Arti dan Makna Pekabaran Malaikat Ketiga di Wahyu 14:9-11
Daftar isi:
Baca Wahyu 14:9-11
Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: “Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya,
maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.
Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.”
Malaikat ketiga mengikuti; pekabaran yang dibangun di atas dua pekabaran sebelumnya. Sementara pekabaran dua malaikat sebelumnya memanggil orang-orang untuk takut dan menyembah Tuhan yang benar dan mengumumkan kehancuran Babel sebagai sistem agama palsu..
Pekabaran malaikat ketiga adalah amaran serius kepada mereka yang memilih untuk menyembah binatang itu dan patungnya dan menerima tanda pada dahi mereka atau di tangan kanan mereka.
Malaikat ini menggunakan bahasa yang tegas. Semua orang yang memilih untuk minum anggur Babel harus “minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya” (Wahyu 14:10).
Meminum anggur dari cawan Tuhan dalam Perjanjian Lama sering menjadi simbol murka Allah (Ayub 21:20; Maz. 75:8; Yes. 51:17–23).
Pada zaman dahulu, anggur sering dicampur dengan air untuk mengurangi kekuatannya. Anggur murni dicampur dengan berbagai bumbu dan rempah-rempah untuk meningkatkan kekuatannya sehingga memabukkan.
Anggur yang dicampur dan tidak diencerkan melambangkan murka Allah yang dilaksanakan sepenuhnya, tanpa belas kasihan-Nya.
Pemazmur menerapkan metafora ini pada penghakiman ilahi: “Sebab sebuah piala ada di tangan TUHAN, berisi anggur berbuih, penuh campuran bumbu; Ia menuang dari situ; sungguh, ampasnya akan dihirup dan diminum oleh semua orang fasik di bumi.” (Mzm. 75:8).
Meminum cawan anggur murka Tuhan yang tidak diencerkan ini digambarkan dalam kitab Wahyu 15–16 dalam tujuh tulah terakhir.
Ketujuh tulah terakhir itu dikatakan sebagai cawan anggur murka Allah yang dahsyat, yang dicurahkan kepada mereka yang menyembah dan menerima tanda binatang itu (Wahyu 16:1, 19).
Dengan mencurahkan tujuh tulah terakhir, “berakhirlah murka Allah” (15:1).
Semua yang menyembah patung binatang itu dan menerima tanda binatang itu akan disiksa dengan api kekal di hadapan para malaikat dan Anak Domba.
Asap api akan naik sampai selama-lamanya. Dan orang-orang ini akan disiksa siang dan malam.
Ini adalah gambaran yang terkenal di dalam Alkitab. Api dan belerang dalam Perjanjian Lama adalah lambang penghakiman (Kej. 19:24; Yes. 34:8–10).
Konsep api kekal dan asap naik selamanya juga berasal dari Perjanjian Lama. Yesaya menubuatkan bahwa Edom akan dihancurkan oleh api dan belerang dan menjadi ter yang menyala-nyala:
“Sungai-sungai Edom akan berubah menjadi tér, dan tanahnya menjadi belerang; negerinya akan menjadi tér yang menyala-nyala. Siang dan malam negeri itu tidak akan padam-padam, asapnya naik untuk selama-lamanya. (34:9-10).
Yudas menggambarkan nasib Sodom dan Gomora menanggung “siksaan api kekal ” (Yudas 7).
Ayat-ayat ini tidak berbicara tentang pembakaran tanpa akhir. Karena baik Sodom dan Gomora maupun Edom tidak terbakar hari ini di Yordania modern.
Namun, efek api yang menghancurkan mereka bertahan selamanya. Hal yang sama berlaku untuk api kekal dalam Wahyu; itu bukan pembakaran tanpa akhir tetapi pembakaran itu berlangsung cukup lama sampai semua unsur-unsur dosa selesai dibakar.
Para nabi Perjanjian Lama menggunakan penghancuran Sodom dan Gomora sebagai model untuk penghancurkan Babel kuno (Yes. 13:19; Yer. 50:40).
Bahasa yang sama digunakan dalam Wahyu 14 untuk menjelaskan nasib Babel akhir zaman. Bahasa ini tidak menunjuk pada pembakaran dan penderitaan kekal, tetapi pada pemusnahan total.
Mereka yang memilih untuk menyembah binatang dan patungnya dan menerima tanda binatang itu akan menerima hukuman kekal, nasibnya akan sama dengan Babilon Besar (Wahyu 19:3; 20:10).
Bahasa yang gamblang yang digunakan dalam pekabaran malaikat ketiga dimaksudkan untuk menggugah perasaan orang-orang dan menggerakkan mereka untuk berdiri teguh menghadapi penipuan akhir zaman Setan dan supaya mereka setia kepada Allah yang benar.
Ketakutan dihilangkan dengan ketakutan yang lebih besar. Karena binatang di Wahyu 13 menggunakan rasa takut untuk memaksa orang-orang di dunia memilih agama palsu dan menerima tanda binatang itu, di sini Wahyu menggunakan bahasa ketakutan yang lebih kuat untuk menghalau rasa takut itu.
Ada hal yang lebih besar untuk ditakuti: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat. 10:28).
Mereka yang menanggapi panggilan itu dan memilih Allah dapat lolos dari nasib yang dialami trinitas setan dan para pengikutnya (Wahyu 20:11-15).
Orang Kudus Akhir Zaman (Wahyu 14:12–13)
Pekabaran ketiga malaikat diakhiri dengan pernyataan positif. Itu menunjuk ke daya tahan orang kudus yang dipercaya untuk memberitakan pekabaran Injil akhir zaman (Wahyu 14:12).
“Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.”
Ini adalah orang-orang yang sama yang dibicarakan dalam Wahyu 12:17, yang menjadi sasaran kemurkaan dan serangan Iblis.
Mereka dicirikan oleh kesetiaan mereka yang tak tergoyahkan kepada Kristus dan menuruti perintah-perintah Allah.
Kata “di sini [ketekunan orang-orang kudus]” menunjukkan bahwa daya tahan mereka khususnya dalam pemberitaan Injil akhir zaman yang setia, melawan aktivitas penipuan Setan.
Orang-orang kudus ini dijanjikan bahwa, jika mereka menderita penderitaan fisik dan penganiayaan bahkan sampai mati (bdk. Wahyu 12:11), mereka akan menerima istirahat.
Mereka akan beristirahat dari pekerjaan mereka, dan perbuatan baik mereka akan mengikuti mereka.
Janji ini berlawanan dengan ancaman bagi mereka yang menyembah binatang itu dan menerima tanda binatang itu—mereka tidak akan pernah beristirahat (14:11).
Nasib kekal umat Allah dijamin dengan Kristus, yang berjanji untuk selalu menyertai mereka, sampai akhir zaman (Mat. 28:20).
Karena itu, ketekunan adalah sifat yang Allah harapkan untuk kita wujudkan.