Arti ‘ Menyambut dan Menyesatkan Anak Kecil’ di Matius 18:4-7

Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
“Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” Matius 18:4-6
Banyak orang tidak memahami cara menjadi besar dari sudut pandang Tuhan. Kalau pun mereka tahu cara besar dari sudut pandang itu, cara itu sangat tidak gagah dan tidak hebat.
Karena menjadi besar harus seperti anak kecil yang polos dan tidak berdaya, itu tidak hebat.
sebab harus merendahkan diri seperti anak kecil. Sementara di dunia yang keras dan kompetitif ini cara itu tidak keren.
Jika ingin besar harus membesar-besarkan diri. Baik dari sisi pendidikan dan juga kemampuan. Kita harus menonjolkan diri kita untuk memberikan citra, kita hebat dan layak dapat kebesaran.
Bila itu tidak cukup, gunakan jalur politisasi, tipunisasi atau kelabuinisasi, dengan pamer-pamer kehebatan yang sebenarnya hanya kulit luarnya saja.
Yesus telah menyimpulkan rahasia kebesaran sejat dimata Tuhan adalah bertobat, rendah hati seperti anak kecil.
Anak kecil sering diabaikan. Suaranya tidak didengar. Jika ia memberi nasehat dianggap keminter atau berlagak sok pinter. Tidak sopan sama orang tua, dll.
Bahkan anak kecil sering menjadi sasaran kekerasan dan bullying. Karena dianggap tidak punya kapasitas oleh orang-orang dewasa.
Anak-anak kecil sangat disayang oleh Yesus. secara khusus Dia memberkati mereka. Yesus tidak tahan melihat anak kecil diperlakukan dengan tidak hormat.
Oleh karena itu, Dia menjanjikan berkat bagi mereka yang memperlakukan anak-anak-Nya dengan baik dan memberikan peringatan yang mengerikan bagi mereka yang menyakiti mereka.
Itu sebabnya secara khusus Dia katakan, “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
Jadi apa pun yang kita lakukan terhadap anak kecil, itu sama seperti berbuat kepada Yesus.
Kebenaran mendasar dari ayat ini adalah tidak mungkin memisahkan Kristus dari umat-Nya. Siapa pun yang menerima anak Tuhan sama dengan menerima Kristus.
Nah, Ketika Yesus menggunakan anak kecil sebagai ilustrasi mengajarkan kebesaran sejati, konteksnya adalah menjadi anak kecil dari segi rohani, bukan anak kecil secara fisik, seperti dijelaskan di ayat 3-4.
Yesus tidak sedang membahas tentang balita itu sendiri tetapi menggunakan dia untuk mewakili anak-anak Allah.
Anak kecil secara fisik melambangkan anak rohani Tuhan, yang menjadi seperti anak kecil dalam iman, yang dengan rendah hati menerima injil dan bertobat.
Orang-orang yang bertobat seperti itu adalah “anak-anak kecil yang percaya kepada-Ku,” jelas Yesus (ayat 6).
Jadi betapa pun rendahnya, tidak hebat, tidak dewasa atau lemahnya seorang percaya, dia harus diperlakukan sebagai anak Tuhan yang berharga.
Karena kecenderungan kita sering memandang seseorang dari tampilan fisiknya. Dari apakah dia orang kaya atau tidak. Punya pendidikan formal atau tidak.
Apakah dia pejabat atau rakyat jelata. Jika mereka cuma orang biasa, bukan orang kaya atau pejabat cara kita menerima dan memperlakukan mereka sangat sepele dan kurang terhomat.
Kita memang sudah terlanjur punya pola pikir seperti itu yang meresap jauh didalam alam bawah sadar kita. Itu sebabnya kalau ada orang datang kepada kita, kita menilai dari penampilannya.
Kalau kita mau memilih seseorang, bahkan dalam urusan gerejani, kita lihat dari status ekonominya, bukan dari status imannya. Memang tidak cukup dari segi rohani tapi juga dari segi intelektualnya..
Tapi pandangan pertama biasanya siapa orang itu dari segi penampakan luarnya.
Karena itu maksud Yesus adalah kita harus melihat kebesaran seseorang dari segi karakternya. Kerohaniannya dan hubungannya dengan Yesus.
Maka sambutlah mereka dan hormatilah mereka dengan kriteria seperti itu dan beri mereka posisi dalam jabatan gerejani ditingkat apapun.
Yesus katakan, menyambut anak kecil dalam nama-Nya, sama dengan menyambut Dia.
Kata menyambut atau menerima dari kata dechomai artinya dengan sengaja dan sigap mengambil sesuatu atau seseorang untuk diri sendiri.
Istilah ini sering digunakan untuk menyambut tamu terhormat dan memenuhi kebutuhan mereka dengan perhatian dan kebaikan khusus.
Poin utama Yesus di sini adalah bahwa cara seseorang, memperlakukan orang percaya adalah cara dia memperlakukan Yesus Kristus.
Ketika seseorang menyambut dengan hati terbuka seorang Kristen sebagai tamu terhormat dan sahabat, dia menyambut Kristus sebagai tamunya dan teman.
Ketika dia memperlakukan orang Kristen mana pun dengan kelembutan dan kebaikan, dia memperlakukan Kristus dengan cara yang sama.
Sebaliknya Ketika kita memperlakukan seseorang dengan kasar dan sepele, kita juga telah memperlakukan Yesus seperti itu.
Kita harus menerima satu sama lain dengan kelembutan, perhatian, kebaikan, dan cinta, membuka hati kita untuk menyambut sesama tidak peduli siapa mereka.
Dengan melakukan itu, kita telah melakukannya untuk Yesus. Kita harus merawat satu sama lain seperti anak-anak yang berharga. Pesan yang sangat penting bagi gereja saat ini!
Poinnya, lihat, terima atau sambutlah semua orang percaya (anak kecil) dari sudut pandang rohani, bukan dari segi duniawi: Jabatan, kekayaan, gelar, dll..
Apakah kita orang besar dimata Tuhan tergantung cara kita memperlakukan setiap orang dengan cara rohani atau tidak…
Jangan bangga kalau Anda dipandang sebagai orang besar, penting oleh banyak orang, hanya karena Anda punya jabatan, kekayaan dan gelar..
Dan jangan kecil hati ketika Anda dianggap remeh, kurang dihormati, hanya karena Anda tidak punya jabatan, kekayaan dan gelar, dll..
Ingat, kebesaran sejati adalah menjadi seperti anak kecil.
Kata Menyesatkan
Kata menyesatkan yang digunakan adalah skandaliz (Kata kerja). Secara harfiah berarti “menyebabkan jatuh..”
Maka Yesus sedang berbicara tentang membujuk, menjebak, atau mempengaruhi orang percaya dengan cara apa pun yang membuat mereka jatuh ke dalam dosa…
Jadi artinya, siapa pun yang menaruh batu sandungan, melakukan jebakan dan mempengaruhi orang percaya supaya jatuh ke dalam dosa…
Akibat perbuatan seperti itu sangat serius yaitu mati dengan kematian mengerikan. Batu diikat dilehernya sebagai pemberat dan ditenggelamkan ke dalam laut.
Batu kilangan dari kata mulos onikos yang mengacu pada batu kilangan atas besar yang diputar dalam proses penggilingan oleh seekor keledai dan sering kali beratnya bisa puluhan kilogram.
Orang Romawi kadang-kadang mempraktikkan bentuk eksekusi ini dengan mengikatkan batu yang berat di leher penjahat dan menjatuhkannya ke air yang dalam.
Bentuk hukuman kafir ini sangat mengerikan bagi orang Yahudi, bahkan lebih menakutkan daripada hukuman penyaliban.
Dan Yesus mengutip hukuman kafir ini kepada siapa pun yang dengan sengaja membujuk, menjebak atau mempengaruhi orang percaya jatuh dalam dosa.
Perkataan Yesus ini mengganggu pikiran para murid. Sebab mereka baru saja terlibat dalam perdebatan panas tentang siapa yang terbesar di kerajaan surga.
Perselisihan tentang siapa yang terbesar, menyebabkan kemarahan dan kebencian meningkat, karena masing-masing mereka berasa berhak atas kehormatan itu.
Ke dua Belas murid tidak hanya berdosa karena kesombongan dan kebanggaan pada diri mereka sendiri tetapi juga karena mereka saling menghasut untuk iri hati, cemburu, dan marah.
Setiap orang percaya adalah anak Tuhan dan, seperti semua anak, membutuhkan perlindungan, perhatian, dan pengertian.
Merupakan kejahatan yang sangat besar untuk menyakiti bahkan salah satu dari mereka dengan menuntunnya atau menghasut ke dalam dosa.
Merusak karakter orang percaya atau menghambat pertumbuhan rohaninya adalah keji di hadapan Allah, karena itu sama saja dengan menyerang Anak-Nya yang terkasih, Yesus Kristus.
Orang-orang yang hidupnya tidak saleh lalu memikat orang lain ke jalan hidup mereka yang tidak saleh, itu sama saja telah mengarahkan jari kepada Tuhan. Orang seperti itu Yesus katakan labih baik mati.
Jadi, bagaimana kita memperlakukan sesama orang percaya di gereja adalah masalah yang sangat penting. Apakah kita membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan atau justru sebaliknya..
Ada banyak cara orang untuk membuat orang lain tersandung ke dalam dosa. Cara yang paling jelas adalah dengan secara langsung menggoda mereka untuk berbuat dosa..
Berapa banyak suami atau istri yang menggoda, mempengaruhi pasangannya supaya berbuat sesuatu yang salah.
Seorang suami mungkin menyarankan kepada istrinya, “Mari tambahkan pengurangan ini ke laporan pajak penghasilan kita…”
Dengan melakukan itu dia melakukan dosa ganda dengan membujuk istrinya untuk bergabung dengannya membuat kecurangan.
Seseorang mungkin berbicara dengan rekan kerja untuk bergabung dengannya dalam menggelembungkan laporan pengeluaran perusahaan dan mengantongi selisihnya.
Orang itu juga melakukan dosa ganda yang Yesus peringatkan di sini. Seorang pria mungkin merayu seorang wanita Kristen atau mengajaknya menonton hiburan amoral saat berkencan.
Bahkan membujuknya untuk melakukan hubungan seks diluar nikah..Anda bisa tambahkan contoh lainnya..
Contoh-contoh itu dan banyak lagi telah memenuhi syarat sebagai cara menuntun atau mempengaruhi seorang anak Allah untuk berbuat dosa.
Ada juga cara lain dimana kita dapat membuat orang lain jatuh dalam dosa, sekali pun kita tidak melakukan dosa. Tetapi kita dapat membawa orang lain ke dalam dosa.
Paulus katakan, “Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” 1 Kor 8:9
Maksudnya di dalam gereja, ada banyak anggota yang imannya masih belum bertumbuh atau mungkin lemah iman.
Baca Juga:
Arti Ayat Siapa yang Terbesar dalam Kerjaan Sorga?
Pemahaman mereka terhadap kebenaran belum dalam. Maka kita harus membatasi diri atau kebebasan kita demi mereka..
“Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai “pengetahuan”…orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena “pengetahuan”mu.” ( 1 Kor 8:11)
“Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus.” (12)
Jadi pemahaman kita jangan sampai melukai mereka yang lemah iman, sehingga mereka menjadi berdosa bahkan murtad tinggalkan kebenaran.
Kita harus bersabar kepada mereka yang sedang berjuang dalam pertumbuhan rohani mereka.
Yesus katakan, “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.”
Celakalah orang yang menjadi bantu sandungan bagi orang lain. Orang-orang seperti akan terus ada sampai Tuhan datang..
Yesus telah menetapkan keseriusan pelanggaran itu dengan menyatakan bahwa lebih baik orang itu ditenggelamkan ke laut.
Lebih baik dia mati daripada menyesatkan salah satu anak kecil Tuhan. Disini Yesus menambahkan pelanggaran itu membawa penghakiman Allah.
Poinnya, Yesus mengajarkan untuk tidak menjadi batu sandungan, membujuk atau menghasut, mempengaruhi siapa pun untuk berbuat dosa atau pelanggaran hukum..
Tindakan seperti itu dimata Tuhan akibatnya sangat serius. Karena itu marilah kita membawa setiap orang dekat kepada Tuhan, melalui semua tindakan, kata-kata dan pengaruh kita..
Mari kita menjaga dan merawat setiap orang percaya supaya bertumbuh dalam iman dan tetap di dalam Kristus hingga kedatangan Yesus kedua kali.