harus ditinggalkan, termasuk agamanya. Kita tidak tahu apa yang Abraham ketahui tentang Tuhan yang benar pada saat itu..
Kemungkinan besar ia telah menerima beberapa petunjuk dari ayahnya tentang Tuhan, karena setiap generasi mewariskan sejarah mereka ke generasi berikutnya.
Abraham menaati panggilan Tuhan, dan, ketika ia tiba di tanah Kanaan, ia membangun sebuah mezbah bagi Yahweh di Sikhem ( Kejadian 12:7 ).
Abraham terus belajar tentang Tuhan yang sekarang disembahnya, dan dalam Kejadian 14:22 , mengikuti contoh Melkisedek..
Abraham menyebut Yahweh ” TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi:.”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Abraham menempatkan Yahweh di atas dan terpisah dari dewa bulan.
Meskipun Abraham meninggalkan penyembahan bulan, penyembahan benda-benda langit menjadi masalah yang terus-menerus bagi keturunannya.
Berkali-kali dalam Perjanjian Lama, Allah menegur anak-anak Abraham karena penyembahan berhala mereka dan memperbarui panggilan-Nya untuk menyembah Dia saja.
Dalam Ulangan 17:2-5, Allah menetapkan hukuman untuk penyembahan berhala, yaitu mati dengan dirajam.
Musa menggambarkan penyembahan berhala sebagai kejahatan di mata Allah dan melanggar perjanjian-Nya.
Intinya, Allah memanggil Abram keluar dari daerah yang peradabannya maju dan Makmur, kedaerah yang dia tidak ketahui.
Ia meninggalkan semua itu, dan percaya bahwa Tuhan akan memberinya sesuatu yang lebih baik, meskipun ia akan menjadi orang asing di negeri asing dan tidak akan melihat penggenapan janji Tuhan seumur hidupnya.
Banyak orang Kristen menghadapi masalah yang sama. Mereka yang hidup dalam kemudahan dan kemewahan terlalu mudah berfokus pada masa kini..
Mereka melupakan bahwa Allah telah memanggil mereka, seperti Abram dan anak-anaknya, untuk menantikan “kota yang mempunyai fondasi, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” ( Ibrani 11:10 ).
Mari kita tinggalkan kenyamanan yang membuat kita tidak fokus kepada Tuhan dan tujuan-Nya. Apa saja yang memikat hati kita dari mengutamakan menyembah Tuhan, kita dapat singkirkan.
Mari kita tinggalkan “Ur Kasdim” tempat nyaman yang membuat pikiran kita jauh dari Tuhan, ke negeri perjanjian yang membawa pikiran kita melekat kepada Tuhan.
Blessed to be Blessing
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now