Benar, Namun Salah Menerapkan, Menjadi Salah (Ayub 5:8-27)
Setelah Elifas menerangkan hukum tabur tuai kepada Ayub, bahwa Ayub menderita karena telah menabur yang jahat..
Maka dia menasehati Ayub untuk bertobat dan datang kepada Tuhan, dengan menggunakan contoh dirinya.
Ia berkata, “Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku.” (8)
Menurut Elifas, satu-satunya harapan Ayub adalah mencari Allah, sehingga Allah akan mengaruniakan belas kasihan kepadanya atau memberitahukan kesalahan apa yang telah Ayub lakukan.
Dasar Elifas mengatakan demikian, ia terangkan diayat 9-15. Pertama Allah itu dapat melakukan perkara-perkara besar dan banyak keajaiban.
Kedua, karena Allah yang memberi hujan dan mengairi ladang agar bertumbuh. Ketiga, Allah meninggikan orang yang terhina dan menguatkan orang yang berduka.
Keempat, Tuhan menggagalkan rencana orang jahat. Lima, Tuhan menyelamatkan orang miskin dari tangan orang kuat.
Semua nasehat Elifas ini benar. Tidak ada yang salah. Yang salah adalah cara Elifas menilai Ayub sebagai orang berdosa yang perlu bertobat.
Nanti di pasal 27: 5-6; 31:6, Ayub akan meminta Tuhan membuktikan bahwa dia tidak bersalah.
Nah, setelah Elifas memberi pengajaran kepada Ayub, sekarang dia bertindak sebagai penasehat, ia menerangkan bahwa Allah sanggup menyelamatkan. Itu dia terangkan di ayat 18-27.
“Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.
Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula..” (17-18).
Dengan menggunakan kalimat berbahagia, ia mendorong Ayub untuk menerima teguran Allah.
Mengapa Elifas berkata demikian? Karena bagi dia, penderitaan Ayub adalah teguran langsung dari Tuhan. Disiplin dari Allah agar Ayub bertobat dari dosa-dosanya..
Secara teks, apa yang dikatakan Elifas bisa benar, namun secara tujuan, nasehat Elifas salah alamat. Sebab bukan karena dosanya Ayub menderita, namun karena setan.
Dalam ayat 19-22, Elifas memberikan contoh-contoh tentang bagaimana Allah melindungi umat-Nya. Dia menggunakan kalimat parallel. Bagian B mempertajam bagian A.
Ayat 19, ia menyatakan bahwa ada enam bahaya yang darinya Allah akan menyelamatkan seseorang..
Lalu bagian B, ia mengatakan bahwa ada tujuh bahaya yang bahkan tidak akan dibiarkan Allah menyentuhnya.
Allah akan menyelamatkan seseorang adalah satu hal, tetapi lebih baik lagi jika kita mengatakan bahwa Allah bahkan tidak akan membiarkan bahaya menghampirinya.
Allah juga menyelamatkan umat-Nya dari tragedy akibat perang yaitu kelaparan dan kematian, dari cemeti. Binatang buas.
Setelah Elifas menasehati dan mengatakan tentang jaminan perlindungan Tuhan, kemudian dia menjelaskan di ayat 23-27 bahwa Allah Ayub akan aman dari bahaya. Allah akan memelihara.
Jadi apa yang disampaikan Elifas di pasal 4-5, menunjukkan bahwa ia memahami beberapa aspek kebenaran Allah, tetapi ada beberapa yang tidak tepat.
Misalnya, ketika Elifas menyelesaikan perkataannya yang pertama dalam Ayub 5, disini ia mengetahui kebenaran tentang Allah, tetapi ia salah mengartikan Ayub sebagai orang yang bodoh dan berdosa.
Maka ketika kita membaca pasal 4-5 dan beberapa pasal lainnya, kita perlu membedakan dengan jelas di mana Elifas benar dalam teologinya dan di mana ia salah dalam penerapannya.
Tujuannya, agar kita jangan salah mengutip Ayat tanpa tahu konteks apa yang sedang dibicarakan.
Elifas langsung menyimpulkan bahwa Ayub pasti bodoh dan berdosa sehingga layak menerima hasil seperti itu dalam hidupnya.
Dia tidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa ada faktor-faktor lain yang relevan yang perlu dipahami untuk mengevaluasi situasi Ayub secara akurat.
Terlalu sering kita mengikuti Elifas, tergesa-gesa dalam menilai atau mengkritik orang lain daripada meluangkan waktu untuk memahami fakta-fakta secara menyeluruh.
Elifas salah ketika ia mendesak Ayub untuk mengakui dosa-dosanya, tetapi ia benar bahwa Allah mendisiplin umat-Nya agar dapat menghasilkan berkat.
Alkitab mengajarkan bahwa disiplin Allah adalah tanda kepedulian dan pemeliharaan-Nya sebagai Bapa terhadap anak-anak-Nya.
Kesulitan yang dialami Ayub tidak disebabkan oleh dosanya, seperti yang diasumsikan oleh Elifas, tetapi Allah menggunakan pengalaman yang sulit ini untuk meningkatkan iman Ayub…
Sekali pun Ayub tidak dapat memahami jalan-jalan Allah, namun Allah mengubah penderitaannya menjadi berkat.
Seperti Ayub, walau kita menderita, Tuhan punya rencana. Sabar dan teruslah bertahan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now



