Bagaimana Cara Menjadi Orang Saleh

Mewarisi kesalehan para tokoh Alkitab

Teks : Efesus 1:4

Topik renungan hari ini adalah warisan kesalehan, bagaimana menjadi orang saleh. Dalam Bahasa inggris disebut virtuous legacy.

Virtuous ketika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia memiliki dua maksud, pertama berbudi tinggi/luhur. Kedua saleh.

Luhur sendiri memiliki makna mulia. Mulia sendiri memiliki beberapa makna salah satunya adalah berbicara mengenai kebaikan hati.

Kemudian kata saleh. Kata ini lebih menekankan kepada kehidupan beragama seseorang. 1) taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah; 2 suci dan beriman.

Dan ketaatan dan kesungguhan dalam beribadah/beriman itu tercemin dalam sikap hidup yang ditunjukkan dalam hidup sehari hari.

Apakah agama itu hanya sekedar KTP itu ditunjukkan dalam sikap.

Ibadah dan kesalehan

Itu sebabnya kerajinan seseorang ke gereja tidak serta merta menunjukkan dia orang saleh, kecuali dia menghidupkan ajaran agama itu dalam praktek hidup harian.

Nah berbicara tentang kesalehan. kita akan mencoba melihat lebih dalam di dalam alkitab tentang hidup saleh, seperti apa itu hidup saleh dll..

Di seluruh alkitab TB, ada 253 kali kata saleh disebutkan. 98 kali disebut di PL dan 155 kali disebut di PB.

Di dalam PL, ada tiga orang yang secara langsung disebut sebagai orang saleh. Pertama adalah Ayub, Yusuf, Nuh.

Ayub 1:1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

Dia disebut saleh karena sikapnya jujur, takut akan Tuhan dengan menjauhi kejahatan. Hal itu kita bisa lihat di seluruh kitab Ayub. Dia seorang yang rohani.

Dia tidak membuka sedikit pun celah terhadap masuknya dosa dalam hidup keluarganya.

Itu terbukti bagaimana dia setiap hari secara khusus ketika anak-anaknya berpesta/bersenang-senang, dia mempersembahkan korban bakaran..

Karena dalam hati Ayub, siapa tahu mereka telah berbuat dosa, bahkan sekalipun dalam hati mereka..itu sebabnya mengapa Ayub menguduskan mereka..

Mendoakan dan menasehati mereka..dia mengajak anak-anaknya untuk memohon ampun kepada Tuhan dan menjalani hidup yang suci.

Kesalehan Ayub bukan saja ketika semua dalam keadaan aman. Ketika hidup tidak aman, semua harta lenyap, anak lenyap, dia sendiri hampir lenyap, sakit yang parah.

Dia punya kesempatan dan alasan berpaling dari Tuhan atas apa yang telah terjadi.

Tetapi sebaliknya, gantinya dia tinggalkan Tuhan, dia memuji Tuhan atas penderitaan yang terjadi.

Maka dari semua kisah Ayub, kita dapat menyimpulkan dia orang saleh yang tulen. Karena telah diuji dalam dapur api penderitaan.

Imannya, penurutanya kepada Tuhan tidak berkurang sedikitpun, dia tetap setia hidup atau mati.

Makna kata saleh

Itu sebabnya penggunaan kata saleh yang ditujukan kepada Ayub dalam Bahasa Ibrani adalah tâm (baca: tawm).

Artinya sempurna, lengkap, kata tam ini biasanya digunakan untuk menunjukkan seseorang yang secara moral sempurna.

KJV menterjemahkan kata Tam ini dengan kata perfect, artinya sempunya.

Penulis kisah ini dalam hal ini Musa, melihat betapa sempurnanya kesalehan hidup yang dimiliki Ayub.

Itu sebabnya dia menggunakan kata Tam (tawm) untuk menggambarkan kehidupan Ayub dari awal sampai akhir.

Nah kita tau bahwa penulis lima buku Musa (Pentatuk) adalah Musa sendiri. Kata yang sama juga dia gunakan untuk menggambarkan kehidupan Nuh.

Kejadian 6:7

“Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”

Kata yang digunakan adalah tâmı̂ym (Baca: taw-meem’). Artinya sama dengan tam yaitu sempurna, lengkap, penuh

Kesalehan Nuh karena dia hidup bergaul, berjalan bersama Tuhan, karenanya hidupnya tidak bercacat cela dari segi moral.

Kita tau zaman Nuh, moral semua orang bejat, ditunjukan dengan pergaulan hidup bebas dan kegelojohan.

Tetapi Nuh dia memilih bersama dengan Tuhan, menjauhkan diri dari gaya hidup bebas jaman itu..

Baik Ayub maupun Nuh keduanya disebut sebagai orang yang sempurna dari segi moral, iman, dan penurutan kepada Tuhan.

Kesalehan mereka bukan hanya tampak dari segi luarnya, tetapi juga di dalam hati mereka..

Kesalehan mereka teruji baik waktu susah maupun waktu senang. Tidak sedikitpun mereka bergeser dari apa yang mereka yakini..

Apakah standar atau ukuran kesalehan Ayub dan Nuh?

Standar kesalehan mereka adalah Yesus. Hal itu kita bisa lihat dalam penggunaan kata yang diberikan untuk menggambarkan hidup mereka yang saleh yaitu tam atau tamiym.

Ketika Tuhan menyuruh musa untuk mempersembahkan domba paskah, syaratnya domba itu harus jantan, berumur 1 tahun dan tidak bercacat cela.

Kata yang digunakan disana adalah tamiym artiyan sempurna, tidak bercela, lengkap, penuh..

Kita tahu domba adalah lambang yang ditujukan kepada Yesus. Sebagaimana lambangnya harus sempurna, menunjukkan kesempurnaan Yesus sebagai juruslamat.

Fakta-fakta bahwa Yesus tidak berdosa dan tidak pernah berbuat salah kita bisa lihat dalam keseluruhan cerita dalam buku injil.

Orang-orang farisi dan ahli taurat, setiap hari mengamati dan mencari kesalahan Yesus, mereka tidak temukan.

Sehingga untuk membuat supaya Yesus seolah bersalah mereka mengarang dan menciptakan sendiri dosa Yesus. Tetapi itupun tidak bisa dibuktikan..

Terakhir ketika Yesus dihadapkan kepengadilan, Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus.

Bahkan Yudas yang menjual Yesus, dia menyesal dan mengakui bahwa Yesus tidak bersalah..

Kata yang digunakan untuk menunjukkan Yesus tidak bersalah adalah athoos (yunani).

Kata athoos ini sepadan dengan kata tamiym dalam Ibrani. Artinya sempurna, tidak berdosa, tidak bersalah..

Maka dengan demikian, standar kesalehan kita adalah Yesus. Bukan pendeta, bukan Ayub, bukan Nuh, bukan Abraham, bukan Paulus.

Sekalipun mereka tokoh iman yang luar biasa, tetapi mereka semua berupaya menyesuaikan hidup mereka dengan Yesus.

Kitapun demikian, harus menjadikan Yesus sebagai ukuran kesalehan hidup.

Yaitu kehidupan yang sempurna secara moral, penurutan yang sempurna kepada perintah Tuhan. Memelihara kehidupan rohani yang murni..

Mengapa Yesus ukuran kesalehan kita?

Karena Yesus tidak berdosa. Dan hanya orang-orang saleh yang hidupnya seperti Yesus yang akan tinggal bersama Yesus dalam kerajaan sorga.

Sebuah kutipan mengatakan, “

Kalau engkau mau menjadi seorang saleh di surga maka lebih dulu engkau harus menjadi seorang saleh di dunia ini.

Ciri-ciri tabiat yang engkau sukai dalam hidup tidak akan berubah oleh kematian ataupun kebangkitan.

Engkau akan bangkit dari kubur dengan watak yang sama seperti yang engkau tunjukkan di rumah dan di masyarakat.

Yesus tidak mengubah tabiat pada waktu kedatanganNya. Pekerjaan perubahan harus dilakukan sekarang. Kehidupan kita sehari-hari menentukan nasib kita.

Cacat-cacat tabiat harus disesali dan diatasi melalui rahmat Kristus, dan tabiat yang sepadan harus dibentuk selagi dalam masa percobaan ini agar kita dilayakkan untuk istana yang di atas.— 13MR 82 (1891)

Tapi mungkinkah kita menjadi orang saleh seperti Ayub, Nuh, Daniel? Bisa, dengan kita memandang kepada Yesus..

Dengan menjadikan Yesus sebagai ukuran kesalehan, kesempurnaan hidup, kita dapat hidup saleh.

Dorongan Paulus untuk kesalehan

Di PB, Paulus mendorong orang-orang Kristen untuk saleh seperti Yesus. Dalam Filipi 2:15,

“ supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,”

Kata yang dia gunakan adalah memptos artinnya tidak bercacat. Kata itu sama dengan tamim yang digunakan dalam PL yaitu sempurna seperti Yesus.

Kemudian Efesus 1:4

Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Kata yang digunakan adalah teleios artinya sempurna. Teleios sama dengan tamim di PL.

Jadi Paulus mendorong orang-orang Kristen untuk hidup saleh seperti Yesus.

Kata-kata yang selalu digunakan tak bercacat, tak bernoda, tak beraib, menunjukkan pertumbuhan tabiat yang semakin hari menyerupai tabiat kristus.

Jadi patokannya adalah Kesalehan Yesus.

Ibrani 6:1

“Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh…”

Dalam terjemahan TIB, makna kata ini kurang begitu tegas didalam menyatakan pertumbuhan atau perkembangan iman.

TL lebih baik: Sebab itu baiklah kita berhenti daripada menerangkan pengajaran Kristus yang mula-mula itu, langsungkanlah kepada kesempurnaan..

Teks aslinya menggunakan kata penuh = teleiotes artinnya sempurna, perfect..

Teleiotes sepadan dengan tamiym dalam Ibrani, yang mana kata tamiym itu merujuk kepada kesempurnaan Yesus.

Maka Paulus sekali lagi mendorong kita untuk mengalami pertumbuhan dalam kesalehan hidup seperti Yesus.

Itulah sebanya Yesus mengatakan “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (teleios).”

Kesimpulan

Kita harus menjadi orang saleh. Kita harus mewarisi kesalehan Ayub, Nuh, Yakob, Abraham, Daniel, Paulus dll..

Yaitu kesalehan yang Yesus miliki yaitu tabiat yang sempurna. Penurutan yang sempurna, moral yang sempurna, iman yang sempurna.

Mereka yang ingin ke sorga harus mempraktekan hidup saleh sejak hari ini..yang telah dipraktekkan para tokoh iman tempo dulu..

Sebab hanya dengan kesalehan yang sempurna seperti Yesus, kita dapat hidup bersama Yesus di sorga.

Amin.

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *