Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Apakah Perbuatan Baik untuk Memperoleh Hidup Kekal? (Matius 19:16-22)

Apakah Perbuatan Baik untuk Memperoleh Hidup Kekal? (Matius 19:16-22)

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Matius 19:16

Itu pertanyaan yang sangat penting. Banyak orang menanyakan itu juga. Jawaban atas pertanyaan itu pasti menarik. Dan sangat dinantikan.

Semua orang ingin hidup kekal, tetapi bagaimana caranya. Harus buat apa?

Pertama-tama, hidup kekal adalah kualitas keadaan hidup, kemampuan yang dianugerahkan ilahi untuk hidup terhadap Tuhan dan hal-hal dari Tuhan.

Bagi orang Yahudi, hidup kekal dilihat sebagai sesuatu yang memenuhi hati dengan harapan akan kehidupan setelah kematian.

Orang ini seorang penguasa muda. Walau status sosialnya tinggi, tetapi dia tidak mempunyai kedamaian, ketenangan, pengharapan, kepastian, dan sukacita yang diberikan Allah.

Ia menyadari kebutuhan rohaninnya, yang tidak terpenuhi melalui agama yang dia lakukan selama ini. Hidupnya sangat tidak memuaskan.

Fakta bahwa ia datang kepada Yesus di muka umum dan menanyakan pertanyaan yang bersifat pribadi, menunjukkan ketulusan orang tersebut. Artinya dia tidak sedang mencobai Yesus.

Penguasa muda ini tidak hanya mengetahui kebutuhannya namun juga sangat merasakan kebutuhan tersebut, kaarena dia sedang putus asa.

Banyak orang yang mengakui bahwa mereka tidak memiliki kehidupan kekal namun merasa tidak memerlukannya.

Mereka tidak mempunyai harapan akan kehidupan yang akan datang tetapi mereka puas dengan keadaan mereka sekarang.

Penguasa muda itu merasakan kebutuhannya begitu besar sehingga, ketika dia mendengar Yesus ada di daerahnya, dia “berlari menghampiri Dia dan berlutut di hadapan-Nya” (Markus 10:17).

Ia tidak sabar untuk bertanya kepada Guru agung ini bagaimana menemukan jawaban atas kerinduannya yang mendalam.

Ia tidak merasa malu dengan kenyataan bahwa ia dikenal dan dihormati oleh sebagian besar orang yang mengerumuni Yesus.

Ia tidak mempermasalahkan risiko kehilangan muka di mata orang-orang yang mungkin menganggapnya sudah katam secara agama dan dikaruniai Tuhan secara khusus.

Penguasa muda ini datang mencari hal yang benar yaitu kehidupan kekal. Dan dia mendatangi satu-satunya orang yang bisa memberikannya.

Yesus, yang bukan hanya jalan menuju kehidupan kekal tetapi diri-Nya sendiri adalah kehidupan itu.

“Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.” 1 Yoh 5:11

Pertanyaannya, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Kemungkian dia ia menganut sistem hukum Farisi yang mendominasi Yudaisme dan dilatih untuk berpikir bahwa melakukan hal-hal keagamaan adalah cara untuk mendapatkan perkenanan ilahi.

Ada sesuatu yang harus dilakukan seseorang untuk datang kepada Tuhan.

Poin utama dari pertanyaan ini adalah untuk menemukan cara memperoleh kehidupan kekal, dan itu adalah pertanyaan paling krusial yang dapat ditanyakan seseorang.

Dan itulah tujuan keseluruhan penginjilan yaitu untuk membawa orang-orang terhilang kepada Yesus Kristus agar mereka dapat memperoleh kehidupan kekal.

Tujuan dan makna keselamatan sebenarnya adalah untuk memberikan kehidupan kekal kepada mereka yang, karena dosa, menghadapi kematian kekal (Roma. 6:23).

Yesus menerangkan hidup kekal itu mengenal Tuhan..

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh. 17:3).

Mengenal dari kata ginosko, yaitu mengenal karena mengalami karena ada hubungan yang erat secara pribadi.

Seperti Paulus, dia tidak puas hanya sekedar tau semua data dan fakta tentang Kristus, tetapi dia merindukan untuk sampai pada titik dimana ia mengenal dan dikenal oleh Yesus secara pribadi dan dalam hubungan erat denganNya.

Banyak dari kita hanya puas sampai pada titik mengetahui tentang Kristus, tetapi tidak merindukan untuk mempunyai hubungan dengan Dia.

Kita ingin hidup kekal, tetapi kita tidak memiliki hubungan erat dengan sumber hidup kekal itu. Karena itu kita tidak akan mendapatkannya.

Kita harus mengenal Yesus sebagai kita dikenal Yesus.

Mari kita membangun hubungan yang erat dengan Yesus setiap hari melalui doa dan belajar Firman. Melakukan segala perintahnya dan menyaksikan kebaikan-Nya.

Ingin Masuk Sorga, Turuti Segala Perintah Allah

Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Matius 19:17

Indentitas penguasa muda ini disebutkan dalam beberapa injil dengan cara berbeda. Matius menyebut dia seorang pemuda (Matius 19:20). Markus 10:17 menyebut dia seorang yang berlari-lari kepada Yesus.

Lukas 18:18 menyebut Dia seorang pemimpin. Kemungkinan dia berusia antara 20-40 tahun. Dia seorang pemimpin agama dari kaum awam. Kemungkian dia seorang farisi.

Pada zaman itu di Palestina, Romawi mengijinkan mereka membentuk pemerintahan sendiri, tetapi dibawah kontrol kaisar.

Dan para pemimpin agama setempat menjalankan kepemimpinan tersebut. Kemungkinan dia adalah salah satu pemimpin wilayah di Palestina.

Karena itu secara keuangan biasanya mereka kaya..

Merespon pertanyaan dan perkataan pemimpin muda itu, Yesus berkata, “ Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?

Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah..

Disini Yesus menyelidiki lebih dalam keadaan hatinya dan menguji tujuan dan motivasinya yang sebenarnya.

Yesus nampaknya tidak terlalu bersukacita dengan pemimpin muda ini. Yesus tidak menawarkannya untuk mengikuti bible study atau KKR atau kelas baptisan..

Sebaliknyaa, Yesus membalasnya dengan mengajukan pertanyaan yang sangat membingungkan.

Dia tidak bangga dikatakan baik oleh pemimpin muda tersebut. Yesus justru bertanya balik, Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?

Yesus dapat membaca hati orang ini. Dia bertanya perbuatan baik apa yang bisa memberikan kehidupan..

Yesus menjawab bahwa hanya satu yang baik. Yesus ingin pemuda itu fokus pada Tuhan saja sebagai Yang Baik, yang kepadanya dia harus datang untuk memperoleh kehidupan kekal (19:17).

Yesus tidak menyangkal bahwa dirinya baik atau bahwa dirinya setara dengan Tuhan.

Dalam hal ini, Yesus berusaha membuat pemuda kaya itu menyadari bahwa hanya dengan memahami Tuhan sebagai kebaikan ia dapat menemukan bahwa perbuatan baik yang melampaui hukum tidak akan memperoleh kehidupan kekal.

Tulisan-tulisan Yahudi menasihati setiap orang untuk memuji Tuhan sebagai yang benar-benar baik: Demi hujan dan kabar baik ia harus berkata, ‘Berbahagialah dia, orang baik dan pelaku kebaikan’”

Lebih lanjut Yesus mengatakan, “Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Matius 19:17

Kalimat itu sangat akrab ditelinganya. Orang-orang Yahudi diajari sepanjang hidup mereka bahwa jalan menuju kehidupan adalah melalui ketaatan pada perintah-perintah Allah.

Imamat 18:5 mengatakan, “Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.”

Disini Yesus tidak sedang menuntun dia kepada kepada keselamatan oleh perbuatan. Yesus hanya mengingatkan dia kembali kepada penurutan sebagai respon iman kepada Allah.

Orang yang beriman, yang setia kepada Tuhan akan menuruti perintah Allah bukan sebagai jalan keselamatan tetapi sebagai buah keselamatan.

Kasih kepada Allah dibuktikan melalui penurutan hukum, yang mana itu terlihat dari praktek hidup setiap hari.

Artinya menuruti periintah Allah adalah sebagai tanda bahwa kita mengasihi Tuhan dan sesama. Penurutan itu penting sebagai bukti kasih.

Hanya mereka yang mengasihi Tuhan yang akan tinggal bersama Tuhan dalam kerajaan Allah. Yesus mengatakan:

“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Yoh 14:15

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri._

Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 22:37-40.

Kita akan melihat diayat selanjutnya apakah penurutan hukum oleh penguasa muda itu hanya teori kasih atau praktek kasih? Kita pelajari selanjutnya..

Menjual Harta untuk Sempurna

Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,

hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?”

Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Matius 19:18-22

Bila ingin hidup kekal, turuti segala perintah Allah..itu kata Yesus kepada penguasa muda ini. Dia menjawab perintah yang mana?

Memangnya ada berapa perintah Allah..

Untuk memperjelas Yesus mengutip beberapa perintah hukum kasih kepada sesama yaitu hukum ke 7, 8, 9 dan 5.

“Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu..

Itu bagian dari 10 hukum Allah yang terdapat di Keluaran 20:1-17. 10 hukum dibagi dalam dua bagian. Pertama kasih kepada Allah yaitu hukum 1-4 dan kasih kepada sesama, hukum 5-10.

Disini Yesus mengutip bagian dari hukum kasih kepada sesama. Yesus mengatakan, “dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kita tahu, hukum jangan membunuh memiliki makna yang dalam dan luas. Itu bukan hanya membunuh dalam arti literal, mencabut nyawa orang..

Membunuh disini termasuk Ketika kita menghina orang, memfitnah, marah tanpa alasan. Semua itu termasuk dalam hukum jangan membunuh.

Jangan berzinah juga sama, memandang perempuan dan menginginkannya sudah berzinah dalam hati. Demikian seterusnya.

Dengan sigap penguasa muda itu mengatakan bahwa, “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?”

Dia mengerti bahwa yang dimaksud Yesus adalah semua hukum Allah, termasuk perintah 1-4, karena dia memahami perintah-perintah ini sebagai perwakilan dari keseluruhan hukum.

Dan menurut pengakuannya semua sudah dia turuti secara sempurna. Karena itu dia bilang, apalagi yang kurang?

Orang muda ini seperti orang farisi dan ahli taurat, dia yakin dalam pikirannya sendiri bahwa dia telah menaati seluruh hukum Allah.

Dia berkata kepada Yesus, “Guru, semuanya ini telah kutaati sejak masa mudaku” (Markus 10:20). Pandangannya terhadap hukum sepenuhnya dangkal, dan berorientasi pada manusia.

Karena dia tidak melakukan perzinahan atau pembunuhan secara fisik, karena dia bukan pembohong atau pencuri..

Dan karena dia tidak menghujat nama Tuhan atau menyembah berhala, dia menganggap dirinya sempurna di mata Tuhan.

Bukankah kita juga sering merasa seperti orang muda ini? Kita merasa sudah sempurna dalam penurutan perintah Allah. Menurut kita sendiri..

Dan ini menarik untuk kita cermati. Penurutan seperti apa yang Tuhan inginkan dari kita..?

Dengan bertanya, “Apa yang masih kurang dari saya?” dia berpikir bahwa pasti ada perintah yang belum pernah dia dengar..

Atau sesuatu hal lain selain menaati hukum, yang diperlukan untuk memperoleh kehidupan kekal. Dalam hal ini tidak ada yang lain.

Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Pemuda ini hampir pasti pernah memberi kepada orang miskin di masa lalu, karena memberi sedekah adalah salah satu pilar kesalehan dalam Yudaisme, khususnya di kalangan orang Farisi.

Namun memberi kepada fakir miskin dilakukan dari keberlimpahan yang dimiliki seseorang. Hal ini dapat memberi seseorang rasa kebanggaan pribadi yang lebih besar.

Karena itu, bukan memberi sedekah yang dimaksud Yesus bagi dia. Karena itu sudah pasti dia lakukan..

Yesus memanggil pemuda ini untuk mengatasi kekurangan utama dalam hidupnya.

Sebab, kekayaannya telah menjadi sarananya bagi dia untuk menuju identitas pribadi, kekuasaan, tujuan, dan makna hidup. Dalam arti sebenarnya, hartanya telah menjadi tuhannya.

Oleh karena itu, Yesus memanggil dia untuk menukar dewa kekayaan dengan mengikuti Dia sebagai satu-satunya Allah yang benar.

Yesus katakan, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu..”

Kata sempurna yang digunakan ayat ini sama dengan yang digunakan untuk keselamatan.

“Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin…

Jika dia benar-benar menaati perintah untuk mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri, dia akan bersedia melakukan apa yang Yesus perintahkan sekarang.

Menaati perintah itu bukan supaya dia selamat, tetapi akan menjadi bukti bahwa ia menginginkan keselamatan di atas segalanya. Bukti apakah ia percaya kepada Yesus atau tidak.

Apakah agamanya dan kasihnya praktikal atau hanya sekedar teori belaka..

Ujian utamanya adalah apakah bersedia menaati Tuhan atau tidak. Masalah sebenarnya yang Yesus sampaikan adalah, “Maukah kamu melakukan apa yang Aku minta, apa pun yang terjadi?

Siapa yang akan menjadi Tuhan dalam hidupmu, kamu atau Aku?” Yesus menuntut untuk menjadi Tuhan, berdaulat atas hidupnya.

Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengetahui apakah orang tersebut siap menerima kedaulatan Kristus selain memintanya menyerahkan kekayaannya..

Yesus meminta dia menjual hartanya untuk melihat apa yang paling berharga dalam hidupnya. Yesus Kristus dan kehidupan kekal atau uang dan harta bendanya?

Ini akan menempatkan dia pada apa yang menjadi prioritas utama dalam hidupnya..

Bagaimana tanggapan pemuda kaya ini? Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya..

Sekarang dia tahu dan sadar bahwa Yesus telah dengan tepat menunjukkan apa yang kurang dalam hidupnya.

Harta miliknya yang banyak telah memikat hatinya, dan dia tidak bersedia menukarnya dengan Yesus.

Jadi dia pergi dengan perasaan sangat tertekan. Dia mengetahui bahwa keputusannya memiliki konsekuensi kekal.

Dia sudah tahu apa kekurangannya untuk hidup kekal, dan ketika dia ditawari hal itu oleh Yesus, dia menolak undangan untuk hidup.

Bagaimana dengan kita? Hal yang sama juga Yesus minta dari kita, yaitu menjadikan Yesus sebagai prioritas hidup kita, termasuk bersedia menukar harta termahal kita dengan menuruti perintah Yesus.

Itulah harga pemuridan. Bersedia menukar apa pun yang kita miliki demi mengikut Yesus.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan