Arti Tidak Mengenakan Pakaian Pesta di Matius 22:11-14?
“Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.
Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.” Matius 22:11-12
Kemarin Sang Raja kecewa berat dengan penolakan para tamu khususnya. Sekarang Dia dapat tersenyum lebar karena aula perkawinan anaknya penuh dengan orang-orang.
Dengan sumringah Dia masuk keruang pesta untuk menyalami tamu-tamunya. Tetapi pandangannya terganggu dengan seorang tamu.
Dan ini merupakan adegan keempat dan terakhir. Sekarang fokus perumpamaan ini pada seorang yang tidak mengenakan pakaian pesta.
Ia bukan tamu gelap. Ia termasuk dalam undangan umum, karena raja tidak membatasi siapa pun yang diundang, termasuk orang-orang jahat.
Dia bukanlah seorang pengganggu pesta yang datang tanpa undangan, tapi dia datang dengan pakaian yang tidak pantas..
Dan dia jelas terlihat menonjol di aula pernikahan yang besar, sangat kontras dengan semua tamu lainnya.
Memang semua orang diundang tanpa pandang bulu, namun mengenakan pakaian yang pantas tetap diharapkan.
Tetapi kalau melihat para tamu undangan, banyak diantara mereka orang jalanan, miskin dan terbuang..
Maka sekalipun mereka punya waktu untuk berpakaian pantas, mereka tidak punya pakaian yang cocok untuk acara seperti pernikahan putra raja.
Berdasarkan beberapa bukti bahwa seorang raja di dunia kuno menyediakan pakaian pesta untuk para tamu (Kej. 45:22; Est. 6:8–9)
Nah, ada kemungkinan Raja membuat ketentuan pakaian untuk pesta tersebut. Terbukti, semua tamu yang menikmati makan malam, tidak ada masalah, kecuali orang satu itu..
Kemudian raja menghampiri orang tersebut dan menanyakan mengapa dia tidak mengenakan pakaian pesta?
Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
Pria itu sebenarnya punya hak jawab dan diberi kesempatan untuk membela diri atau menjelaskan alasan mengapa ia tidak megenakan pakaian pesta..
Raja yang ramah itu bahkan menyebut dia sebagai saudara, dengan harapan ia tidak canggung dan menjadi terbuka untuk berbicara kepada raja.
Tetapi apa yang terjadi adalah dia diam saja. Dia tidak menjawab pertanyaan raja. Kemungkinan dia tidak punya cukup alasan.
Seandainya pria itu mempunyai alasan yang kuat, dia pasti akan langsung menyebutkannya.
Namun dia tidak bisa berkata-kata, tidak mampu memberikan alasan yang paling lemah sekalipun kepada raja.
Jadi jelas, dia mungkin sudah tahu pakaian yang harus dikenakan. Bahkan jika sekalipun dia tidak punya pakaian pesta, raja menyediakan..
Maka kenapa ia diam waktu ditanya raja, karena dia tidak mau mengenakan pakaian pesta sekali pun dia punya atau disediakan raja.
Intinya, dia bukan tidak karena tidak ada pakaian pesta, tapi karena tidak mau mengenakan.
Pria itu sangat sombong. Dia berpikir dia bisa datang ke pesta raja dengan caranya sendiri, dengan pakaian apa pun yang dia inginkan.
Ia congkak dan mementingkan diri sendiri, tidak memikirkan orang lain, dan yang terburuk, dia tidak menghargai raja. Ini sama dengan menghina raja.
Dia sombong menentang protokoler atau aturan kerajaan. Dia menerima undangan pesta raja, tetapi tidak bersedia mengikuti tata cara kerajaan. Dia ingin semaunya sendiri.
Ketika pria itu ditanya raja, itu bentuk pertanggung jawaban setiap orang terhadap undangan Yesus ke kerajaan surga.
Ceritanya masih berlanjut, namu kita tutup dulu sampai disini..
Kita akan mempelajari, apakah arti dan makna pakaian pesta tersebut. Seberapa penting pakaian itu dalam pesta kerajaan. Dan apa arti sikap diam pria tersebut..
Poinnya, kita semua akan mempertanggung jawabkan hidup kita dihadapan Tuhan, dan jawaban kita akan menentukan karakter dan masa depan kita..
Pria itu tidak bisa menjawab pertanyaan raja karena dia menolak aturan kerajaan. Apakah aturan kerajaan sorga?
Baca Juga:
Makna Perumpamaan Perjamuan Kawin di Matius 22:1-8
Arti “Pergi Kepersimpangan Jalan di Matius 22:9-10
Hukuman Tidak Mengenakan Pakaian Pesta
Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Matius 22:13-14
Pertanyaan raja, bagaimana engkau masuk tanpa pakaian pesta? Apakah makna pakaian pesta dalam perumpamaan ini?
Pakaian persta adalah kiasan untuk kebenaran Yesus Kristus. Kebenaran sempurna itulah yang Allah berikan secara cuma-cuma kepada semua orang yang bertobat dari dosa dan yang percaya bahwa keselamatan mereka hanya pada Yesus.
Pria yang tidak mengenakan pakaian pesta terdiam Ketika ditanya, menunjukkan dia tidak mengenakan kebenaran Kristus.
Paulus menggambarkan orang yang tersumbat mulutnya, karena mereka tidak melakukan apa yang tertulis dalam taurat. Mereka berpikir dapat selamat dengan dengan perbuatan baik mereka. Roma 3:19,
Ketika raja memeriksa tamunya menggambaarkan pekerjaan penghakiman.
Tamu-tamu dalam pesta injil itu adalah menggambarkan orang yang mengaku menyembah Allah, orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan.
Tetapi tidak semua mereka memiliki kebenaran Kristus. Ada yang mau mencapai sorga dengan usaha sendiri. Dan itu diwakili oleh pria yang tidak mengenakan pakaian pesta.
Dengan demikian, pakaian pesta dalam perumpamaan ini menggambarkan tabiat yang suci tidak bercacat cela yang akan dimiliki pengikut Kristus yang sejati.
Dibeberapa bagian Alkitab mencatat tentang pakaian putih, yang sama dengan pakaian pesta, misalnya Wahyu 19:8..
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
Kebenaran Kristus, tabiat-Nya sendiri yang tidak bercacat cela, yang melalui iman diberikan kepada semua orang yang menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi-Nya..
Tamu yang diperiksa oleh raja itu, berarti, yang diterima hanyalah orang yang mentaati tuntutannya serta mengenakan pakaian pesta.
“Semua orang harus melewati pemeriksaan Raja yang mulia itu dan hanya orang yang mengenakan pakaian Kebenaran Kristus yang diterima. Kebenaran berarti berbuat benar, dan melalui perbuatan-perbuatan mereka itulah mereka dihakimkan. Tabiat kita dinyatakan melalui apa kita lakukan. Pekerjaan menunjukkan apakah iman itu asli.” PPTY, 223
Kita dapat mempercayai bahwa nama Yesus adalah satu-satunya nama di bawah sorga di dalam mana manusia dapat diselamatkan.. Tidak cukup hanya percaya kepada teori kebenaran. Tidak cukup hanya mengaku percaya kepada Kristus..PPTY, 223
“Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.” 1 Yohanes 3:24
Poinnya, Jika kita mengenakan kebenaran Kristus, kita akan mampu berdiri di hadapan Allah dan bersukacita dalam keselamatan kita..
Namun jika kita tidak berpakaian pesta yaitu tidak mengenakan kebenaran Kristus, kita tidak akan dapat berkata-kata di hadapan Allah dan akan diusir.
Banyak orang Yahudi yang mendengar perumpaan ini mengingat bagian indah dari Yesaya yang menyatakan..
“Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran..” Yesaya 61:10.
Orang-orang Yahudi yang tulus tahu bahwa, ayat ini bertentangan dengan tradisi-tradisi legalistik yang dibuat oleh para rabi mereka..
Allah tidak hanya menuntut kebenaran batin manusia tetapi Dia juga menawarkannya sebagai karunia.
Bagaimana akhirnya pria yang tidak mengenakan pakaian pesta tersebut?
Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
Pengikatan tangan dan kaki mungkin melambangkan pencegahan, supaya dia tidak bisa kembalinya.
Saat itu hari sudah malam, namun di aula pernikahan tetap terang dengan lampu, tetapi di luar sudah gelap.
Orang itu diusir secara permanen dari hadapan raja dan rakyat, ke dalam kegelapan yang paling gelap. Dia akan sangat menyesal. Dia akan terus-menerus menangis dan mengertakkan gigi.
Dia memiliki kesempatan yang besar, tetapi dia tidak gunakan dengan baik. Dia tidak berduka atas dosannya. Dia merasa sudah berhak masuk sorga dengan kebaikan sendiri..
Paulus menerangkan bagaimana sebenarnya kita melihat dosa kita..
Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. 2 Korintus 7:10.
Jadi, bila kita ingin ke Sorga, maka milikilah tabiat Yesus. Satu-satunya pakaian pernikahan yang dapat diterima adalah “kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.”
Pesta rohani telah ditetapkan di hadapan kita dengan penuh kelimpahan. Pakaian pesta, disediakan dengan harga yang baka, dipersembahkan dengan cuma-cuma kepada setiap jiwa. PPTY, 223
Dalam kehidupan inilah kita harus mengenakan pakaian kebenaran Kristus.
Hari-hari percobaan kita akan segera berakhir. Akhir zaman sudah dekat. Amaran diberikan kepada kita,
“Jagalah dirimu, supaya hatimu.’ jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu.” Lukas 21:24-26.
Berjagalah jangan sampai engkau didapati tidak bersedia! Berjagalah jangan engkau didapati tanpa pakaian pesta dalam pesta perjamuan Raja. MKA 247.1.