Gempa Bumi, Tanda Kedatangan Yesus Kedua Kali
KABAR BAIK GEMPA
“..Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.” Matius 24:7-8
Bersamaan dengan peperangan, akan terjadi bencana secara beruntun seperti gempa bumi dan kelaparan.
Terjadinya bencana seperti gempa bumi menimbulkan pertanyaan mengenai penyebab dan artinya.
Apakah bencana disebabkan oleh kekuatan alam atau supranatural? Apakah bencana mempunyai arti dan pesan bagi umat manusia?
Bencana alam dengan proporsi yang sangat mengejutkan yang akan terjadi ketika bumi terkutuk itu mulai hancur.
Lukas menambahkan bahwa juga akan ada wabah penyakit dan teror yang hebat tanda-tanda dari langit (21:11).
Ketika beberapa bagian bumi kelaparan, bagian-bagian lain akan hancur karena gempa bumi, bagian-bagian lain dihancurkan oleh wabah penyakit..
Bagian-bagian dunia lainnya dilumpuhkan oleh teror yang tidak diketahui secara pasti, dan masih banyak lagi bagian-bagian lain yang dibuat takut oleh perubahan-perubahan yang terjadi di langit.
Di zaman yang serba ilmiah ini, kita cenderung mengabaikan kekuatan supranatural penyebab bencana.
Para ilmuwan akan mencari penyebab yang bersifat “alami”. Ketika disebutan “bencana alam” menyiratkan bahwa tidak ada keterlibatan supernatural.
Sekarang ini menurut para ahli penyebab utama terjadinya gempa bumi telah dijelaskan oleh teori geologi baru yang disebut “lempeng tektonik”.
Teori ini “berpendapat bahwa permukaan bumi terdiri dari sekitar selusin lempengan batu raksasa setebal 70 mil.
Mengambang di mantel bumi yang setengah cair dan didorong oleh gaya yang belum dapat ditentukan, lempeng-lempeng tersebut terus bergerak.
Saat keduanya lempengan bertemu terjadi gesekan, dimana batuan tersebut retak, sehingga lempengan itu bergerak. Pelepasan energi yang terjadi secara tiba-tiba itulah yang menyebabkan gempa bumi.”
Jadi teori ini mengakui bahwa ada “kekuatan yang tidak dapat ditentukan atau dipastikan” yang mendorong pergerakan konstan lempeng-lempeng yang membentuk permukaan bumi.
Sebagai orang beriman, kita percaya kepada Tuhan pencipta alam semesta. Dia tahu “kekuatan yang tidak dapat ditentukan” tersebut. ini hasil kerja misterius dari hikmat dan kuasa ilahi.
Dalam kebijaksanaan-Nya, Allah terkadang menggunakan apa yang kita sebut “bencana alam” untuk memanggil umat manusia agar bertobat.
Alkitab memandang gempa bumi sebagai perwujudan kuasa ilahi (Kel 19:18) dan penghakiman ilahi atas kejahatan manusia.
Yesaya, misalnya, memperingatkan Israel yang tidak taat bahwa, “engkau akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang memakan habis.” Yesaya 29:6.
Jadi gempa bumi seringkali berkaitan dengan kuasa Ilahi untuk memperingatkan manusia. Misalnya sebelum kematian dan sesudah kebangkitan Yesus ditandai dengan gempa bumi (Mat 27:54; 28:2).
Demikian pula dalam kitab Wahyu, gempa bumi mendahului dibunyikannya ketujuh sangkakala yang mengumumkan penghakiman ilahi atas umat manusia (Wahyu 8:5)..
Dan “gempa bumi yang dahsyat” menandai Kedatangan Kristus untuk menghakimi orang-orang jahat (Wahyu 6:12-17; 16:18-21).
Ketika manusia berpuas diri, egois dan merasa dapat hidup tanpa Tuhan, maka bencana seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, angin puting beliung, dan angin topan dapat menjadi sarana mengubah pikiran manusia dan melihat kepada Tuhan..
Gempa bumi yang menandai kematian Kristus itulah yang menyebabkan perwira dan prajuritnya mengakui, “Sungguh, Dialah Anak Allah” (Mat 27:54).
John Wesley menulis pada tahun 1777 kepada seorang temannya: gempa bumi adalah lawatan Ilahi yang paling berpengaruh terhadap orang-orang berdosa..”
Intensitas gempa bumi akan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Science News, misalnya, melaporkan bahwa menurut Survei Geologi A.S., “Gempa bumi besar yang mengguncang Amerika Serikat pada tahun 1980 dua kali lebih banyak dibandingkan pada tahun 1979.
Tiongkok pada tanggal 28 Juli 1976, yang dilaporkan sebagai gempa bumi terburuk dalam sejarah umat manusia (sekitar 800.000 kematian).
Menurut data United States Geological Survey (USGS), gempa Valdivia di Chile pada Mei 1960 menjadi gempa bermagnitudo terbesar sepanjang sejarah dunia, yakni 9,5.
Gempa bumi ini menewaskan 1.655 orang, 3.000 orang luka-luka, dan 2 juta orang mengungsi.
Gempa terbesar kedua pernah terjadi di Prince William Sound pada Maret 1964, Alaska dengan magnitudo 9,2. Gempa tersebut menghasilkan tsunami dan dampaknya sampai ke wilayah Hawaii.
Gempa Tohoku di Jepang pada Maret 2011 dan Banda Aceh di Indonesia pada 26 Desember 2004 menempati posisi berikutnya. Kedua gempa tersebut sama-sama bermagnitudo 9,1.
Lalu, gempa Petropavlovsk-Kamchatsky di Rusia memiliki magnitudo 9. Gempa Quirihue di Chili dan gempa di Ekuador-Kolombia sama-sama memiliki magnitudo 8,8.
Sedangkan, gempa di Kepulauan Rat, Alaska berada di urutan kedelapan dalam daftar ini. Gempa yang terjadi pada 1965 ini punya magnitudo 8.7.
Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 walau skalanya tidak terlalu besar tetapi menimbulkan kerusakan sangat besar. Kurang lebih 6000 orang meninggal dan ribuan rumah rusak.
Gempa Cianjur tahun 2022 menyebabkan ratusan orang tewas dan luka-luka, ribuan rumah rusak. Banyak gempa-gempa skala kecil yang setiap waktu terjadi. Silahkan tambahkan daftarnya..
Dan semua ini adalah peringatan dekatnya kedatangan Yesus kedua kali.
Bagi kita orang percaya, peningkatan bencana ini bukan pertanda bahwa alam telah mengamuk, seperti pandangan banyak orang..
Terjadinya bencana-bencana ini adalah wujud penghakiman Ilahi di zaman kita, untuk memanggil umat manusia agar bertobat sebelum penghakiman terakhir pada Kedatangan Kristus.
Karena itu setiap bencana harus membawa kita lebih dekat dengan Tuhan. Bencana membuat hidup kita semakin suci dan saleh.
Ingat, bencana adalah panggilan Ilahi untuk meninggalkan dosa dan kejahatan kita. Itu adalah kabar baik.