Hari-Hari Raya Bangsa Yahudi dalam Lambang dan Wujud – Bagian 1
Pendahuluan
Ada 7 pesta atau festival agama yang penting pada sepanjang tahun kalender Yahudi kuno. Empat diantaranya adalah pesta musim bunga (paskah, roti tak beragi, buah sulung, dan pentakosta) yang dirayakan pada permulaan tahun agama, dan tiga lagi adalah pesta musim gugur (pesta sangkakala, hari pendamaian, dan hari raya pondok daun) yang dirayakan pada tengah tahun terakhir dari tahun itu (lihat imamat 23:4-44).
Bila kita mempelajari secara terpisah atau bersama, hari-hari raya ini menjadi suatu jurusan pelajaran yang sangat mengesankan, namun supaya kita bisa menghargai sifatnya, tujuan dan waktunya, kita perlu memiliki pengetahuan tentang tiga factor latar belakangnya yaitu:
1.Iklim di Palestina, dan tahun bercocok tanam bangsa Yahudi
Sesuai dengan lebarnya, palestina termasuk daerah sub-tropis, dan hanya mempunyai dua iklim musim – musim kering pada waktu musim panas, musim hujan pada waktu musim dingin.
Musim panasnya begitu panjang, kering, dan panas karena tidak ada hujan mulai bulan juni sampai September sehingga sepanjang musim itu semua tumbuhan layu dan seluruh negeri itu kelihatan mati bagaikan padang pasir. Hampir semua sungai menjadi kering hingga hujan turun pada musim gugur.
Perubahan besar di seluruh negeri itu terjadi setelah hujan turun pada musim gugur. Tanah itu tiba-tiba kembali hidup; bunga-bunga mulai keluar dari celah-celah tanah yang tadinya retak-retak, dan rumput-rumput yang tadinya sudah mati dan berwarna coklat berubah menjadi segar dalam waktu yang amat singkat.
“hujan awal” (RSV “hujan musim gugur”) yang sering disebut dalam alkitab, turun pada akhir bulan oktober atau bulan November untuk melembekkan tanah supaya bisa dibajak dan ditanami.
Hujan ini turun hanya sedikit tetapi menjelang bulan desember hujan deras turun lagi dengan curahan yang paling besar pada bulan januari.
Air hujan itu membasahi sampai kedalam tanah dan menumbuhkan tanah diladang, tetapi hasil ladang yang baik harus bergantung pada curahan “hujan akhir” yang cukup dan tepat waktu.
“hujan akhir” juga banyak disebut dalam alkitab (ul 11:14). Hujan akhir pada musim penghujan itu –“hujan musim bunga” – turun pada bulan maret dan permulaan bulan april dan merangsang biji-bijian diladang supaya matang.
Jika curahan hujan terlalu sedikit pada musim hujan akhir, maka hasil ladang mereka sangat sedikit walaupun curah hujan awal cukup banyak.
Ada satu lagi karunia Tuhan di tanah Palestina, yaitu embun yang turun agak banyak pada musim panas.
Embun turun di palestina dibawa oleh angin yang mengandung kelembaban dibawa dari laut mediteranian yang mengembus gunung-gunung di malam hari dan meninggalkan cairan yang menyegarkan kehidupan pada musim kering pada waktu mana setiap tetes air dianggap sebagai karunia.
Dengan sedirinya membajak, menanam dan menuai; mengirik dan membersihkan; mengairi dan pemeliharaan umum pada pohon anggur dan pohon buah-buah lainnya; peternakan dsb, dalam pertanian orang yahudi semuanya disesuaikan dengan siklus musim yang amat penting dan vital ini.
Kehidupan mereka secara keseluruhan – kebenaran bangsa itu sendiri—tergantung atas siklus musim negeri itu. Tidak bisa dihindarkan lagi bahwa pesta tahunan perayaan agama mereka juga disesuaikan pada siklus musim yang sama dan penuaian jelai adalah kunci dari semua pesta perayaan mereka.
Dari bulan mei hingga oktober hampir tidak turun hujan, karena itu membajak dan menabur benih tanaman inti mereka (jelai dan gandum) di mulai pada bulan November.
Hasil panen pertama pada bulan nisan (maret-april) bersamaan dengan paskah sehingga kedua pesta perayaan itu digabung bersama-sama (hari raya roti tak beragi dari buah sulung).
Panen gandum tiba beberapa minggu kemudian bersamaan dengan hari raya pentakosta. Kemudian diakhir bulan oktober, yaitu setelah musim panas agak panjang mereka merayakan hari raya perkumpulan atau hari raya pondok daun pada akhir musim buah-buahan (anggur, jaitun, korma dsb).
2. Perbedaan antara tahun agama dan tahun umum
Kalender keagamaan bangsa yahudi selalu dimulai dengan nisan (abib) sesuai dengan system perayaan yang ditetapkan dalam hukum keimamatan.
Tetapai pada tujuan umum, permulaan tahun mereka ditetapkan pada musim gugur, bulan ketujuh atau disebut Tishzi (Etharim).
Peniupan serunai pada hari pertama bulan ketujuh adalah tahun baru umum dan dirayakan oleh orang yahudi modern sebagai “ Rosh Hashanah.” Karena itu perlu kita bedakan dengan hati-hati antara kalender tahun agama dengan kalender tahun umum mereka.
Ukuran waktu yang tepat yang meliputi siklus tahunan untuk perayaan sacral mereka hanya tujuh dari dua belas bulan penuh. Jadi “tahun” agama mereka hanya terdiri dari 7 bulan.
3. Hubungan lambang – wujud “ tipe-antitipe antara perayaan dan mitranya.
Tidak diragukan lagi bahwa semua pelajar alkitab sependapat tentang motif otentik “harapan” dalam PL – suatu perasaan kurang lengkap, dipadukan dengan masa kegenapan harapan, pada waktu pelepasan yang dijanjikan atau mesias itu datang.
Anasir harapan ini kadang-kadang disebut sebagai motif “lambang-wujud” karena difokuskan pada perbuatan sacral atau pemeliharaan sacral yang “membayangkan” atau menunggu peristiwa-peristiwa tertentu.
Upacara perjanjian lama disebut “lambang” dan kegenapanya pada masa yang akan datang di sebut “wujud”
Kehadiran hubungan “lambang-wujud” antara perjanjian lama dan perjanjian baru diakui secara meluas dan nilainya sebagai alat tafsir juga diakui, namun tidak semua pelajar alkitab sependapat mengenai penerapan wawasan dan isinya.
Beberapa orang mempertahankan bahwa hubungan “lambang-wujud” berlaku hanya pada salib atau hanya sampai pada kebangkitan Kristus, atau pentakosta dan setelah itu selesai sudah.
Yang lain mempertahankan bahwa hubungan ‘lambang-wujud’ harus mencakup masa pelayanan Kristus sesudah penyaliban –dari kenaikan hingga akhir era kristiani.
Kelompok terakhir ini tidak menemukan titik akhir sesuai dengan alkitab yang berlawanan dengan siklus peristiwa “yang dilambangkan” dan mereka sedang untuk menyatakan suatu titik akhir yang kuat dasarnya.
Pelajaran ini lebih condong pada kedudukan kedua itu karena lebih konsisten dengan pernyataan alkitab.
Logikanya ialah jika perayaan “lambang” itu adalah suatu siklus yang tidak terputus, ibarat mata rantai maka peristiwa-peristiwa yang dilambangkan itu sama juga dengan mata rantai yang tidak terputus.