Pastordepan Media Ministry
Beranda Seri Kitab Ayub Kisah Ayub Dalam Konteks Timur Dekat Kuno

Kisah Ayub Dalam Konteks Timur Dekat Kuno

PENULIS AYUB DAN TEMA

Siapakah Ayub? Dari mana dia berasal? Ayub bukan orang Israel. Asalnya dari tanah Uz. Kemungkinan itu adalal Edom.

Itu sebabnya kisah Ayub latar belakangnnya diluar Israel.

Meski pun Ayub bukan orang Israel, tapi dia berpikir seperti orang Israel. Percaya kepada apa yang dipercaya orang Israel.

Tentang siapa penulis kitab Ayub, kita tidak tahu pasti. Demikian juga tahun penulisannya. Tetapi kemungkinan besar penulis kitab Ayub orang Israel.

Karena tidak jelas siapa penulis pasti dari kitab ini, maka para ahli dan penafsir sepanjang sejarah membuat dugaan tentang siapa penulis kitab Ayub.

Talmud Babilonia Yahudi menghubungkan kitab ini dengan Musa. Mengatakan, “Musa menulis kitabnya sendiri, dan bagian-bagian tentang Bileam dan Ayub” (Baba Bathra, 14b, 15a)

Tetapi pandangan ini ditolak oleh Sebagian besar sarjana modern dan tua. Mereka menyarankan Elihu, Salomo, dan Ezra sebagai kemungkinan penulisnya.

Sebagian lagi percaya bahwa kitab ini adalah karya seorang penulis yang tidak disebutkan namanya, mungkin dari zaman Salomo, atau zaman Daud, atau dari era Pembuangan.

Namun semua ini bersifat dugaan.

Bapa gereja mula-mula, Eusebius, mengatakan kitab ini berisi transkrip akurat dari pidato-pidato yang direkam pada saat pidato tersebut diucapkan, yang ia yakini terjadi pada masa Abraham.

Penafsir lain membuat perkiraan tanggal penulisan yaitu sepanjang sejarah Israel, paling lambat pada periode pasca-pembuangan (abad keenam SM dan sesudahnya).

Mereka yang mengaitkan Ayub dengan Musa sebagai penulis, mengemukakan beberapa bukti. Misalnya ketika Musa berada 40 tahun di tanah Midian. Tanah Arab. Nuansa Arab sangat kuat terlihat dalam kitab ini.

Berikutnya latar belakang kehidupan dan praktik Mesir yang terlihat dalam kitab ini, itu karena Musa pernah 40 tahun tinggal di Mesir.

Kemudian narasi tentang penciptaan dan pemeliharan Allah yang terlihat dalam kitab ini, sesuai dengan narasi penciptaan yang ditulis Musa di kitab lain.

Namun mereka yang menolak Musa sebagai penulis kitab Ayub membuat argument bahwa gaya penulisan kitab Ayub berbeda dengan kitab-kitab yang ditulis oleh Musa.

Namun argument ini lemah.

Benar bahwa ada materi kitab Ayub sangat berbeda dengan kitab-kitab yang ditulis Musa. Namun kesamaan gaya dapat dibuktikan.

Misalnya, beberapa kata yang digunakan dalam Kitab Ayub juga muncul dalam Pentateukh. Misalnya El–Shaddai, “Yang Mahakuasa” digunakan 31 kali dalam kitab Ayub dan 6 kali dalam pentatuk. (Kata itu dalam bentuk kusus tidak muncul dalam kitab lain).

Tentang kapan waktu penulisan kita Ayub juga tidak ada penjelasan secara gamblang. Namun kelihatanya kitab ini sejaman dengan para bapa: Abraham, Ishak dan Yakub.

Misalnya, penggunaan nama-nama ilahi kuno seperti El, Eloah, dan Shaddai digunakan sepanjang sebagian besar di kitab ini.

Selain itu, harta milik Ayub mirip dengan harta milik Para Bapa, dan usia hidupnya sebanding dengan mereka.

Memang dari segi tema-tema kitab Ayub berbeda dengan kitab lain yang dikaitkan dengan Musa.

Dari segi tema dia lebih dekat dengan kitab-kitab hikmat Perjanjian Lama seperti Amsal dan Pengkhotbah.

Itu terjadi karena Ayub dan teman-temannya berdebat dengan ajaran hikmat tradisional bahwa Allah memberkati orang benar tetapi menghukum orang jahat.

Maka jika kita ingin memperkirakan waktu penulisan, kemungkinan besar pada periode ketika hikmat berkembang di Israel, mulai dari zaman Salomo (abad ke-10 SM) dan berlanjut setidaknya hingga zaman Hizkia pada abad ke-8 SM (lihat Amsal 25:1)

Kemudian tema dari kitab Ayub membahas masalah kuno tentang penderitaan manusia dalam konteks hikmat, otoritas dan keadilan Allah.

Kita ini ditulis untuk mengajarkan bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam memahami apa yang dilakukan Tuhan. Ada banyak hal yang terjadi di luar pemahaman manusia.

Namun di akhir kitab ini, Ayub menyadari bahwa apa yang dia ketahui sebagai manusia hanyalah sebagian kecil dibandingkan dengan apa yang diketahui oleh TUHAN yang maha tahu, sehingga Ayub menyerah kepada-Nya.

Tuhan bertindak dengan cara yang mengejutkan bagi manusia. Allah mengijinkan orang benar menderita sengsara untuk tujuan yang hanya Allah yang tahu.

Intinya kitab Ayub berfungsi untuk melengkapi hikmat yang diajarkan dalam Amsal untuk mempercayai Tuhan, bahkan ketika Tuhan bertindak diluar kelaziman.

Pengetahuan-Nya melampaui apa yang dapat dipahami manusia, dan Dia bebas bertindak dengan cara yang mungkin tidak dapat dipahami manusia dengan perspektif terbatas mereka.

Manusia dapat mempercayai TUHAN meskipun mereka tidak dapat memahami cara-cara-Nya yang misterius.

Dalam Yesaya 55:9, Tuhan berfirman:

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”


AYUB DALAM KONTEKS TIMUR DEKAT KUNO

Literatur hikmat Israel memiliki banyak kesamaan dengan literatur hikmat timur dekat kuno lainnya.

Berbicara tentang masalah dan penderitaan manusia, orang-orang di timur dekat kuno sangat peduli dengan itu.

Banyak teks mereka yang mengangkata tema-tema yang mirip dengan Ayub, baik dalam struktur mau pun tema.

Misalnya teks Mesir Kuno, yang berbicara tentang petani yang protes sekitar abad 21 SM.

Teks Mesir ini menceritakan kisah seorang petani yang barang-barangnya dirampok saat menuju pasar, namun ketika dia melaporkan kepada pemerintah lokal, laporannya ditolak.

Petani tersebut mengajukan permohonan ganti rugi kepada kepala pengawas distrik tersebut. Awalnya, ia mengajukan kasusnya dengan baik, sopan di hadapan pengawas.

Namun karena kurang ditanggapi dia menjadi provokatif. Dia mulai demonstrasi dengan mulai bericara dan berpidato panjang lebar untuk meyakinkan pejabat lokal.

Setelah Sembilan kali pidato panjang, pejabat lokal kemudian menyelesaikan laporannya dengan memberikan harta milik dari yang merampoknya.

Titik temu dengan Ayub adalah penggunaan pidato panjang dari yang dirugikan atau korban untuk membahas isu keadilan.

Perbedaan Ayub dengan petani. Ayub menjadi semakin percaya diri seiring berlarutnya kasusnya. Selain itu, teriakan ketidakadilan Ayub ditujukan kepada Tuhan, bukan kepada pejabat lokal.

Ayub menemukan makna hidup yang lebih besar daripada rekan Mesirnya, dan pandangannya tentang Tuhan mencegahnya dari bunuh diri.

Dalam karya Mesir, pidato orang yang di zalimi sebagai monolog, tetapi pidato Ayub, sebagian besar, ditujukan kepada pihak-pihak tertentu.

Selain literatur Mesir, literatur hikmat Sumeria/Msopotamia juga mirip dengan Ayub, yaitu membahas masalah penderitaan.

Puisi Sumeria sekitar abad ke 2 SM, membahas penderitaan seorang baik dan jujur. Dia menderita sakit parah.

Dia mengeluh tentang sakitnya. Berharap anggota keluarganya turut mengeluh dengan dia. Dia memohon kepada dewa agar dia mendapat pertolongan.

Dia mengaku telah berbuat dosa. Dewa menjawab doanya dan memulihkan kesehatan orang tersebut dengan mengusir setan penyakit tersebut.

Dalam budaya Sumeria, sesuatu dianggap dosa atau pelanggaran, bila itu berkaitan dengan ritual agama mereka.

Contohnya kalau seseorang menginjak tanpa sengaja tempat suci dari beberapa dewa. Atau mungkin memakan makanan yang dilarang dewa yang dikenal atau tidak dikenal..

Jika ada pelanggaran ritual terjadi, dewa mungkin akan meninggalkan seseorang dan menarik perlindungannya, maka orang tersebut rentan terhadap segala macam masalah.

Ayub bukan seorang penganut penyembah banyak dewa (politeisme). Dia tidak pernah menunjukan penghormatannya kepada matahari atau bulan. Dewa sesembahan orang jaman kuno.

Siapa pun selain orang Israel di dunia kuno akan dengan mudah mengakui dewa-dewa kosmik ini, tetapi Ayub menahan diri untuk tidak melakukannya, yang mengindikasikan mentalitas orang Israel.

Dia mengenali Tuhan pencipta dengan baik. itu sebabnya dia tidak memohon kepada dewa-dewa lain.

Kesamaan dengan Kitab Ayub juga ditemukan dalam karya Akkadia yang dikenal sebagai “The Babylonian Ecclesiastes” atau “A Dialogue about Human Misery” (sekitar 1000 SM).

Diceritakan tentang seorang penderita bernama Shaggil-kinam-ubbib. Dia berdialog dengan seorang teman tentang keadilan ilahi dan penderitaan manusia. Dalam bentuk puisi mereka bertukar pikiran.

Dengan sedih dia menceritakan penderitaannya, bahwa dia telah menjadi yatim piatu sejak muda. dan selama itu hidupnya penuh sengsara. Dan dia telah berdoa kepada dewa.

Lalu sahabatnya itu menuduh dia telah berniat dalam hatinya melanggar perintah dewa.

Ia juga menegaskan bahwa orang jahat pasti akan mendapat balasannya dan menasihati temannya untuk mencari pertolongan Tuhan.

Penderita mengeluh bahwa para dewa tidak menahan setan jahat, padahal dia telah merendahkan diri. Dia diejek oleh orang-orang kaya.

Temanya itu menjawab, bahwa dia telah menuduh dewa tidak adil, karena cara-cara para dewa jauh dan melampaui pemahaman manusia.

Untuk mendukung argumennya, dia merujuk pada anomali alam, misalnya anak sapi pertama cenderung kurus. Tapi anak sapi kedua akan lebih besar dua kali lipat.

Teman yang menderita ini dengan mengeluh menjawab seperti Ayub, bahwa orang-orang memuji penjahat, sementara mereka menyiksa orang yang tak bersalah.

Teman itu mengakui bahwa para dewa telah menciptakan manusia dengan lidah yang sesat dan cara-cara yang menipu.

Dalam sisa bait terakhir puisi tersebut, orang yang menderita memohon pengertian dari temannya dan belas kasihan dari Ninurta, Ishtar, dan raja.

Akhirnya, para dewa tiba-tiba menjawab permohonan penderita dengan memulihkan kesehatannya.

Meskipun dialog hanya terjadi antara dua pihak dan pidato mereka lebih singkat daripada yang ada dalam Kitab Ayub, teks ini mungkin telah mempengaruhi format Kitab Ayub.

Namun, sifat penderitaan dan pendekatan dalam menyelesaikan masalah sangat berbeda dengan yang terdapat dalam Kitab Ayub.

Para penderita di Timur Dekat kuno siap untuk mengakui kesalahan segera setelah mereka diperlihatkan apa itu kesalahan.

Mereka cenderung percaya bahwa mereka telah melakukan pelanggaran, bahkan untuk hal-hal yang tidak prinsip dan moral.

Ayub menolak bahwa dosanya telah membuat dia menderita, seperti yang dituduhkan teman-temannya.

Cara berpikir orang timur dekat kuno bahwa mereka diciptakan untuk memenuhi kebutuhan para dewa, seperti makanan (kurban), minuman (persembahan), tempat tinggal (kuil), pakaian, dan semua kemewahan yang berhubungan dengan gaya hidup mereka yang mewah.

Dan, karena para dewa membutuhkan mereka, maka para dewa pun berkewajiban untuk menyediakan makanan dan perlindungan bagi para penyembahnya.

Oleh karena itu, para dewa dan manusia berada dalam hubungan saling ketergantungan. Mereka saling membutuhkan. Jadi hubungan mereka adalah transaksional.

Berbeda dengan Ayub. Dia tidak melihat Tuhan seperti dewa-dewa. Tuhan tidak bergantung kepada manusia. Dia tidak membutuhkan manusia untuk memenuhi keperluannya.

Poinnya, Semua manusia dari segala generasi, bangsa, suku, kepercayaan, kaya, miskin, bangsawan, rakyat jelata, sama-sama mengalami penderitaan.

Namun perbedaannya adalah bagaimana merespon penderitaan tersebut. Siapa yang kita sembah dan bagaimana kita mengenal sesembahan kita, akan menentukan respon terhadap penderitaan.

Seperti Ayub, dia mengenal Tuhan dengan baik. Dia tetap berpikir positif. Dalam ketidaktahuannya, dia memilih diam dan percaya bahwa Tuhan baik. Dia punya rencana yang indah.

Bagaimana dengan kita? Seperti apa kita menanggapi bila kita menderita? Atau bagaimana kita bersikap terhadap mereka yang menderita?

Ada kecenderungan banyak orang, bila melihat seseorang menderita, kita menjadi seperti teman-teman Ayub dan orang jaman kuno, berpikir, dosa apa yang telah dia perbuat!

Saat kita menderita, mari kita lakukan apa yang dikatakan Yakobus 5:13 yang berbunyi,

“Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira, baiklah ia menyanyi!”

Doa adalah cara yang tepat untuk menghadapi penderitaan. Doa adalah bentuk komunikasi dengan Tuhan, memohon kekuatan, penghiburan, dan kesembuhan.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan