Bagaimana Mengatasi Kepahitan, Kegeraman, Kemarahan dan Fitnah?
“Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” Efesus 4:31
Kolumnis surat kabar dan pendeta George Crane menceritakan tentang seorang istri yang datang ke kantornya dengan penuh kebencian terhadap suaminya.
“Saya tidak hanya ingin menyingkirkannya, saya ingin membalas dendam. Sebelum saya menceraikannya, saya ingin menyakitinya sama seperti dia ingin menyakiti saya.” katanya.
Dr Crane menyarankan rencana yang cerdik…
“Pulanglah dan bersikaplah seolah-olah kamu sangat mencintai suamimu. Katakan padanya betapa berartinya dia bagi mu.
Pujilah dia untuk setiap sifat baiknya. Berusahalah semaksimal mungkin untuk bersikap baik, penuh perhatian, dan murah hati.
Buat dia percaya bahwa engkau mencintainya. Setelah kamu meyakinkan dia akan cinta abadi mu dan bahwa engkau tidak bisa hidup tanpanya, lalu jatuhkan lah bomnya.
Katakan padanya bahwa kamu akan bercerai. Itu akan sangat menyakitinya.” Kata Dr. Crane.
Istri ini menyambut baik saran Dr Crane dengan senyuman..
Setelah tiba dirumah, Dia melakukannya dengan antusias. Bertindak “seolah-olah.” Selama dua bulan dia menunjukkan cinta, kebaikan, mendengarkan, memberi, menguatkan, berbagi.
Setelah 2 bulan berlalu, Crane meneleponnya. “Apakah kamu sekarang siap untuk menjalani perceraian?” kata Dr Crane
“Perceraian?” serunya. “Tidak pernah! Saya menyadari bahwa saya benar-benar mencintainya.” “Saya tidak akan pernah menceraikannya..” Sahutnya.
Tindakannya sendiri kepada suaminaya telah mengubah perasaannya. Kemampuan untuk mencintai tidak dibangun melalui janji yang sungguh-sungguh, melainkan melalui perbuatan yang baik yang sering diulang-ulang.
Seperti kisah diatas, dari pada menyimpan kebencian, kepahitan dan keingingan membalas dendam, lebih baik belajar mencintai dan berbuat baik berulang-ulang kepada seteru kita..
Maka kebaikan yang dilakukan berulang akan mengubah tabiat. Keinginan buruk akan berubah menjadi keinginan untuk berbuat baik dan mencintai.
Paulus mendorong kita untuk membuang kepahitan, kegeraman, kemaharan, pertikaian, fitnah. Karena semual hal diatas adalah energi negatif. Itu adalah kegelapan. Sifat jahat Iblis.
Semuanya itu membawa kepada pemisahan, perceraian, dan memutus hubungan persaudaran. Menghilangkan cinta dihati dan merusak pengalaman rohani.
Bila kebencian dan kepahitan masih tersimpan dalam hati kita hari ini kepada orang lain, jangan tunggu lama-lama untuk membuang sampah itu, sebab segera dia akan membusuk dan menimbulkan bau busuk yang menjijikkan.
Karena terbiasa membawa barang busuk dan mencium bau busuk, kita menjadi menikmati dan merasa tidak ada yang busuk.
Merasa Kita baik-baik saja, padahal sebenarnya kita sementara menderita sakit rohani yang parah.
Yesus tidak pernah menyimpan kepahitan kepada seterunya. Dia berdoa bagi mereka dan mengampuni mereka.
Renungan: Apa yang dikatakan ayat ini kepada saya? Mengapa kita saya harus membuang kepahitan, kebencian, kemarahan, pertikaian, dll?
Aplikasi: Apa kebenaran yang saya temukan dari ayat ini? Segera setelah ini pikikan untuk membuatng semua kepahitan, kebencian, amarah dan berdamai dengan seteru mu.