Bencana panggilan bertobat

Foto ilustrasi dampak gempa Palu

Hanya berselang 2 bulan setelah gempa Lombok, negeri kita kembali berduka menyusul peristiwa gempa dan Tsunami yang terjadi di Palu Sulawesi Tengah pada hari jumat dengan kekuatan 7,4 Skala Richter.

Dampak yang ditimbulkan gempa dan Tsunami ini adalah korban jiwa tewas, luka-luka dan kerusakan rumah-rumah, jalan, jembatan, tempat ibadah, jaringan listrik, jaringan telepon dan kerusakan fasilitas umum lainya. Menurut data BNPB sampai hari ini korban tewas mencapai 832 jiwa, luka-luka 540 jiwa dan jumlah pengungsi 16,732 jiwa.

Dimana saja bencana selalu mendatangkan dukacita dan kesedihan. Selain kehilangan tempat tinggal, mereka juga kehilangan sanak keluarga. Mereka harus tinggal ditempat pengungsian dan hidup dengan berharap pada bantuan dan belas kasihan orang lain.

Mereka berteriak dan menangis kepada Tuhan dan bertanya mengapa bencana ini terjadi? Kita hanya bisa berdoa dan berharap mereka kuat dan tabah menghadapi peristiwa ini.

Dimanakah Tuhan ketika terjadi bencana? Itu adalah pertanyaan yang ditanyakan setiap ada bencana. Sekalipun bukan Tuhan yang menyebabkan bencana, tetapi Tuhan selalu hadir ketika bencana terjadi.

Memang benar bencana menimbulkan penderitaan dan kerugian yang besar, tetapi bencana juga mendatangkan berkat besar kalau kita memandang dari sudut pandang Tuhan. Bencana dapat mendatangkan kesadaran bahwa manusia dan alam dimana kita tinggal sangat rapuh.

Tidak ada yang dapat bertahan ketika bencana terjadi, dan tidak ada seorang manusiapun yang dapat menghentikan goncangan gempa bumi dan menahan tsunami yang menghantam pesisir pantai.

Kita hanya bisa berlari ketakutan menyelamatkan diri dari goncangan gempa dan gelombang air laut. Kita tidak berdaya atas kekuatan alam dimana kita tinggal. Di dalam ketidak sanggupan inilah kita memandang kepada Tuhan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta dan pergi beribadah kepada-Nya.

Ada banyak cerita dalam buku Injil bagaimana Yesus sanggup menghentikan topan badai di danau Galilea, topan badai takluk kepada-Nya. Yesus berpesan dalam buku Injil Matius 24, bahwa bencana alam, gempa bumi akan menjadi pertanda kesudahan dunia.

Bencana seperti gempa, kelaparan, topan badai dll, intensitasnya akan semakin sering dan semakin banyak terjadi diberbagai penjuru dunia.

Gempa bumi dan tsunami bukan peristiwa alam biasa yang menurut para ahli sains terjadinya karena pergeseran lempeng bumi, lebih dari pada itu ini adalah peristiwa supra alami, yang menjadi penanda dunia akan segera kiamat.
Maka setiap bencana adalah teriakan keras untuk mengingatkan manusia bahwa Yesus akan segera datang. Itu sebabnya semua bencana yang kita lihat adalah panggilan pertobatan untuk hidup suci dan saleh, meninggalkan kehidupan yang lama kepada hidup baru.

Yesus mengatakan kepada orang-orang yang memberikan laporan tentang peristiwa tragedy kematian orang-orang di Galilea dan tragedy kematian orang-orang yang ditimpa menara siloam. Yesus mengatakan, “ Jika kamu tidak bertobat, maka kamu semua akan binasa atas cara demikian..” Lukas 13:1-5.

Kita semua memiliki janji atas kematian, apakah itu karena bencana alam, kecelakaan, penyakit, usia tua, kita semua pasti mati. Tetapi ada pengharapan bagi mereka yang percaya dan setia kepada Yesus. Bencana adalah panggilan untuk bertobat. Yesus Pasti datang!

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *