Arti Meninggalkan 99 Ekor Domba, Mencari 1 Domba Sesat

“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?

Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.

Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.” Matius 18:12-14

Tidak ada seorang pun yang boleh hilang. Namun kalau ada yang hilang, bahkan hanya satu, itu akan dicari sampai dapat..

Sebelumnya kita sudah pelajari bahwa kita dilarang mempengaruhi atau menyebabkan seorang percaya jauh kedalam dosa..

Dimana karena mereka jatuh kedalam dosa, menyebabkan mereka menjadi hilang..

Kita juga dilarang untuk merendahkan seorang percaya, karena hubungan mereka dengan malaikat. Dimana malaikat selalu siap sedia melayani orang percaya.

Di dalam perikop ini, alasan kedua orang percaya tidak boleh saling meremehkan atau merendahkan adalah karena hubungan mereka dengan Yesus Kristus.

Karena di ayat 5 Yesus berkata, “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Setiap orang percaya yang sejati, tidak peduli apakah masih muda, belum dewasa, tidak setia, tidak menarik adalah satu dengan Yesus Kristus, telah dibeli dengan darah-Nya sendiri yang berharga.

Oleh karena itu, memandang rendah atau meremehkan orang Kristen mana pun dan menganggapnya tidak berharga dan tidak berguna berarti menghina Kristus sendiri.

Maka dalam ayat 12-14 perumpamaan tentang domba yang hilang, poinnya adalah menyatakan tentang kepedulian Allah kepada orang percaya..

Karena itu Yesus menceritakan kisah seorang gembala, yang memiliki seratus ekor domba, salah satunya tersesat..

Di Palestina medan alamnya terjal, ada banyak jurang, selokan, gua, dan celah di mana seekor domba yang berkeliaran bisa jatuh..

“Ketika gembala menemukan seekor domba yang hilang,” tanya Yesus, “tidakkah dia meninggalkan yang sembilan puluh sembilan di gunung dan pergi mencari yang tersesat?”

Gembala mengenal dombanya secara dekat. Karena itu, dia secara naluriah tahu ketika ada sesuatu yang salah atau ketika salah satu dari mereka hilang.

Dia juga ahli dalam melacak domba yang hilang, dan karena kasihnya untuk domba yang tak berdaya itu, dia akan usahakan mencari sampai domba itu ditemukan dan diselamatkan.

Gembala yang setia akan melawan serigala, beruang, singa, pencuri, atau ancaman lainnya terhadap domba.

Ketika seekor hewan yang tersesat ditemukan, penggembala akan menuangkan minyak zaitun ke luka atau goresan apa pun dan dia akan membalut kaki yang patah.

Dia kemudian akan dengan lembut meletakkan domba di pundaknya dan membawanya kembali ke kendang..

Dari perumpamaan ini, kita melihat bahwa kasih Kristus, yang diilustrasikan oleh kasih gembala, bersifat pribadi atau individual.

Tidak masalah yang mana dari mereka menjadi domba tersesat. Tuhan sama-sama memperhatikan salah satu dari mereka.

Perumpamaan itu juga mengilustrasikan kebenaran bahwa Tuhan peduli kepada umat-Nya, Dia sabar menanti kita..

Dia sangat bersabar terhadap kemauan dan pilihan mereka sendiri, kebodohan mereka dan Dia tidak akan menyerah untuk semua keadaan itu..

Meskipun orang itu mungkin yang paling tidak menjanjikan dan paling tidak setia dari semua anak-Nya.

Jika seorang gembala manusia dapat menunjukkan begitu banyak kepedulian terhadap setiap domba yang berada di bawah asuhannya, terlebih lagi Tuhan Yesus Kristus..

Dia gembala yang baik. kalau kita hilang atau jatuh kedalam dosa, Yesus akan mencari kita dengan sabar dan mengangkat kita dipundaknya..

Karena Yesus tidak ingin seorang pun dari orang percaya hilang dan tidak masuk Sorga..

Mari tetap dikandang. Jangan tinggalkan kawanan. Jangan menggoda atau pengaruhi orang percaya lainnya untuk jatuh kedalam dosa..

Kalau pun kita jatuh kedalam dosa, ingat kita punya Tuhan yang pengasih. Jika kita dicari dan ditemukan, biarkan diri kita dibalut oleh Yesus dan dibawa pulang ke kandang..

Beberapa orang percaya Ketika mereka ditemukan jatuh kedalam dosa, dan mereka diingatkan akan dosanya seperti raja Daud, gantinya berterimakasih sebaliknya balik menyerang…

Mereka tidak mau dibalut luka dosanya, tidak mau dibawa pulang ke kandang..mereka tetap menikmati kejatuhan itu..mereka dicari dan ditemukan, tetapi tidak bersedia diselamatkan..

Itu sebabnya Yesus mengatakan, “Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang..”

Kata hilang dibagian akhir ayat ini adalah orang-orang yang tidak mau kembali dan bertobat dari kejatuhan mereka..atas pilihan mereka, mereka akan hilang seterusnya atau tidak selamat..

Dan itulah yang tidak dikehendaki Tuhan..

Tuhan mau, bila kita telah jatuh kedalam dosa, kita kembali dan bertobat..

Sukacita Pertobatan

“Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.” Matius 18:14

Tengah malam ayah saya terbangun. Memeriksa kamar dimana kami tidur. Dia tidak melihat abang saya berada disana..

Dia segera pakai jaketnya. Bawa senternya dan pergi mencari anak sulungnya yang hilang ditengah gerimis malam.

Dua jam kemudian, dia kembali. Nihil. Paginya dia pergi lagi mencari. Tiga jam kemudian kembali dengan membawa anak sulungnya. Kasih seorang Bapa tidak ingin anaknya hilang..

Sejauh ini kita sudah melihat dua alasan mengapa kita tidak boleh merendahkan, meremehkan menghina orang percaya..

Pertama, karena mereka memiliki hubungan dengan malaikat. Kedua, karena mereka memiliki hubungan dengan Yesus.

Alasan ketiga orang percaya tidak boleh saling merendahkan adalah karena hubungan mereka dengan Bapa mereka yang di Surga..

Dimana Bapa dengan Anak (Yesus) dan para malaikat, bersukacita atas orang percaya yang telah kembali atau dipulihkan.

Allah tidak menghendaki seorang pun hilang. Dalam terjemahan bahasa inggris, kata itu adalah binasa..

Kata Yunani untuk hilang dalam teks itu adalah apollumi artinya binasa. Ide dari kata itu adalah kehancuran total atau kematian.

Tetapi kadang-kadang kata itu mengandung arti kehancuran yang tidak permanen. Disini kata itu merujuk pada kehancuran atau kehilangan yang tidak permanen.

Dalam Roma 14:15 kata itu sejajar dengan lupe, yang artinya menimbulkan rasa sakit atau kesedihan:

“Sebab jika engkau menyakiti (_lupe) hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan (apollumi) saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia.”_

Nah, kebinasaan atau hilang yang Yesus bicarakan di sini berkaitan dengan kemajuan rohani dalam kehidupan Kristen.

Allah Bapa tidak ingin satu pun dari anak-anak-Nya terluka atau cacat secara rohani, walau hanya untuk semenara.

Ketika anak-anak-Nya jatuh ke dalam dosa, hal ini merusak fungsi mereka bagi Allah dan gereja serta melemahkan kebahagiaan mereka dan hubungan baik mereka dengan Allah dan orang lain.

Bila kita tidak kembali kepada Tuhan, kesenangan kita akan kecil. Semu.

Ketika kita bertobat dan kembali, para malaikat, Yesus Kristus, dan Bapa kita yang di surga, semuanya mereka akan bersukacita.

Ini adalah penghiburan yang luar biasa bagi kita yang hilang. Sorga bersukacita bila kita kembali.

Maka kalau kita melukai orang lain berarti kita menyerang kehendak Tuhan dan menempatkan diri sebagai musuh Tuhan.

Tuhan mengupayakan kesejahteraan rohani bagi semua anak-Nya, dan sebaiknya kita juga melakukan hal yang sama. Tidak boleh kurang dari itu.

Karena itu, jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain, yang membuat mereka jatuh kedalam dosa..

Kalau kita jatuh dalam dosa, baik oleh pengaruh atau karena batu sandungan yang dipasang orang lain, atau karena keinginan sendiri, bertobat dan kembali.

Karena kembalinya orang berdosa, membuat sorga bersukacita: para malaikat, Yesus dan Bapa Sorgawi kita..

“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” Lukas 15:7.

Kegembiraan Sorga tergantung pertobatan kita..

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *