Arti Kasih Tidak Bersukacita Karena Ketidakadilan ( 1 Korintus 13:6)
“..Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.. “ 1 Korintus 13:6
Tidak bersukacita karena ketidakadilan atau ketidakbenaran adalah sedih melihat bila kebenaran diinjak. Bila hidup dalam dosa terus dipertahankan.
Bila gossip, pertengkaran, dendam, iri hati, terus menguasai hidup orang-orang pecaya.
Bila pelanggaran terhadap hukum Allah terus menerus dilakukan. Ketidaksopanan terus dilakukan, mementingkan diri dan masih banyak dosa lainnya.
Kasih yang tidak senang dengan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan.
Kasih tidak bersukacita ketika kesulitan atau masalah menimpa orang lain, meskipun itu adalah akibat dari kebodohan atau kesalahan dan dosa orang itu sendiri.
Ketidakbenaran dari kata ADIKIA, secara harfiah kata itu adalah kondisi tidak benar, tidak baik dengan Tuhan, menurut standar kekudusan dan kebenaran Tuhan.
Atau dengan manusia, menurut standar apa yang manusia ketahui sebagai benar oleh hati nuraninya.
Secara umum ketidakbenaran berbicara tentang pengabaian terhadap apa yang benar dan itu merupakan pengabaian terhadap hukum-hukum Tuhan dan ketaatan yang seharusnya kepada-Nya.
Ketidakbenaran atau Adikia adalah tindakan yang melanggar standar perilaku yang benar dan dengan demikian tercermin dalam perbuatan salah.
Bersukacita dalam ketidakbenaran berarti membenarkan kesalahan dan membuat kesalahan tampak benar, sebagaimana Israel menjungkirbalikkan kebenaran Allah pada zaman Yesaya…
“Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit.” Yesaya 5:20
Segala sesuatu yang salah di mata Tuhan akan mendukakan hatinya, bukan hanya karena kesalahan itu menyakiti orang yang disakiti, tetapi karena Tuhan tidak senang dengan kesalahan itu.
“cinta tidak senang dengan kejahatan. Cinta tidak senang dengan perbuatan salah, tidak senang dengan ketidakadilan, dan tidak senang ketika kejahatan menang.
Dan cinta tidak senang mendengar kejahatan dibicarakan secara terbuka. Cinta tidak pernah senang mendengar kabar buruk tentang orang lain.
Cinta tidak pernah berkata, “Yah, mereka akhirnya mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan.”
Cinta tidak pernah senang mendengar saudara atau saudarinya jatuh ke dalam dosa. Cinta tidak senang menyampaikan kabar buruk.
Cinta menjauhi gosip murahan dan rumor yang tidak berdasar. Dan bahkan ketika rumor itu ternyata benar, cinta tidak senang dengan kemalangan orang lain.
Tidak bersukacita atas kejahatan orang lain; tidak senang ketika mereka bersalah atas kejahatan, atau ketika mereka jatuh ke dalam dosa.
Kasih tidak senang mendengar orang lain dituduh berdosa, dan ketika dibuktikan bahwa mereka telah melakukannya.
Kasih tidak senang dengan laporan bahwa mereka telah melakukan kesalahan; atau dalam menindaklanjuti laporan itu, dan mendapati bahwa laporan itu terbukti.
Orang jahat sering kali senang dengan hal ini, mereka bersukacita ketika orang lain jatuh ke dalam dosa, dan turut mempermalukan orang tersebut.
Kasih tidak bersukacita karena ketidakbenaran. Kasih berduka atas dosa-dosa yang dilakukan manusia terhadap satu sama lain.
Semua dosa, kesalahan, dan kejahatan, pada akhirnya akan merusak kebahagiaan siapa pun; dan sebagaimana kasih menginginkan kebahagiaan mereka, ia menginginkan mereka untuk berjalan di jalan kebajikan, dan berduka ketika mereka tidak melakukannya.
Mereka yang berada di bawah pengaruh kasih itu bersukacita bahwa kebaikan dilakukan, dan kebenaran dipertahankan dan dimajukan..
Kasih akan dengan peka menghadapi dan mengoreksi justru karena kasih sangat peduli dan tahu bahwa dosa itu menghancurkan.
Kasih bersukacita dengan kebenaran. Kasih menjadi gembira ketika mendengar kemenangan rohani.
Kasih memberi semangat dengan mengungkapkan sukacita atas bukti-bukti kecil tentangmpertumbuhan.
Yohanes, rasul kasih, menulis, “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.” 3 Yohanes 4
Renungan: Apa yang dikatakan ayat ini kepada saya tentang kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan? Mengapa kasih senang dengan kebenaran?