Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Arti dan Makna ‘Berjaga-Jaga’ di Matius 24:42-44

Arti dan Makna ‘Berjaga-Jaga’ di Matius 24:42-44

“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.

Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” Matius 24:42-44.

Nasehat Yesus dalam menantikan kedatangan-Nya adalah dengan berjaga-jaga. Kata “berjaga-jaga” merupakan tema berulang dari pasal ini.

Untuk mengilustrasikan pentingnya tetap berjaga-jaga dan waspada, Yesus menyampaikan enam perumpamaan: Penjaga Rumah (Markus 13:34-37)..

Dalam Matius diringkas menjadi satu ayat (Mat. 24:42), Pemilik Rumah (ayat 43, 44). ), kemudian, Hamba yang Setia dan Tidak Setia (vs. 45–51), Sepuluh Gadis (vs. 25:1–13), Talenta (vs. 14–30), serta Domba dan Kambing (vs. 31–46 ).

Orang-orang Kristen tidak boleh menunggu kedatangan Yesus dengan harapan yang sia-sia. Kita menunggu dan berjaga-jaga..

Kita harus waspada dalam menyucikan jiwa kita sendiri dengan taat pada kebenaran, dan bersungguh-sungguh dalam bekerja untuk orang lain.

Merupakan hak istimewa bagi mereka “bukan hanya untuk menantikan tetapi untuk mempercepat datangnya hari Tuhan” (DA 633).

Ilustrasi pertama yang Yesus gunakan sebagai sikap orang percaya dalam menantikan kedatagan-Nya kedua kali adalah seperti pemilik rumah yaitu berjaga-jaga terhadap pencuri.

Kita tidak tahu kapan pencuri datang kerumah kita. Mereka bisa datang siang hari, tengah malam, atau pagi hari..

Saat mereka datang kita tidak siap, rumah kita kebobolan dan harta benda kita dikuras habis oleh pencuri tersebut..

Berjaga-jagal disini adalah secara rohani kita terbangun. Iman kita hidup.

Dalam menantikan kedatangan Yesus ada dua hal yang perlu kita hindari. Pertama, terlalu bersemangan dan kedua, acuh tak acuh atau abai. Kedua hal ini dapat mematikan iman kita.

Contohnya seperti jemaat Tesalonika. Pada zaman Paulus ada orang-orang yang terlalu bersemangat, sehingga mereka tidak bekerja dan hanya berdiam diri saja.

Kita yang menantikan Tuhan, harus tetap rajin bekerja seperti biasa. Mencari nafkah, membuat rencana, bersekolah, membangun dll. (Baca 2 Tes. 2:2; 3:12).

Mereka yang begitu bersemangat dalam menantikan Kedatangan Kristus, mereka membiarkan dunia ini menuju kehancurannya. Mereka tidak berupaya memanggil orang-orang supaya selamat..

Mereka yang menjadi begitu lalai, bahkan acuh tak acuh terhadap Kedatangan Kristus, sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan hal tersebut.

Bagi mereka dunia saat ini adalah tempat untuk hidup dan bekerja. Bagi mereka, dunia saat ini bukanlah ruang tunggu menuju dunia yang akan datang, melainkan ruang tamu untuk hidup senyaman dan sesantai mungkin.

Menjadi seorang “Advent”, yaitu seorang Kristen yang hidup dalam pengharapan Kedatangan Kristus, berarti menghindari kegembiraan berlebihan…

Kegembiraan yang berlebihan tidak baik, karena apinya akan cepat padam dan berakhir dengan kekecewaan..

Benar kita harus gembira menyambut kedatangan Tuhan, tetapi kita harus tetap bekerja, melayani dengan normal.

Seseroang pernah mengatakan, bekerjalan seolah-olah Tuhan masih lama akan datang, tetapi siap sedialah jika hari ini Tuhan datang..

Dalam hal ini kita harus “hidup bijaksana, jujur dan kehidupan yang saleh” (Titus 2:12), menjaga keseimbangan antara bekerja untuk kehidupan sendiri dan bekerja bagi keselamatan dunia ini..

Jangan sampai karena urusan hidup di dunia yang sementara ini, sehingga kita melupakan dunia yang akan datang..

Atau sebaliknya, karena terlalu memikirkan sorga, kita melupakan bekerja bagi keselamatan dunia ini. Kita perlu menjaga keseimbangan supaya kerohanian kita sehat..

Menjadi seorang yang menatikan Tuhan datang, pertama, kita hidup dengan pandangan ke depan. Beberapa orang mengagumi masa keemasan mereka masa yang lalu.

Yang lain merasa puas dengan pencapaian atau kondisi mereka saat ini. Sebaliknya, kehidupan umat Kristiani harus memandang kepada kedatangan Tuhan.

Petrus mendorong pandangan ke depan ini, dengan mengatakan: “letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.” (1 Ptr 1:13)

Hidup dengan pandangan ke depan berarti memandang kehidupan kita saat ini sebagai sebuah ziarah, sebuah perjalanan menuju tanah yang lebih baik.

Penulis kitab Ibrani mencatat bahwa Abraham dan semua orang percaya sejati di masa lalu adalah para musafir atau peziarah, yang tidak memiliki tempat tinggal permanen di bumi ini. Baca Ibrani 11:13-16.

Hidup dengan pandangan ke depan berarti menikmati kebaikan ciptaan Tuhan yang masih ada di dunia ini, sekaligus mengingat bahwa kita adalah musafir atau peziarah yang melintasi dunia ini dan melakukan perjalanan menuju Bumi Baru.

Yesus mengatakan kedatangan-Nya seperti pencuri, karena itu harus berjaga-jaga. Siap sedia. Salah satu bentuk berjaga-jaga adalah dengan memandang kedepan..

Kita mamandang kepada kedatangan Yesus yang tidak lama lagi akan datang. Sementara kita memandang, kita bekerja selagi masa ada waktu. Bekerja untuk diri sendiri dan bekerja bagi Tuhan..

Kita tidak boleh larut dalam kesenangan dan keglamouran dunia ini sehingga hati kita terikat dan terpaut kepada dunia yang sementara ini..

Berjaga-jagalah dalam iman. Yesus pasti datang!

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan