Cara yang Salah Menolong Tuhan

ADA saja pria yang menikah lagi saat isterinya tidak dapat melahirkan anak. Alasannya untuk mendapat keturunan. Dan pada jaman dahulu itu hal yang normal.
Abram saat tahu isterinya mandul, tidak ada dalam pikirannya untuk menikah lagi. selama bertahun-tahun dia setia dengan isterinya.
Apa yang tidak dipikirkan Abram, Sarai yang pikirkan. Sehingga Abram terperangah dengan ide gila dari Sarai.
“Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.”
Argumentasi Sarai masuk diakal. Tapi tidak rohani. Melenceng dari rencana Tuhan.
Abram awalnya tidak sepakat dengan Sarai, sebab Tuhan telah berjanji akan memberikan mereka keturunan.
Namun setelah ditimbag-timbang, masuk akal juga ini ide Sarai, bahwa ada cara lain selain cara Tuhan memperoleh anak.
Dari mana Sarai mendapat ide tersebut? cara ini dia tiru dari budaya orang-orang kafir dimesopotamia…
Di Mesopotamia biasanya seorang istri yang mandul membiarkan pelayannya melahirkan anak. Anak-anak itu dianggap sebagai anak sang istri.
Jadi, Sarai hanya melihat ini sebagai kebiasaan sosial untuk memiliki anak melalui ibu pengganti. Maka Hagar yang dia majukan untuk tugas itu.
Sarai bilang, “..hampiri hambaku itu..” itu adalah bahasa halus untuk mengajak Abram berhubungan seks dengan Hagar.
Disini kita melihat Sarai mengalami kegagalan iman dengan berjalan melalui penglihatan dan bukan dengan iman, mencari solusi manusiawi untuk mencapai tujuan surgawi.
Sarai punya filosofi, “Tuhan menolong mereka yang menolong diri mereka sendiri.” tapi ini tidak Alkitabiah.
Tuhan tidak membutuhkan pertolongan kita untuk memenuhi janji-Nya. Dia hanya meminta ketaatan kita pada kehendak-Nya yang telah diwahyukan. Dia akan mengurus detailnya!
Abram dan Sarai mencapai kesepakatan untuk menolong Tuhan memenuhi janji-Nya. Tapi dengan cara duniawi.
Disini kita melihat, Iman mereka berdua cacat; bukan dalam hal hakikat janji itu, tetapi dalam hal cara mereka bertindak..
Karena mereka tergesa-gesa ingin memperoleh keturunan yang diharapkan dari Allah, tanpa menaati ketetapan Allah yang sah.
Menarik untuk membandingkan 2 “kegagalan iman” dalam kehidupan Abram. Dalam Kejadian 12, kelaparan merupakan ancaman bagi tanah perjanjian .
Di sini, dalam Kejadian 16 , kemandulan Sarah merupakan ancaman bagi benih yang dijanjikan, garis keturunan Mesias.
Jadi ketika Sarai menyuruh Abram berhubungan suami istri dengan Hagar, dia sebutkan alasan dibaliknya..” mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak..”
Kalimat itu dalam bahasa Ibrani “mungkin aku akan dibangun dari dia.” Idenya adalah bahwa seorang anak melalui Hagar akan membentuk fondasi bagi keluarga mereka.
Ini sangat sejalan dengan Tablet Nuzi yang menggambarkan budaya Hurrian pada milenium kedua SM anak Hagar secara hukum akan menjadi anak Sarai dan pewaris Abram.
Nah disini kita melihat Abram jelas salah dengan mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pemimpin dan mengadopsi rencana Sarai.
Abram dalam hubungannya dengan Hagar melanggar ketetapan dasar Allah untuk pernikahan, yang sudah ada sejak penciptaan itu sendiri (lih. Kej 2:24 )
Jadi setidaknya ada dua yang dilanggar Abram: Pertama, perjanjian dua arah yang dia buat dengan Tuhan. kedua, perjanjian pernikahan.
Rencana Sarai sama saja dengan poligami , dan kehadiran dua istri di bawah satu atap pasti mendatangkan masalah.
Dan itu terbukti kemudian hari. Hagar dan Sarai terlibat pertikaian yang sengit. Dan anak Hagar tidak menjadi anaknya.
Jadi dalam hal ini kita melihat, bahwa Sarai mungkin perempuan pertama yang menganjurkan suami sendiri untuk poligami dalam cerita Alkitab.
Mereka berdua telah melanggar prinsip pernikahan. Dan celakanya, apa yang mereka lakukan telah banyak ditiru orang beriman. Mereka merujuk kepada Abram yang mempunyai istri lebih dari satu.
Dan mereka pikir itu tidak apa-apa. Bapa orang beriman saja berbuat demikian masa kita tidak boleh!
Intinya mereka telah merusak prinsip pernikahan yang Tuhan jadikan di taman Eden. Prinsip pernikahan Allah mencakup tiga aspek:
(1) “Meninggalkan,” yaitu, tindakan hukum di mana suami dan istri membuat komitmen publik tentang kesetiaan tertinggi dan pengabdian seumur hidup satu sama lain, di atas semua yang lain, bahkan orang tua;
(2) (MEMBELAH) “bergabung,” yaitu, aspek pribadi dari kasih yang lembut dan tanggung jawab yang setia yang permanen dan mengikat
(3) menjadi “satu daging,” yaitu, penyatuan fisik atau seksual yang melambangkan permulaan penyatuan jiwa-jiwa, jalinan rohani dan psikologis antara pribadi-pribadi.
Seks sebagaimana yang dirancang Allah di tempat dan waktu yang tepat adalah baik, penuh kuasa, hidup, dan menyatukan. Di luar rancangan Allah, seks menjadi jahat, kejam, menyimpang, dan memecah-belah.
Hubungan seks Abram dan Hagar, itu hubungan diluar rancangan Allah. Dan kita bisa melihat hasil dari hubunngan itu, sangat menyakitkan hingga sekarang.
Jadi waktu Abram mendengar perkataan Sarai untuk berhubungan dengan Hagar, itu lebih dari sekadar Abram mendengar suaranya.
Septuaginta menerjemahkan mendengarkan ( shama ) dengan kata kerja Yunani hupakouo yang berarti mengikuti instruksi, menaati, tunduk kepada, dalam hal ini tunduk kepada keinginan Sarai.
Ini bukan pertama kalinya dalam Kitab Kejadian bahwa seorang suami mendapat masalah karena mendengarkan suara istrinya.
Ditaman Eden ada Adam, yang jauh kedalam dosa karena mendengarkan kata-kata istrinya yang idenya jelas salah.
Tuhan berbicara kepada Adam dengan kata-kata ini, ” Karena engkau telah mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu..”
Kedua kasus tersebut menyoroti iman yang goyah dari dua orang yang akan mengakibatkan konsekuensi yang membawa bencana besar.
Perbandingan Adam dan Abram menarik karena yang pertama membawa dosa dan kematian ke dunia dan yang kedua membahayakan rencana Tuhan untuk mengatasi dosa dan kematian itu!
Allah mengizinkan Abram dan Sarai untuk melaksanakan rencana mereka yang bertentangan dengan kehendak-Nya, tetapi Ia tidak akan pernah menambahkan berkat-Nya.
Konsekuensinya terbukti sangat menghancurkan, baik pada saat itu maupun bagi generasi-generasi berikutnya.
Begitu Hagar tahu bahwa ia hamil, terjadilah pertikaian sengit di dalam rumah tangga itu. Abraham memohon kepada Allah supaya Ismael diberkati. Allah tidak mau.
Allah tidak akan pernah memberkati Ismael-Ismael kita. Akhirnya, Abraham dan Sarah harus mengusirnya, yang “sangat menyusahkan Abraham, karena hal itu menyangkut anaknya” ( Kej. 21:11)
Tidak hanya itu, tetapi keturunan Ismael juga menjadi musuh bebuyutan bangsa Israel di masa depan. Betapa pahitnya buah dari kemauan sendiri!
Jadi, Sarai hendak menolong Tuhan dengan rencana sendiri. Hasilnya, bencana. Kita harus ingat Tuhan tidak perlu di tolong dalam memenuhi rencanannya.
Orang-orang selalu memiliki kecenderungan untuk ingin “menolong” Tuhan ketika Dia nampak lambat dalam memenuhi janji-janji-Nya.
Jangan tolong Tuhan, kita yang perlu ditolong oleh Tuhan. Tuhan sanggup. Dia Maha Kuasa. Kita hanya perlu taat dan bersabar menanti Tuhan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now