Kebahagiaan Orang Yang Lemah Lembut
Daftar isi:
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Matius 5:5
Kelemah lembutan bukan kelemahan. Mereka yang memiliki sifat ini bukan orang yang mudah dikalahkan dan ditaklukan.
Bagi sebagian orang kelemah lembutan dianggap sebagai ketidak perkasaan. Sifat ini dianggap sebagai kurang jantan dan tidak gagah.
Sifat garang, sangar, galak, dianggap lebih hebat karena bisa menakuti orang.
Hidup didunia yang keras ini, dimana banyak kekerasan terjadi, maka sifat keras dan sangar harus menjadi bahagian sifat hidup.
Benar, secara teori keras harus dilawan keras, tinggal diadu siapa yang lebih keras maka dia akan menang dan ditakuti.
Tetapi ini tidak menyelesaikan masalah. Mereka yang kalah keras tadi, akan mengasah diri mereka menjadi lebih keras lagi untuk bisa beradu keras. Bisa ditebak hasilnya adalah kekerasan baru.
Atau kalaupun mereka kalah keras dan takluk, maka ketaatan mereka bukan karena kasih tetapi karena takut.
Banyak yang salah paham dan memiliki paham yang salah dengan Kelemah lembutan.
Dipikir kalau lemah lembut itu dapat diinjak-injak. Diam dan menyerah ketika diperlakukan sesuka hati orang yang sangar.
Dipikir tidak bisa marah, tidak bisa membalas dan tidak bisa menjawab.
Orang yang lemah lembut bisa marah, membalas dan menjawab semua tindakan sangar orang yang sangar tadi.
Bedanya kemarahan dan balasan dari mereka tidak sangar dank eras, tetapi dengan kelemah lembutan, dengan kebaikan penuh kasih.
Paradigma mereka adalah kekerasan harus dilawan dengan kebaikan. Jawaban terhadap hidup yang keras adalah hidup kelemah lembutan.
Arti lemah lembut
Sekarang kita pelajari, apakah itu kelemah lembutan yang dikatakan Yesus?
Dalam Bahasa inggris disebut meek – Lembut. Bahasa yunani disebut praeis, singular praüs, “ringan”, “lembut”, “lemah lembut”.
Kristus menyebut Dirinya sebagai “lemah lembut [praüs] dan rendah hati” (Matius 11:29).
Dan karena Dia memiliki sifat itu, maka mereka yang “letih lesu karena kerja keras dan beban berat ”(ayat 28) bisa datang kepada-Nya dan menemukan ketenangan bagi jiwa mereka.
Nah, Padanan bahasa Ibrani dari praüs adalah ‘anaw, atau‘ ani, “miskin,” “menderita,” “rendah hati,” “lemah lembut.”
Kata Ibrani ini digunakan untuk Musa, yang sangat “lemah lembut” (Bilangan 12: 3).
Itu juga muncul dalam bagian Mesianik dari Yes. 61: 1–3 (lih. Dalam Mat 5: 3), dan dalam Mzm 37:11, di mana diterjemahkan “lemah lembut”.
Maka, Kelemahlembutan adalah sikap hati dan pikiran serta kehidupan yang mempersiapkan jalannya pengudusan.
Roh “lemah lembut” “yang sangat berharga di mata Allah.” (1 Petrus 3: 4).
“Kelemahlembutan” sering disebutkan oleh penulis PB sebagai kebajikan utama Kristen (lihat Gal. 5:23; 1 Tim. 6:11).
“Kelemahlembutan” berarti kita menerima kehendak-Nya dan kehendak-Nya berurusan dengan kita sebaik mungkin, yang kita serahkan kepada-Nya dalam segala hal, tanpa ragu-ragu (lih. MB 15).
Orang yang “lemah lembut” memiliki kendali penuh atas diri sendiri.
Orang tua kita yang pertama kehilangan Eden karena mereka meninggikan diri dan tidak bisa mengendalikan diri.
Tetapi melalui kelembutan hati, Eden itu dapat diperoleh kembali (MB 17). Lihat Mikha 6: 8.
Ciri-ciri kelemah lembutan
Orang yang lembut itu panjang sabar, dan pemaaf, tidak mudah marah, dan bukan pemarah.
Tidak mudah terprovokasi, dan jika sewaktu-waktu terprovokasi, segera ditenangkan.
Mereka tidak membenci orang.
Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan; mereka mengatasi kejahatan dengan kebaikan.
Mereka ramah, sopan, dan karena kebaikan sifat mereka, selalu berusaha untuk mendamaikan mereka tersinggung dan untuk memenangkan mereka menuju kedamaian dan cinta.
Mereka tahan terhadapa hinaan, caci maki, dan kata-kata kasar. Mereka akan membalas dengan kebaikan, keramahan dan kesabaran.
Tentu masih banyak ciri orang yang lemah lembut, anda bisa tambahkan lagi..
Kelemah lembutan adalah kesabaran dalam menerima luka-luka atau penderitaan.
Mereka disakiti, dihina dan mereka terluka mereka tahan dan sabar. Secara manusiawi ini orang bodoh dan dungu. Karena tidak bereaksi balik dengan melukai mereka yang telah melukainya.
Sikap ini bukan penyerahan hak-hak, atau sikap pengecut dan penakut. Kalau membalas dengan cara yang sama sangat mudah bukan!
Tinggal ambil balok dan pukul balik dia yang melukai saya..
Teladan kelemah lembutan
Pada waktu Yesus diadili secara tidak sah, dia ditampar. Dia bisa balas dengan sekedip mata dan mereka semua terlempar. Dia tidak melakukannya.
Paulus juga mengalami pengalaman yang sama.
“Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar.” Kisah 16:37
Mereka menanggung banyak perlakukan kasar dan tidak adil.
Namun Juruselamat dan rasul menanggung semua dengan sabar. Mereka tidak memaksakan hak-hak mereka, atau menginjak-injak hak orang lain untuk mendapatkan hak mereka sendiri.
Hasil dari kelemahlembutan
Kelemahlembutan adalah penerimaan luka dengan keyakinan bahwa Tuhan akan membela kita. “Pembalasan adalah miliknya; dia akan membalasnya,” Roma 12:19.
Jauh lebih baik bagi kita menderita dalam tuduhan palsudaripada membebani diri kita untuk melakukan siksaan pembalasan kepada musuh-musuh kita. Roh kebencian dan balas dendam berasal dari Setan, dan hanya dapat membawa kejahatan bagi orang yang menghargainya. Kerendahan hati, kelemahlembutan yakni buah dari tinggalnya Kristus di dalam hati adalah rahasia berkat yang sebenarnya.
Kotbah diatas bukit, 27
“Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” Mazmur 149:4.
Kelemahlembutan menghasilkan kedamaian. Itu adalah bukti kebesaran jiwa yang sejati. Itu datang dari hati yang terlalu besar untuk digerakkan oleh hinaan kecil.
Itulah yang dilakukan Yesus. Dia memenangkan dunia ini dengan kelemahlembutan-Nya. Bukan dengan kekerasan.
Dan sifat itulah yang ingin hidup dalam diri kita. Kelemahlembutan yang memenangkan orang lain kepada Tuhan.
Kelemahan atau kekuatan?
Kalau begitu, kelemah-lembutan itu kelemahan atau kekuatan? Tentu saja kekuatan.
Mereka yang memiliki sifat ini adalah orang-orang yang perkasa dan tangguh, kuat disegala medan.
Berbeda dengan orang yang sangar-sangar tadi. Mereka rapuh seperti kerupuk. Keropos seperti kayu kena rayap. Ringkih dan mudah patah. Yang hanya mengandalkan otot dan mata melotot.
Baca juga: Kebahagiaan orang yang miskin
Kebahagiaan orang yang berdukacita
Cara terbaik menghancurkan musuh
Kebahagiaan kelemah-lembutan
Orang yang lemah-lembut akan memiliki bumi. Apakah maksudnya dengan ini?
Mereka mungkin secara duniawi tidak mendapat kehormatan dan kemakmuran materi. Mereka juga tidak ada jaminan tidak masalah, mereka akan mengalami kesengsaraan karena kejahatan manusia.
Akan diterima dengan roh yang tenang, pikiran yang pasrah, sabar, dan puas, tidak bersungut-sungut.
Dengan rasa syukur mereka terima semua dan dinikmati, sebagai cicipan dari penderitaan Yesus.
Yesus adalah pencipta dan pemilik dunia ini. Kita hanya penatalayan atau pengelola. Tetapi status kita akan naik, bukan hanya pengelola lagi, tetapi sebagai pemilik bumi ini.
Orang yang lemah-lembut hatinya “akan mewarisi bumi.”
Karena keinginan untuk membesarkan dirilah dosa masuk ke dunia ini, dan orangtua kita yang pertama kehilangan kuasa atas dunia yang indah ini, kerajaan mereka.
Karena pengingkaran dirilah sehingga „Kristus menebus apa yang hilang. Dan Ia katakan kita harus menang sebagaimana Ia menang. Wahyu 3:21.
Melalui kerendahan hati dan penyerahan diri kita dapat menjadi pewaris bersama Dia apabila ‘’orang-orang yang lemah-lembut hatinya akan mewarisi bumi.” Mazmur 37:11.
Hanya orang-orang yang lemah lembut yang akan masuk kedalam kerajaan sorga dan memiliki bumi ini.
Jadi kebahagiaan orang yang lemah lembut adalah menjadi pemilik bumi ini, dalam keadaan damai, tentram dan tidak ada lagi dosa. Maka pada akhirnya kita akan menjadi orang paling kaya.
Anda ingin memiliki bumi ini? Jadilah lemah lembut.
Kebahagiaan yang diperoleh dari sumbersumber duniawi berubah-ubah sebagaimana keadaan yang bermacam-macam dapat mengubahnya; tetapi damai dari Kristus adalah damai yang tetap dan abadi.
Itu tidak bergantung kepada keadaankeadaan dalam dunia, pada jumlah harta duniawi atau jumlah sahabat-sahabat duniawi. Kristus adalah mata air hidup, dan kebahagiaan yang diperoleh dari Dia tidak pernah gagal.
Live each day as it was your last
Deddy Panjaitan