Kata-Kata Cerminan Hati (Matius 12:33-35)

Matius 12:33-35
“Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.
Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” Matius 12:33-35
Setelah Yesus menjelaskan dosa yang tidak dapat diampuni, Yesus melanjutkan dengan metafora baru, yaitu pohon dan buahnya .
Yesus menuntut agar orang Farisi konsisten. Mereka harus memandang Yesus (pohon) dan buahnya (perkataan dan perbuatannya) tidak bernilai atau memandangnya sebagai sesuatu yang baik.
Buah yang baik dari Yesus menunjukkan bahwa dia baik, tetapi orang Farisi mengaitkan perbuatan baik itu bersumber dari setan.
Sebaliknya, kata-kata orang Farisi seperti buah yang tidak berguna dari pohon yang tidak berguna karena mereka berbicara dari hati yang jahat.
Fitnah mereka terhadap Yesus mengungkapkan kerusakan batin mereka sendiri. Karena itu, Yesus menggambarkan mereka sebagai keturunan ular beludak berbisa.
Ular berbisa dikenal karena pendekatan dan serangannya yang halus. Seperti itulah orang farisi. Mereka berusaha menyembunyikan penghujatan mereka sendiri dengan menyebut Yesus penghujat.
Tetapi Yesus mengungkapkan inti masalah orang Farisi yaitu mereka menghujat Roh Kudus karena hati mereka jahat.
Kata-kata tuduhan yang mereka gunakan untuk memfitnah Yesus mengungkapkan kejahatan hati mereka.
Produk dosa dan kemunafikan setara dengan racun ular berbisa yang memangsa orang yang tidak menaruh curiga.
Jadi, mengapa Yesus menyebut mereka ular beludak? Karena mereka baru saja membuat tuduhan Yesus “dirasuki oleh Beelzubul” dan Yesus “mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penguasa setan.”
Karena itu, mereka memanifestasikan sifat si ular tua, si iblis, dalam sikap mereka terhadap Kristus.
Maka Yesus membuat pertanyaan retoris, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat?
Gambaran Yesus tentang mereka jahat adalah penilaian-Nya terhadap karakter dasar mereka, AKAR dari masalah kata-kata jahat mereka.
Pertanyaan retoris Yesus ini dalam bentuk waktu sekarang, yang mendefinisikan orang-orang ini sebagai terus-menerus jahat..
Dan dengan suara aktif menunjukkan kejahatan adalah pilihan mereka yang disengaja dan atas kemauan sendiri!
Mereka tidak hanya MELAKUKAN kejahatan tetapi mereka ADALAH kejahatan itu sendiri dalam esensi, sifat, inti dan karakter mereka!
Mereka benar-benar bejat! Perhatikan juga bahwa kata jahat bukanlah kakos tetapi poneros yang berbicara tentang kejahatan aktif, kejahatan yang memiliki efek menghasilkan kerusakan!
Jadi kembali ke pertanyaan yang Dia ajukan, bisakah mereka berbicara apa yang baik?
Jelas mereka tidak bisa! Itu tidak mungkin, karena itu tidak ada dalam “DNA mereka!” Singkatnya, sifat esensial mereka adalah jahat.
Kita membaca kebenaran yang serupa dalam 1 Samuel 24:13, “seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan.”
Dalam Amsal kita membaca ” Hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi mulut orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat.” (Ams 15:28)
Intinya adalah bahwa orang yang adil-benar memiliki hati yang benar dan berpikir dengan bijak sebelum menjawab.
Sebaliknya orang jahat tidak hanya berbicara jahat, tetapi “mencurahkan” atau “menyemburkan” kejahatan! Kejahatan adalah aliran yang secara alami keluar dari diri mereka!
Kata kerja Ibrani “mencurahkan” (naba) bisa berarti meluap atau menyembur keluar, menggambarkan kata-kata jahat “menggelembung” dari hati, seolah dia tidak mampu mengendalikan atau menahannya.
Yesus menjelaskan mengapa tidak mungkin bagi orang Farisi untuk mengatakan apa yang baik. Inti masalahnya adalah masalah hati mereka!
Dengan kata lain, akal sehat mereka telah rusak, karena kebencian dan iri hati.
Yesus menyimpulkan, “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.”
Kata-kata kita menunjukkan isi hati kita. Baik tidaknya hati kita, terlihat dari kata-kata kita. Hati kita adalah musuh terbesar kita.
Ketika kita menunjuk satu jari keorang lain, ada 4 jari menunjukkan kita.
Karena itu, mari kita perbaiki hati kita semua. Dan hanya Roh Kudus yang dapat melakukannya. Biarkan hati kita dipenuhi Roh Kudus.
Dampak terhadap hati kita adalah ucapan yang bersuka ria. Ketika Roh mengendalikan hati kita, Dia juga mengendalikan lidah kita.
Ketika kita telah mendukakan atau memadamkan Roh, kita perlu sangat berhati-hati, karena ada kemungkinan besar kata-kata yang tidak membangun, bahkan busuk akan keluar dari mulut kita.
Bahkan, jika Anda sering memuntahkan kata-kata marah atau pahit, Anda dapat mengetahui bahwa hati Anda tidak benar dengan Tuhan dan Anda perlu mengakui dan bertobat.
Pikirkan kembali minggu terakhir ini dan kata-kata yang keluar dari mulut Anda!
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now