Fakta Dan Fiksi Dalam Kitab-Kitab Injil

Oleh: Eka Selly

Perjanjian baru atau lebih khusus kitab injil hampir seluruhnya mengisahkan tentang kehidupan Yesus.

Perjalanan pelayanan, pengajaran, dan tujuan hidupnya digambarkan dengan jelas.

Dalam kitab injil, secara khusus kitab injil Yohanes menjelaskan tujuan semua penulisan itu agar semua orang yang membacanya dapat memperoleh pengetahuan dan beriman kepada Yesus kristus.

Untuk menilai fakta atau fiksi dalam kitab injil harus melihat bagaimana hubungan cerita kitab injil itu dengan pribadi Yesus.

Perlu juga untuk melihat latar belakang penulisan kitab-kitab ini.

Murid adalah istilah untuk orang-orang yang senantiasa belajar dengan gurunya. Dalam tradisi Yahudi murid disebut talmidim dan gurunya disebut rabi.

Melihat fakta Yesus yang sering disebut rabi memberi gambaran bagaimana pola pembelajaran yang diberikan Yesus.

Murid-murid yang belajar pada seorang rabi dituntut untuk dengan cepat memahami apa yang diajarkan rabinya.

Satu hal yang penting bahwa, kata-kata sebenarnya yang dipakai rabinya sangat dihargai.

Bahkan, seorang dapat mengulangi pengajarannya hingga 400 kali jika diperlukan agar murid-muridnya dapat memahami dengan baik.

Murid-murid dalam menjaga kemurnian ajaran Yesus tidak berbeda jauh dari orang se-zaman mereka dalam mengingat dan menafsirkan ajaran rabi mereka. ( lihat Matius 10: 1-5; Lukas 10:1-12 )

Dua pasal ini untuk menggambarkan adanya perbedaan pandangan antara Matius dan Lukas dalam pandangan mengenai pengutusan oleh rabi mereka yaitu Yesus.

Bahkan situasi mendasar mengenai pengutusan yaitu jumlah murid yang diutus digambarkan berbeda oleh Matius dan Lukas.

Walaupun demikian, perbedaan ini tidak bertentangan tetapi memberi pemahaman bahwa wibawa yang diberikan kepada murid-murid

Untuk memberitakan kerajaan Allah dan menyembuhkan orang sakit dapat dipahami dari 2 tradisi yang berbeda namun tidak saling bertentangan.

Dari fakta ini, murid-murid yang menerima pengajaran dari Yesus dan menceritakannya kembali memiliki cara mereka masing-masing.

Cara yang beragam ini tergantung dari tradisi lingkungan yang sedang dibicarakan.

Dalam Kitab Suci ada 4 kitab Injil; yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.

Sekalipun dalam keempat kitab Injil itu ada banyak cerita yang sama, tetapi sebetulnya keempat penulis Injil itu mempunyai penekanan dan tujuan yang berbeda.

Dan kalau kita membaca keempat kitab Injil itu maka akan terlihat bahwa mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

Dalam kitab-kitab injil sering dijumpai perbedaan penggunaan kalimat dalam konteks tertentu. Hal ini dihasilkan oleh perubahan radiksional sesuai gaya dan konteks penulisnya.

Salah satu contohnya, doa Bapa kami disajikan secara berbeda oleh injil Matius dan injil Lukas.

Namun pembaca dapat menemukan bahwa kedua kitab ini tidak saling bertentangan tetapi saling melengkapi. ( B.F Drewes, 2001:01)

Matius, Markus, Lukas disebut sebagai Injil Sinoptik karena dikenal akan unsur kesamaan di dalam cerita-cerita yang dituliskan dalam ketiga Injil tersebut.

Ketika ketiga kitab Injil dibandingkan – kitab Matius, Markus, dan Lukas – jelas sekali bahwa ceritanya amat serupa dalam hal isi dan ekspresi.

Karena itu, Matius, Markus dan Lukas disebut “Injil sinoptis.” Kata “sinoptis” pada dasarnya berarti “melihat bersama dengan pandangan bersama.” ( William Barclay,2008:01)

Banyaknya persamaan di antara kitab injil membuat beberapa pihak memikirkan jangan-jangan para penulis Injil ini memiliki sumber yang sama; tulisan lain mengenai lahirnya, hidup, pelayanan, kematian dan kebangkitan Kristus yang menjadi bahan penulisan mereka.

Ada yang berpendapat bahwa kitab Matius, Markus dan Lukas pasti saling menggunakan Injil yang ditulis masing-masing

Atau melalui satu sumber bersama lainnya. “Sumber” bersama ini diberi nama “Q,” bahasa Jerman “quelle” yang berarti “sumber.” (Willy Marxsen, 1996:137 )

Dalam Injil Sinoptik banyak menyoroti dari sisi misi Tuhan Yesus. Misi Yesus sebagai perhatian puncak dari para penulis Sinoptik

Ini menyangkut kehidupan, pekerjaan dan pelayanan Yesus selama di bumi sampai di salib.

Salib merupakan titik utama pembicaraan Sinoptik yang menjelaskan mengenai karya penebusan yang dilakukan Kristus dengan sempurna

Karya ini mempengaruhi seluruh tulisan lain dalam Perjanjian Baru.

Salib merupakan lambang kepahitan bagi kesempurnaan karya penebusan Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia.

Injil Yohanes berbeda dengan ketiga injil yang lain. Letak perbedaan itu terdapat pada materi dan pola penyajiannya.

Pernyataan ini sejalan dengan penjelasan Kamus Alkitab oleh Browning tentang Injil Yohanes.

Baginya, perbedaan itu terlihat dalam persepsi kedua kitab terhadap peristiwa terjadinya mukjizat.

Dalam Injil Yohanes, mukjizat adalah tanda pengesahan dari pengakuan Yesus sebagai anak Allah, sedangkan bagi Injil lain mukjizat adalah petunjuk tentang Kerajaan Allah.

Catatan tentang kehidupan Yesus lebih sedikit dalam Yohanes sedangkan dalam Sinoptik hampir seluruh isinya bercerita tentang kehidupan Tuhan Yesus dari kelahiran sampai pada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga.

Yohanes lebih menekan pada pokok-pokok pengajaran yang disampaikan Tuhan Yesus.

Unsur teologis lebih banyak dalam Yohanes, sedangkan dalam Sinoptik unsur kemanusiaanNya. (Browning, 2008:497)

Mengenai waktu penulisan kitab-kitab injil muncul penafsiran bahwa kitab injil ditulis berdekatan dengan tahun 70 M waktu bangsa Romawi menghancurkan bait Allah.

Para ahli berpendapat bahwa para penulis mempunyai inisiatif setelah mengalami peristiwa ini.

Banyak ahli merujuk kepada Matius 22:7 yang menurut mereka hal ini menunjuk kepada pembakaran Yerusalem oleh Titus.

Walaupun ini adalah perumpamaan tetapi detail-detail dalam bacaan ini untuk merangsang pembaca mengingat suatu peristiwa.

Mengenai tempat, Antiokhia sering dianggap sebagai tempat penyuntingan karena peristiwa dari tahun 80 M- 90 M di gambarkan dalam kitab injil dan kisah para rasul.

Masalah yang terdapat dalam Injil-injil Sinoptik adalah berkaitan dengan masalah perbedaan dan kesamaan dari beberapa cerita yang terdapat dalam ketiga Injil tersebut yang masih banyak orang belum dapat menerimanya berdasarkan sudut pandang logika dan rasio.

Memang harus diakui bahwa hal ini bukanlah suatu hal yang mudah untuk menerima semua hal yang dibaca dan diketahui dalam Alkitab.

Kita seringkali tidak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi tanpa memiliki suatu hubungan dan kerjasama yang baik dalam mencari data

Menyusun dan mengolah sampai kepada menghasilkan suatu cerita yang memiliki kemiripannya yang akurat dan benar

Penulis melihat kisah ini dari sisi keilahian Allah yang melalui pekerjaan Roh Kudus telah menggerakkan sipenulis untuk menulisnya dengan pengontrolan Roh Kudus

Sehingga tidak ada satu kata yang direkayasa atau dimanipulasi penulis.

Eka Selly, Mahasiswa Fakultas Teologi, Universitas Satya Wacana Salatiga

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *