Khotbah Pemakaman Bagi Orang yang Lanjut Usia
Teks: 1 Korintus 15:50-57
“Tuhan tidak pernah melihat anak-anak-Nya mati; Dia hanya melihat mereka beristirahat.”
Seorang pengkhotbah Skotlandia bernama John Watson, dia berkata sambil berlutut kepada salah satu anggota gerejanya yang sedang sekarat, dan berbisik di telinga orang tersebut: “Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal.”
Kemudian, sambil mendesah puas, orang tersebut meninggal tanpa rasa takut sama sekali. Ada pengharapan.
Alkitab memberi kita banyak penghiburan pada saat kematian seseorang yang kita kasihi.
Jika kita bisa melihat, walau sejenak, betapa mulianya kematian (sebutkan Namanya) ___, dia beristirahat pada usia yang sudah lanjut (sebutkan berapa puluh tahun)
Meskipun __ akan dirindukan, ada sesuatu yang sangat pantas dalam kepergiannya, bahkan seperti yang dinyatakan oleh penulis kitab Pengkhotbah, “Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal.”(Pengkhotbah 3:2).
Hal ini normal karena…
…dia telah menjalani kehidupan yang utuh dan lengkap.
…dia telah menerima dan mengetahui kasih Tuhan dan keluarga.
… rumahnya teratur
…dia siap untuk beristirahat sementara
…dia adalah seorang Kristen yang setia dan dia mencintai Tuhan
Seseorang pernah berkata: “Tidak ada yang lebih pasti daripada kematian, dan tidak ada yang lebih tidak pasti daripada kehidupan.”
Kehidupan di dalam tubuh ini, dan kehidupan di bumi ini bersifat sementara!
Alkitab menyebut tubuh kita sebagai kemah atau tenda, dan untuk sementara waktu, kemah bisa menjadi rumah yang indah.
Saat seorang pendaki berada di pegunungan, menikmati indahnya alam terbuka, kemah bisa menjadi kebutuhannya saat ia lelah dan membutuhkan tempat untuk beristirahat dan menyegarkan diri.
Meskipun tenda bagus untuk tujuan yang dimaksudkan, seseorang tidak berharap untuk tinggal di tenda selamanya.
Tak lama kemudian, seseorang ingin sekali “pulang” dan tinggal di sebuah rumah, yang strukturnya jauh lebih permanen dan kokoh daripada tenda. Itu ada sorga..
Apakah Anda masih ingat pesan Yesus sebelum Dia pulang ke sorga. Yesus berkata:
Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Yohanes 14:1-3.
Tenda bagus untuk suatu tujuan dan berguna untuk suatu musim, tetapi tenda bisa rusak. Kainnya bisa menjadi keropos dan sobek serta tiangnya bisa roboh.
Rasul Paulus, berbicara tentang keyakinan seorang percaya di 2 Korintus 5:1, 6-8.
“Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan,— sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat —
tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.”
Seorang yang bernama John Quincy Adams, dia seorang diplomat, politikus, dan Presiden Amerika Serikat yang ke-6..
Dia memberi gambaran tentang arti kematian bagi seorang Kristen dewasa.
Suatu hari dia berjalan tertatih-tatih di kota favoritnya, Boston, sambil bersandar pada tongkat. Tiba-tiba seorang teman menepuk pundaknya dan berkata, “Bagaimana kabar John Quincy Adams pagi ini?”
Orang tua itu berbalik perlahan, tersenyum, dan berkata, “Baik, Tuan! Rumah tempat tinggal John Quincy sebuah rumah petak yang sudah tua..
Fondasinya rapuh dan segera akan runtuh. Bagian atap sudah lepas, dan jendela-jendelanya sangat buram sehingga John Quincy hampir tidak bisa melihat ke luar lagi.
Karena itu sebelum musim dingin tiba, dia harus pindah. Namun bagi John Quincy Adams, dia tidak pernah merasakan hal yang lebih baik… tidak pernah!”
Dia mulai berjalan tertatih-tatih di jalan raya, percaya tanpa keraguan bahwa hidup ini sementara tetapi suatu waktu akan mendapat tempat yang permanen dan kekal..
Baca Juga:
5 Khotbah Pemakaman dan Penghiburan Bagi Orang Kristen
6 Saran Pelayanan Dukacita yang Berhasil Setelah Pemakaman
Ayat Alkitab untuk Pemakaman dan Dukacita
10 Daftar orang yang dibangkitkan dari kematian
Ia menyadari bahwa selain manusia jasmani ini sementara. Daging akan mati dan dikuburkan, tetapi iman kepada Tuhan yang kita miliki akan membuat kita hidup selamanya suatu saat.
Saat seseorang yang kita cintai meninggal dunia, tentu ada unsur kesedihan. Bagaimana tidak sedih, kita sudah bersamanya selama bertahun-tahun, dia telah menjadi bagian penting dalam hidup kita, dan kita merindukannya saat dia tiada.
Namun saat ini, di luar kesedihan alami kita, ada kegembiraan supernatural yang muncul karena mengetahui:
…realitas Yesus
…realitas kebangkiatan
…realitas kasih Tuhan
…realitas pengampunan
…realitas kelahiran baru
…realitas Surga
…realitas keabadian
…realitas reuni di masa depan
Bertahun-tahun yang lalu salah satu gereja di Amerika memproduksi sebuah film tentang pekerjaan misionaris di Angola yang berjudul, Saya Akan Bernyanyi, Bukan Menangis.
Film ini didasarkan pada buku African Manhunt, karya Monroe Scott, yang menceritakan kemenangan Kristus dalam kehidupan orang-orang Afrika.
Ada satu kisah dari seorang Pendeta bernama Ngango (Nah-gone-go), yaitu istri yang sangat dicintainya meninggal dunia.
Lalu sejumlah besar orang datang ke pemakaman, lalu mereka meratap dalam ratapan keputusasaan kafir..
Melihat itu, Pendeta Ngango (Nah-gone-go) berdiri di dekat peti mati dan berkata, “Hentikan semua teriakan dan lolongan ini.”
Para pelayat berdiri dan terkejut, semua diam, suasana menjadi heningg. Lalu dia berkata, “Wanita ini adalah anak Tuhan. Dia telah beristirahat sementara. Saya mencintainya, tapi hari ini kami tidak menangis, kami bernyanyi.”
Kemudian dia mulai menyanyi, “Puji Tuhan,” dan orang-orang Kristen pun ikut bergabung dengannya.
Itu bukanlah lagu keputusasaan, ketakutan, atau kesedihan. Itu adalah pujian kepada Tuhan, sebuah lagu kemenangan Kristus, sebuah himne keyakinan. Selama berabad-abad muncul tema “Saya akan bernyanyi, bukan menangis.”
Menangis mungkin bertahan sepanjang malam. Emosi manusia kita terkadang perlu dilepaskan. Tapi kegembiraan datang di pagi hari!
Orang yang kita kasihi_____________________telah beristirahat. Dia orang percaya yang setia. Kita akan berjumpa lagi para kedatangan Yesus kedua kali..
Dia telah mengakhiri perjalanan hidupnya di dunia fana ini. Ini adalah hari yang baik. Dalam tidurnya, Dia akan bangun pada pagi yang cerah dan meliha wajah pencipta-Nya..
Apa harapan kita?
Apa keyakinan kita?
Mari kita baca di 1 Korintus 15:50-57.
“Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,
dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.”
Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis:
“Maut telah ditelan dalam kemenangan.
Hai maut di manakah kemenanganmu?
Hai maut, di manakah sengatmu?”
Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Amen..