Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Kebahagiaan orang yang lapar dan haus (Matius 5:6)

Kebahagiaan orang yang lapar dan haus (Matius 5:6)

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Matius 5:6

Bagi yang pernah mengalami kelaparan dan kehausan karena sudah tidak ada lagi yang mau dimakan dan diminum, akan tau betapa berharganya sebutir nasi dan dan setetes air.

Kebahagiaan orang lapar dan haus adalah ketika mendapatkan makanan dan minuman.

Pada saat ini agak jarang mungkin menemukan disekitar kita, orang-orang yang kelaparan karena tidak ada makanan untuk dimakan.

Saya masih ingat pada saat kami berkuliah beberapa tahun yang lalu. Pada saat liburan dimana kami tidak pulang dan memilih tinggal dikampus untuk bekerja selama liburan.

Masa itu merupakan ujian yang berat karena masa paceklik baru saja dimulai. Tempat makan kampus tutup.

Berbeda pada waktu perkuliahan masih aktif. Tempat makan buka setiap hari.

Biar hutang kuliah menumpuk, dan uang dikantong tidak punya, makan dan minum tetap aman dan lancar.

Namun bila perkuliahan libur, semua orang pulang kampung, tempat makan pun tutup. Pintunya sih terbuka, tapi tidak ada aktifitas masak memasak disana.

Dalam keadaan demikian, saya akan memandang kelangit, meminta kepada Tuhan mengirimkan burung gagak.

Maka pada saat itu, makanan adalah barang mewah. Saya masih ingat, kami harus berbagi satu nasi bungkus untuk lima orang.

Sewaktu-waktu dosen mengajak makan dirumahnya, maka itu kesempatan yang dinantikan dan menggembirakan untuk makan sebanyak-banyaknya.

Setiap kali ada orang yang kasih makanan dan minuman, itu kemewahan dan kebahagiaan yang luar biasa.

Makanan rohani

Pesan Yesus mengenai lapar dan haus, bukan tentang makanan jasmani. Tetapi makanan rohani. Bagi Yesus makanan jasmani penting. Dan itu bagian yang tidak luput dari perhatian-Nya kepada kita.

Buktinya, di Matius 6:25-34, dia memberi jaminan pemenuhan keperluan sehari-hari dari umat-Nya.

Karena itu Dia melarang mereka untuk kuatir terhadap persoalan makan dan minum. Karena burung saja dipelihara. Apalagi kita. Artinya, persoalan jasmani sudah selesai.

Maka, Yesus sedang mengarahkan pikiran kita kepada makanan yang luput dari perhatian kita, yaitu makanan rohani, kebenaran Firman-Nya.

Ini penting. Karena manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.

Kita adalah manusia jasmani. Kita juga manusia rohani. Hanya pemenuhan kebutuhan jasmani semata, hidup kita akan timpang. Miring sebelah.

Supaya seimbang, maka rohani juga perlu makan. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.

Maka jika kita telah bekerja keras mencari nafkah untuk pemenuhan makanan dan minuman tubuh kita, mengapa kita tidak bekerja keras juga untuk pemenuhan kebutuhan jiwa kita?

Roti bagi yang lapar dan haus

Yesus sedang menerangkan satu pelajaran dengan menggunakan metafora. Diambil berdasarkan situasi yang biasa terjadi di Palestina, dimana curah hujan tahunan rata-rata tidak lebih dari 26 kali (lihat Kej 12:10).

Apa yang terjadi di Palestina, tidak jauh berbeda dengan wilayah disekitarnya.

Daerah itu berbatasan dengan gurun yang luas, bahkan banyak daratan berpenghuni yang semi-gersang.

Tidak diragukan lagi, banyak di antara hadirin yang mendengarkan Yesus telah mengalami rasa haus yang luar biasa.

Tetapi Yesus berbicara tentang kelaparan dan kehausan jiwa (lihat Mzm. 42: 1, 2).

Hanya mereka yang merindukan kebenaran dengan kerinduan yang sangat besar dari seorang manusia yang kelaparan karena kekurangan makanan atau kelaparan karena kekurangan air, akan menemukannya.

Tidak ada sumber duniawi yang dapat memuaskan rasa lapar dan kehausan akan jiwa, apakah itu kekayaan materi, filosofi yang mendalam, kepuasan selera fisik, atau kehormatan dan kekuasaan.

Enam atau delapan bulan setelah Khotbah di Bukit, Yesus mengadakan KKR Akbar. Dia berbicara tentang Roti Hidup (Yohanes 6: 26–59). Di mana Dia membahas lebih lengkap prinsip makanan untuk jiwa.

Yesus sendiri adalah “roti” untuk manusia yang haus lapar, dan dengan mengambil bagian darinya mereka dapat menopang kehidupan rohani dan memuaskan rasa lapar jiwa mereka (lihat Yohanes 6:35, 48, 58).

Mereka yang lapar dan haus diundang untuk datang ke Penyedia surgawi dan menerima persediaan makanan dan minuman “tanpa uang dan tanpa membeli” (Yes. 55: 1, 2).

Kerinduan di hati seseorang untuk kebenaran adalah bukti bahwa Kristus telah memulai pekerjaan-Nya di sana (MB 19).

Makna lapar dan haus

Lapar dan haus, di sini, merupakan ungkapan dari keinginan yang kuat. Keinginan yang kuat untuk apa pun sering diwakili dalam Alkitab dengan rasa lapar dan haus, Mazmur 42: 1-2; Mazmur 63: 1-2.

Lapar dan haus akan apa?

Yesus menyebutkan secara jelas, lapar dan haus terhadap kebenaran. Kebenaran apa dan siapa? Yohanes 17:17, “Firman-Mu adalah kebenaran.”

Maka Yesus sedang menerangkan kebenaran akan Firman-Nya. Mari kita sedikit selidiki kebenaran yang dimaksud.

Kebenaran. Dari kata yunani, dikaiosunē, dari akar kata dikē, “adat/kebiasaan”, maka bisa dimaknai “Benar” seperti yang ditentukan oleh adat/kebiasaan.

Dalam PB ini digunakan untuk “benar” sebagaimana ditentukan oleh prinsip kerajaan surga.

Dalam beberapa contoh penggunaannya (94 kali) digunakan dalam PB, yang mana dikaiosunē diterjemahkan “kebenaran.

Diantara orang Yunani, kebenaran itu kecocokan dengan bea yang diterima.

Bagi orang Yahudi, kebenaran itu masalah kecocokan dengan syarat hukum mereka, sebagaimana ditafsirkan oleh tradisi Yahudi (lihat Gal. 2: 16–21).

Tapi bagi para pengikut Kristus, kebenaran memiliki arti yang lebih luas. Alih-alih membangun kebenaran mereka sendiri, orang Kristen dipanggil untuk menyerahkan “diri mereka kepada kebenaran TUHAN ”(Rom 10: 3).

Pengikut Kristus mencari kebenaran “dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.“(Flp 3: 9)

Kebenaran Kristus diperhitungkan dan ditanamkan. Kebenaran yang membawa pembenaran. Jiwa yang dibenarkan bertumbuh dalam kasih karunia.

Melalui kuasa Kristus yang tinggal dalam hidup, kita menyesuaikan hidup dengan persyaratan hukum moral sebagaimana yang ditetapkan oleh Ajaran dan teladan Yesus sendiri.

Inilah yang ada dalam pikiran Kristus ketika Dia mendorong para pendengar-Nya untuk menjadi “sempurna” sebagai Bapa surgawi mereka sempurna (lihat di Mat 5:48).

Paulus mengamati bahwa kehidupan Yesus yang sempurna telah memungkinkan kita untuk dapat menuruti hukum Tuhan, dan tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh ”(Roma 8: 4)

Arti luas dan sempit kebenaran

Nah, dikaiosunē atau kebenaran sebagaimana menurut thayer lexicon sebagai berikut:

  1. Dalam arti luas: keadaan dirinya yang sebagaimana mestinya, kebenaran, kondisi yang dapat diterima Allah

a) doktrin tentang cara di mana manusia dapat mencapai keadaan yang disetujui Tuhan

b) integritas, kebajikan, kemurnian hidup, kebenaran, kebenaran berpikir perasaan, dan bertindak

2) dalam arti yang lebih sempit, keadilan atau kebajikan yang memberikan hak masing-masing

Definisi Kebenaran

Kebenaran dapat secara sederhana didefinisikan sebagai: “perbuatan yang benar di hadapan Tuhan” menjadi orang benar, adalah “melakukan yang benar.

Kata kebenaran, sebagaimana didefinisikan dalam Kitab Suci, berarti menuruti perintah-perintah Allah (Lukas 1: 6); itu dinyatakan dalam Injil (Roma 1: 16,17);

Dan itu dapat diperoleh hanya dalam satu cara, yaitu dengan penurutan pada perintah-perintah Tuhan (Kis 10: 34,35; 1 Yohanes 2:29; 3: 7; 5: 3), yang kesemuanya “adalah” kebenaran (Mazmur 119: 172).

Perhatikan, baik Petrus maupun Yohanes menegaskan bahwa hanya orang yang “melakukan kebenaran adalah benar;”

Tetapi dia yang benar adalah orang yang melakukan yang benar; oleh karena itu, dia yang melakukan yang benar memiliki kebenaran.

Sebaliknya, orang yang tidak benar adalah orang yang jahat; orang yang menyimpang adalah seorang yang berlawanan dengan Tuhan.

Jadi, jelas bahwa definisi kebenaran adalah “keadaan atau kondisi di mana seseorang dikenali oleh Tuhan;”

Tetapi Tuhan hanya menyetujui mereka yang melakukan yang benar (menaati perintah-perintah-Nya);

Oleh karena itu, untuk memiliki perkenanan Allah dan kebenaran yang Dia minta, seseorang harus melakukan yang benar, dengan menaati perintah-perintah-Nya (Lukas 1: 6 ;; Keluaran 15:26; Ulangan 13:18; 1 Raja-raja 11:38; 14: 8) .

Kebenaran adalah kesucian, serupa dengan Allah, dan “Allah adalah kasih.” 1 Yohanes 4:6. Itu adalah persesuaian dengan hukum Allah, karena “segala perintah-Mu benar” (Mazmur 119:172), dan “kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Roma 13:10). KAB. 28.1

Kebenaran Tuhan secara ringkas semua yang Dia perintahkan, semua yang Dia tuntut, semua yang Dia setujui, semua yang Dia sediakan melalui Kristus.

Arti lapar dan haus akan kebenaran

Baik, jadi haus dan lapar akan kebenaran, berarti keinginan yang kuat, kerinduan yang dalam akan penurutan kepada Firman Tuhan. Untuk mendapatkan perkenaan Tuhan.

Menerima kebenaran Firman-Nya dengan sukacita, untuk bertumbuh dalam kebenaran-Nya, yang membawa kita kepada pertumbuhan baik secara rohani, moral dan pada akhirnya menjadi serupa dengan tabiat Kristus.

Mengapa kita perlu lapar dan haus akan kebenaran?

Alasan perlu lapar dan haus akan kebenaran sebagaimana kutipan berikut:

Sebagaimana kita memerlukan makanan untuk mempertahankan tenaga fisik kita, begitu juga kita memerlukan Kristus, Roti dari surga untuk mempertahankan kehidupan rohani kita dan memberikan kekuatan untuk melakukan pekerjaan Allah.

Sebagaimana tubuh terus-menerus menerima makanan yang mempertahankan kehidupan dan kekuatan, begitu juga jiwa harus senantiasa berhubungan erat dengan Kristus, berserah kepada-Nya dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya. KAB 28

Jadi kita perlu lapar dan haus akan kebenaran adalah untuk mempertahankan dan keberlangsungan yang terus menerus kehidupan kerohanian kita, supaya kita sanggup melakukan pekerjaan Tuhan.

Saat kita tidak merasakan kerinduan itu, maka kerohanian kita perlahan-lahan akan mati dan tidak punya daya melakukan pekerjaan Tuhan.

Sebagaimana pejalan kaki mencari mata air di padang gurun lalu menemukannya dan memuaskan dahaganya, hendaknya begitulah dahaga orang Kristen untuk memperoleh air mumi kehidupan yang bersumber dari Kristus. KAB 29

Orang yang lapar dan haus akan kebenaran dipuaskan

Firman Allah adalah mata air kehidupan. Apabila engkau mencari mata air hidup ini, melalui Roh Kudus, engkau akan dibawa ke dalam perhubungan yang erat dengan Kristus.

Kebenaran-kebenaran biasa akan menyatakan diri kepada pikiranmu dalam suatu aspek yang baru, ayat-ayat Kitab Suci akan muncul kepadamu dengan suatu makna yang baru sebagai cahaya terang, engkau akan melihat hubungan kebenaran-kebenaran lain dengan pekerjaan penebusan, dan engkau akan mengetahui bahwa Kristus tengah memimpinmu, Guru Ilahi berada di sampingmu. KAB 29

Baca juga: Kebahagiaan orang yang berdukacita

Kebahagiaan orang yang Miskin

Jika kita lapar akan kebenaran kita berharap untuk melihat beberapa dari karakteristik berikut…

  1. Ada keinginan yang meningkat untuk berada di dalam Firman Tuhan dan untuk menaati Firman itu.
  2. Ada peningkatan kecintaan pada hal-hal yang Tuhan kasihi dan kebencian pada hal-hal yang Tuhan benci.
  3. Ada kerinduan yang tumbuh untuk melakukan kehendak Tuhan.

Jadi mereka yang haus dan lapar akan kebenaran, akan dipuaskan atau akan diisi dengan kebenaran Tuhan.

Kebenaran diri akan sirna. Merasa diri baik dan sudah cukup akan lenyap. Karena kebenaran Kristus akan dipakaikan untuk kita.

Kita akan melihat lebih jelas kekurangan dan dosa kita. Dan kita akan melihat kebutuhan kita. Kita bisa datang kepada Yesus dan menerima Dia dan seluruh kebenaran-Nya dalam hidup kita.

Kita disebut berbahagia jika kita lapar dan haus akan kebenaran. Mengapa? Karena kita akan dipuaskan;

kita tidak kelaparan lagi seperti kelaparan dunia karena kepuasan kita telah dipenuhi di dalam Kristus.

Lapar dan haus akan kebenaran memiliki pesan penginjilan bagi mereka yang tidak mengenal Kristus, juga pesan bagi mereka yang ada di dalam Kristus.

Saya menyimpulkan dengan sebuah pertanyaan sederhana: Kelaparan dan kehausan terhadap apakah anda hari ini? Saya berdoa agar kita semua dapat menjawab, “Kebenaran.”

Live each day as it was your last
Deddy Panjaitan

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan