Cara Mendapatkan Sukacita Tertinggi Menurut Filipi 4:4
Daftar isi:
Sukacita yang tidak normal
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Filipi 4:4.
Bersukacita disaat senang itu normal. Normalnya orang senang saat semua baik. Ketika keadaan tidak baik dan sukacita hilang itu juga normal. Dan yang normal itu wajar dan memang begitulah alamiahnya.
Tetapi tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang tidak normal. Maksudnya sesuatu yang diluar kebiasaan alamiahnya.
Saya pernah mencobanya. Saat adiknya saya meninggal dunia 16 tahun yang lalu. Sedih pasti. Menangis iya.
Tetapi karena saya punya pengharapan pada Tuhan, saya sangat tenang. Wajah saya penuh sukacita, karena saya yakin dia akan bangkit Ketika Tuhan datang.
Karena itu beberapa orang berpikir saya tidak berduka. Kematian adik saya seperti bukan kehilangan yang besar.
Saya kehilangan yang amat besar, tetapi harapan saya jauh lebih besar dari dukacita itu. Itu sebabnya ada sukacita saat situasi nampak tidak normal.
Paulus katakan bersukacitalah dalam Tuhan. Itu yang benar. Karena ada sukacita diluar Tuhan. Tapi itu semu. Tidak memberikan kepuasan hidup.
Apakah sukacita yang dimaksud Paulus dalam Ayat ini?
Untuk memahami sukacita yang dimaksud Paulus, kita harus melihat konteks panggilan sukacita diayat ini.
Di sini perintah (nasihat) Paulus untuk bersukacita disebutkan dalam konteks langsung dari orang-orang kudus yang bertengkar dan mereka dipanggil untuk menyelesaikan perbedaan mereka.
Itu nampak di ayat dua Ketika Paulus menasehati Euodia dan Sintikhe, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.
Kemungkinan ada perselisihan diantara mereka dan juga diantara orang-orang percaya lainnya.
Orang Kristen biasanya tidak bersukacita ketika mereka berselisih satu sama lain. Perpecahan sebenarnya adalah perusak sukacita, karena memadamkan kuasa Roh, yang selalu berusaha untuk mempromosikan kesatuan dan kesatuan dalam Tubuh Kristus.
Paulus menyuruh kita untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. Dan dia mengulanginya sampai dua kali.
Salah satu cara terbaik untuk memadamkan masalah di gereja, di keluarga, dan segala jenis masalah adalah dengan menghitung berkat dan bersukacita di dalam Tuhan.
Karena kita akan sulit untuk marah ketika anda dipenuhi dengan sukacita, bukan?
Sesungguhnya bersukacita adalah “obat” bagi jiwa kita, karena itu adalah penawar bagi keputusasaan, depresi, perpecahan.
Bersukacita itu dari kata Chairo. Ini kalimat perintah. Yaitu panggilan untuk gaya hidup sukacita yang berasal dari pilihan aktif (suara aktif) atas kehendak kita terlepas dari apa yang kita hadapi, bagaimana situasi kita menyenangkan atau merugikan. Baik atau buruk.
Singkatnya. Bersukacita adalah kegembiraan tidak bergantung pada situasi. Baik-buruk. Sukacita seperti ini datang dari Roh Kudus, yang memberi energi untuk melaksanakannya.
Dimana kemudian, kita akan menghasilkan buah Roh yaitu sukacita (Gal 5:22).
Kepada jemaat di Roma, Paulus menasihati mereka dalam Roma 1-11 untuk terus “bersukacita dalam pengharapan, bertekun dalam penderitaan, dan bertekun dalam doa.”
Gagasan di balik Bersukacita digambarkan oleh seekor domba kecil yang melompat-lompat kegirangan dan menggambarkan perubahan fisik di wajah kita. Jadi itu bukan sesuatu yang bisa anda palsukan.
Bersukacita itu melibatkan ekspresi fisik dari sukacita itu dan sesuatu yang terpancar dari dalam (buah Roh Kudus) kepada orang-orang di sekitar Anda.
Anda dapat berjalan-jalan dan mengatakan bahwa anda bersukacita tetapi jika tidak terlihat diwajah anda secara fisik, maka anda tidak bersukacita.
Ungkapan “Dalam Tuhan” telah digunakan Paulus dalam nasihatnya supaya “berdiri teguh” di dalam Tuhan, menjadi “satu pikiran” di dalam Tuhan; lalu untuk “bersukacita” di dalam Tuhan (Flp 3:1).
Bersukacita (Chairo) yang diulangi lagi, menunjukkan sukacita itu diaktifkan oleh Roh Kudus. Itu adalah faktor yang sangat penting dalam stabilitas rohani orang percaya.
Sekali lagi, bersukacita adalah perintah (present imperatif) yang menyerukan gaya hidup sukacita. Singkatnya, sukacita itu adalah budaya hidup orang percaya.
Penting untuk dipahami bahwa sukacita yang disebutkan disini berbeda dengan sukacita yang dunia definisikan.
Arti sukacita dunia adalah kegembiraan yang emosional karena kesejahteraan, kesuksesan, atau nasib baik atau oleh prospek memiliki apa yang diinginkan seseorang. Itu bersifat material.
Definisi duniawi ini tidak menggambarkan sukacita Kristen. Karena sukacita Kristen itu bukan perasaan.
Tetapi itu adalah keyakinan yang terdalam bahwa Tuhan mengendalikan segalanya untuk kebaikan orang percaya dan kemuliaan-Nya sendiri, dan dengan demikian semuanya baik-baik saja dalam keadaan apa pun.
Spurgeon berkata, Orang yang sangat bahagia, terutama mereka yang sangat bahagia di dalam Tuhan, tidak akan tersinggung, marah dan kesal.
Pikiran mereka begitu manis disibukkan dengan hal-hal yang lebih tinggi sehingga mereka tidak mudah terganggu oleh masalah-masalah kecil yang secara alami muncul di antara makhluk-makhluk yang tidak sempurna seperti kita.
Sukacita di dalam Tuhan adalah obat untuk semua perselisihan.
Bukankah seharusnya demikian? Apakah sukacita ini selain kerukunan jiwa, kerukunan hati, dengan sukacita surga? Sukacita di dalam Tuhan, kemudian, mengusir perselisihan di bumi.
Jika orang percaya harus mewakili surga ke bumi, maka sukacita harus menjadi salah satu ciri khas kita, karena di hadirat Kristus ada sukacita yang penuh.
Kita memperoleh (dan memelihara) kegembiraan ini dengan bersukacita dalam objek yang tepat.
Kita tidak bersukacita dalam situasi kita tetapi dalam Juruselamat kita, bukan dalam keadaan, tetapi dalam Kristus.
Oleh karena itu sukacita ini unik karena berbeda dari definisi dunia tentang “sukacita” karena itu ada di dalam Tuhan dan bukan di dalam dunia atau karena keadaan kita yang berubah di dunia!
Tuhan adalah sumber sukacita yang tidak berubah, tidak ada habisnya, dan hanya dengan memelihara persatuan yang erat dengan-Nya, seorang Kristen akan dapat mengalami sukacita supernatural ini.
Yesus berkata demikian, “Akulah pokok anggur, kamulah ranting-rantingnya; barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia menghasilkan banyak buah, karena di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Yoh 15:5.
Untuk tinggal di dalam Dia kita harus terus menerus dipenuhi (dikuasai oleh) Roh-Nya (Ef 5:18).
Jika kita ingin setiap hari (dimampukan oleh Roh) untuk memusatkan pikiran kita pada hal-hal di atas dan bukan pada pernak-pernik duniawi yang sementara ini (Kol 3:1), maka kita akan senantiasa bersukacita.
Jangan bersukacita dalam kemakmuran duniawi yang anda telah raih. Karena kekayaan terkadang punya sayapnya sendiri, dan bisa terbang menjauh.
Jangan bersukacita bahkan dalam keberhasilan besar yang anda raih sekalipun itu dalam pekerjaan Tuhan.
Jika Tuhan menjadi sukacita anda, sukacita anda tidak akan pernah kering. Semua hal lain hanyalah untuk satu musim; tapi Tuhan itu untuk selama-lamanya.
Misalnya, hari ini anda dapat rejeki, besok rugi. Saat ini anda dapat pangkat, besok anda turun pangkat. Semua ini cuma musiman. Jangan tautkan hati disana. Anda akan kecewa.
Karena itu, Jadikan Yesus sukacita anda, seluruh sukacita anda, dan biarkan sukacita ini menyerap setiap pikiran Anda.
Karena sekalipun anda kehilangan pangkat anda, harta anda, rejeki anda, tetap sukacita, karena Yesus adalah pusat sukacita kita.
Dibaptis ke dalam sukacita ini; terjun ke kedalaman kebahagiaan sukacita yang tak terkatakan di dalam Tuhan.
Ilustrasi:
Sukacita Tuhan adalah termostat, bukan termometer. Termometer mencatat kondisi; termostat mengontrol kondisi. Kebahagiaan terkait dengan termometer.
Disini ada perbedaan antara sukacita dan kebahagiaan.
Jika kebahagiaan anda baik, anda bahagia; jika kebahagiaan anda buruk, anda tidak bahagia. Dan, kondisi kebahagiaan anda naik turun dengan keadaan anda.
Tapi, sukacita tetap konstan, karena Yesus adalah konstan. Dia adalah “Termostat” kita yang tidak pernah berubah (Ibr 13:8).
Karena itu apakah yang perlu kita pelajari untuk dilakukan? Latihlah dan pahami bahwa Dia selalu ada (Ibr 13:5-6) dan, dalam keadaan apa pun kita berada, bukan untuk menjadi termometer, tetapi untuk mengatur termostat.
Sahabatku sekalian, jika kita tidak memiliki sukacita, itu karena Yesus tidak nyata bagi kita. Saya tidak peduli seberapa sakit yang anda alami; Saya tidak peduli penderitaan apa yang mungkin anda derita. Yang pasti ada Yesus, dan Dia selalu ada. Jadi anda dapat mengatur termostatnya.
Jika Anda ingin memiliki sikap mental yang baik, temukan sukacita dalam Yesus, bukan dalam keadaan.
Keadaan bisa berubah; tetapi Yesus tidak pernah berubah. kita tidak akan pernah bisa dijauhkan dari-Nya.
Bersukacitalah selalu dalam Tuhan, karena Dia selalu bersamamu. Dia tidak akan pernah meninggalkan mu.
Tempatkan Tuhan di depan wajahmu. Renungkan Dia; puji dia; cintai Dia; nikmati Dia. Jangan bersukacita dalam keadaan; bersukacitalah di dalam Tuhan. Apakah anda memilikinya?
Sukacita yang Tuhan berikan juga memberi kita kekuatan yang cukup untuk menghadapi cobaan dan penderitaan.
Pengetahuan tentang Tuhan adalah kunci untuk bersukacita. Mereka yang mengetahui kebenaran besar tentang Tuhan merasa mudah untuk bersukacita; mereka yang memiliki sedikit pengetahuan tentang Dia merasa sulit untuk bersukacita.
Tuhan memberikan Mazmur kepada Israel dalam bentuk puitis sehingga mereka dapat dengan mudah dihafal dan disetel sebagai music.
Sukacita di dalam Tuhan adalah obat untuk semua perselisihan.
Bukankah seharusnya begitu? Apakah sukacita ini selain kerukunan jiwa, kerukunan hati, dengan sukacita surga? Sukacita di dalam Tuhan, kemudian, mengusir perselisihan di bumi.
Sebuah cerita tentang seorang wanita Kristen berusia 92 tahun yang buta secara hukum. Terlepas dari keterbatasannya, dia selalu berpakaian rapi, dengan rambut yang disisir dengan baik dan riasan yang menarik. Setiap pagi dia akan menyambut hari baru dengan penuh semangat.
Setelah suaminya yang berusia 70 tahun meninggal, dia pergi ke panti jompo di mana dia bisa menerima perawatan yang layak.
Pada hari dia akan pindah, ada seorang tetangga yang membantu mengantarnya ke sana dan membimbingnya ke lobi.
Kamarnya belum siap, jadi dia menunggu dengan sabar di lobi selama beberapa jam.
Ketika seorang petugas akhirnya datang untuknya, dia tersenyum manis saat dia mengarahkan alat bantu jalan ke lift.
Anggota staf menjelaskan kamarnya kepadanya, termasuk tirai baru yang digantung di jendela. “Aku menyukainya,” dia menyatakan. “
Tapi Nyonya Jones, Anda belum melihat kamar Anda,” jawab petugas itu. “Itu tidak ada hubungannya dengan itu,” katanya.
“Kebahagiaan adalah sesuatu yang Anda pilih. Suka atau tidaknya kamar saya tidak tergantung pada bagaimana saya mengaturnya. Begitulah cara saya mengatur pikiran saya.”
Alkitab berkata, “Bersukacitalah dalam Tuhan” (Filipi 4:4). Sering-seringlah mengingatkan diri Anda tentang semua yang telah Yesus berikan kepada Anda dan bersyukurlah.
Begitulah cara mengatur pikiran Anda.
Kebahagiaan hidup anda tergantung pada kualitas pikiran Anda.
Sebagai kisah penutup, saya akan ceritakan kisah Fanny Crosby.
Fanny Crosby kehilangan penglihatannya ketika dia baru berusia 6 minggu. Dia hidup sampai usia sembilan puluhan, menggubah ribuan himne pujian.
Pada ulang tahunnya yang ke-92 dengan riang ia berkata, “Jika di seluruh dunia ini Anda dapat menemukan orang yang lebih bahagia daripada saya, bawalah dia kepada saya. Saya ingin menjabat tangannya.”
Apa yang membuat Fanny Crosby mengalami kegembiraan seperti itu dalam menghadapi apa yang oleh banyak orang disebut sebagai “tragedi”?
Pada usia dini dia memilih untuk “bersukacita selalu dalam Tuhan” (Filipi 4:4). Faktanya, Fanny melakukan resolusi yang dibuatnya ketika dia baru berusia 8 tahun:
“Betapa banyak berkat yang saya nikmati yang tidak dinikmati orang lain. Menangis dan mengeluh karena saya buta, saya tidak bisa dan tidak mau.”
Daripada mengeluh tentang duri pada mawar, bersyukurlah untuk mawar di antara semak duri.
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Filipi 4:4.
Live each day as it was your last