Arti “Seperti Kuburan yang Dilabur Putih, Dalamnya Tulang Belulang”
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” Matius 23:27-28
Dalam celaka-Nya yang ketujuh, Yesus membandingkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan kuburan-kuburan bercat putih yang tampak bersih dari luar namun penuh dengan mayat-mayat yang membusuk.
Kebiasaan orangg-orang pada masa itu menandai kuburan dengan kapur putih atau dicat warna putih supaya terlihat jelas.
Biasanya ini mereka lakukan setelah hujan musim semi berhenti, mereka akan mengapur rumah, tembok, dan khususnya makam.
Mereka mulai melakukan ini pada tanggal lima belas Adar, kira-kira bulan Maret, menjelang paskah. Tujuannya untuk membuat lebih menarik bagi para peziarah Paskah dan penanda pada makam.
Sehingga orang yang melewati area tersebut mengetahui bahwa disitu ada kuburan dan tidak menyentuhnya. Menyentuh kuburan membuatnya najis selama tujuh hari (Bil. 19:16).
Nah, agar mereka tidak berjalan melewati kuburan dan mengotori atau merusak makam tersebut, maka dikapuri warna putih, sehingga makam itu terlihat indah pada waktu paskah (lih. Yoh 11:55; 18:28)
Selain mengapuri kuburan, ada juga yang melukis dengan gambar tulang sebagai penanda kuburan.
Prakter mengapuri atau mencat makam biasanya terlihat di Yerusalem, karena kota ini merupakan tujuan untuk merayakan paskah.
Karena itu, Yerusalem dan sekitarnya berkilauan di bawah sinar matahari selama musim Paskah.
Nah, dari kebiasaan ini Yesus menggambarkan para pemimpin agama yang munafik seperti kuburan. Bagian luarnya bersih. Putih. Tetapi bagian dalamnya penuh bau busuk, tulang belulang orang mati dan segala kenajisan.
Mereka mati secara rohani dan tidak sungguh-sungguh menghormati hukum Allah, meskipun secara lahiriah mereka memuji hukum itu dan mengaku sebagai penafsir dan pengajar yang sejati.
Sebagaimana halnya kuburan bila disentuh akan menajiskan, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi secara rohani menajiskan orang-orang yang mereka sentuh.
Para pemimpin agama ini secara luar nampak saleh, rajin beribadah dan teliti memperhatikan banyak persyaratan hukum..
Namun hati mereka tidak tulus, sombong, serakah, dll. Karena mereka tidak memperhatikan perubahan hati. Mereka lebih tertarik penampilan luar daripada kehidupan batin.
Itu sebabnya Yesus katakan, “..di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”
Poin yang ingin disampaikan Yesus adalah seperti seorang Yahudi yang tanpa sadar melakukan kontak dengan mayat akan menjadi najis..
Demikian pula orang-orang yang melakukan kontak dengan orang-orang Farisi dan bertindak seperti mereka akan menjadi tidak benar..
Ketika mereka menjadi tidak benar, maka mereka tertular dan terinfeksi dengan cara mereka beragama, formalisme dan kemunafikan.
Mari kita fokus menata hati kita. Karena hati adalah inti dari semua kehidupan lahiriah kita. Kalau hati kita baik, maka perbuatan kita juga akan baik.
Petrus menyebut perhiasan kita adalah hati kita..
“Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” 1 Petrus 3:3-4.
Jadi semua yang kita tampilkan secara luar adalah menandakan kondisi hati kita..
“Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” Matius 15:19.
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Amsal 4:23