Pastordepan Media Ministry
Beranda Seri Kitab Ayub Bagaimana Ayub Menanggapi Isterinya Agar Mengutuki Tuhan?

Bagaimana Ayub Menanggapi Isterinya Agar Mengutuki Tuhan?

Bagaimana respon Ayub menanggapi anjuran istrinya? Apakah dia mengikuti saran tersebut? Ayub punya alasan yang kuat untuk mendengar saran istrinya.

Namun dia tidak melakukan saran tersebut. Sebab dia memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan, yang dalam keterbatasannya Tuhan pasti memiliki tujuan.

Itu sebabnya Ayub memberi jawaban kepada istrinya. Pertama, dia menegur istrinya seperti perempuan gila. Selanjutnya, dia melontarkan pertanyaan kepada istrinya..

“Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (10a)

Sebagaimana yang kita sudah pelajari kemarin, anjuran istrinya tersebut dibuat ditengah keputusasaanya, karena beratnya beban yang harus dia tanggung.

Selama ini Ayub mengenal istrinya sebagai perempuan yang saleh. Takut akan Allah seperti dirinya. Ketika semua dalam keadaan baik-baik saja, istri Ayub tekun dalam kesalehannya.

Maka Ayub melihat, istrinya berubah saat keadaan terbalik. Itu sebabnya, Ayub menegur istrinya, karena merasa nasehatnya tidak rohani..

Itu maka dia bilang, engkau berbicara seperti perempuan gila..!

Dalam bahasa ibrani, kata “gila’ adalah nabal, artinya bodoh. Kata ini merujuk pada seseorang yang sepenuhnya menolak cara-cara Allah.

Dalam Alkitab kata bodoh itu, seperti orang yang tidak takut kepada Allah (Amsal 1:7), orang yang bertindak seolah-olah Allah tidak ada (Mazmur 14:1; 53:1).

Bodoh disini bukan merujuk pada kecerdasan inteligensi. Tapi kecerdasan rohani.

Dalam Amsal 17:21, kata bodoh secara umum berarti ‘kasar’ dan bertentangan dengan ‘bijaksana’ dan ‘hati-hati..

Istilah ini merujuk pada seseorang yang perilakunya dipengaruhi oleh pertimbangan akal atau reputasi umum..

Jadi dia menegur istrinya karena memberikan nasehat seperti wanita bodoh, kasar, tidak bijak, tidak rohani dan tidak sejalan dengan kehendak TUHAN.

Sebab dia tahu, istrinya selama ini wanita yang cerdas, namun kenapa sekarang memberikan anjuran yang tidak berguna..! Bagi Ayub, itu anjuran yang tidak sejalan dengan Tuhan.

Itu sebabnya, dia memberikan pertanyaan kepada istrinya,

Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”

Istri Ayub terkejut dengan jawaban Ayub. Tapi mungkin setan yang paling terkejut. Dengan seksama dia menantikan respon Ayub…

Mungkin setan menggunakan istri Ayub, orang yang paling dekat dengan Ayub, seperti dia menggunakan Hawa, agar mengutuk Tuhan, menyangkal dan meninggalkan Tuhan..

Setan duduk disinggasananya, dengan mata yang tajam, tak berkedip, dia terus mengamati Ayub dan terus menantikan bagaimana Ayub merespon penderitaannya..

Tiba-tiba dia meloncat dari tempat duduknya, sambil membanting sesuatu, berteriak..kecewa mendengar jawaban Ayub..

Karena jawaban Ayub, menentukan kalah menang..sebab jawaban Ayub menunjukkan, Ayub berada dipihak TUHAN.

Bagaimana dengan Istri Ayub? Apakah dia kecewa dengan jawaban Ayub? Tidak. Dia merenungkan jawaban suaminya. Dia tidak menjawab balik. Sebaliknya dia disadarkan dan dicerahkan.

Ayub tahu bahwa orang yang setia harus menyatakan kepercayaan mereka kepada Allah terlepas dari keadaan yang menimpa mereka.

Kata kerja “menerima” (Ibr. qibbel) menggambarkan partisipasi aktif dan positif dalam apa yang Allah tetapkan, bukan sekadar penerimaan pasif.

Kesetiaan Ayub kepada Allah, baik dalam kebaikan maupun keburukan, jelas terlihat dalam jawabannya

Jawaban Ayub bahwa kita harus menerima dari Tuhan, bukan hanya yang baik, tapi juga yang buruk, menunjukkan Ayub tidak tahu scenario dibalik penderitaannya.

Itu sebabnya, dia merasa bahwa Tuhan yang memberinya penderitaan. Walau demikian dia tetap positif tentang Tuhan..

Dan teguran Ayub kepada istrinya, telah mencegah istrinya menjadi wanita bodoh.

Selanjutnya, secara singkat, narasi menerangkan tentang integritas Ayub, “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” (10b)

Menunjukkan tidak ada perkataan yang buruk keluar dari bibir Ayub dalam merespon semua penderitaannya. Baik kepada Tuhan dan sesama..

Apa yang orang katakan dengan bibirnya, itu berasal dari dalam hatinya.

Oleh karena itu, ketika seseorang berusaha mencapai kemurnian moral, mulut adalah bagian yang paling sulit untuk dikendalikan.

Mulut bagian tubuh yang sulit untuk didisiplinkan. Itulah mengapa tradisi Kebijaksanaan mengajarkan,

“ Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan. (Amsal 13:3)

Maka ketika dikatakan, bahwa Ayub tidak berdosa dengan bibirnya berarti secara tegas menyatakan bahwa Ayub tidak melakukan kesalahan sedikit pun.

Ayub lolos ujian tanpa melakukan dosa sediki pun. Itu sebabnya dia seorang yang sempurna dalam kesalehan..

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan