Apakah Diperbolehkan Bercerai dengan Alasan Apa Saja?
Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?”
Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?” Matius 19:3-4
Musuh lama. Debat baru. Farisi dan Yesus. Mereka datang mencobai Yesus dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan mereka berkaitan dengan ajaran Allah.
Ini juga isu yang sensitif dikalangan mereka. Jadi pertanyaan mereka untuk menjebak dan menjatuhkan Yesus dimata orang banyak, sehingga Dia akan kehilangan popularitas-Nya.
Kali ini pertanyaan mereka sangat matang, diperhitungkan dengan cermat untuk menempatkan Yesus pada posis bertentangan dengan Musa, pemberi hukum Allah yang agung.
Pertanyaan yang mereka angkat adalah tentang perceraian.
Selama berabad-abad perceraian telah menjadi isu yang kontroversial di kalangan orang Yahudi.
Ketika perempuan diperlakukan hampir seperti barang dagangan untuk dibeli, dijual, atau diperdagangkan, perceraian pun menjadi hal biasa.
Penafsiran mereka tentang hukum Musa sangat mementingkan diri. Tujuannya untuk membenarkan nafsu mereka terhadap wanita lain..
Orang farisi menjadi pendukung utama mudahnya bercerai. Mereka dikenal karena sering menceraikan istri mereka karena alasan apa pun untuk menikahi wanita lain..
Dan mereka mengajarkan bahwa praktik tersebut tidak hanya diperbolehkan tetapi terkadang wajib.
Disisi lain terdapat golongan rabi yaitu shammai, yang tetap mempertahankan pendiriannya bahwa perceraian tidak pernah diperbolehkan dengan alasan apa pun.
Pandangan mereka sangat keras dan sempit. Bertentangan dengan pandangan farisi yang liberal. Ekstrim dan Liberal.
Yang mewakili pandangan Farisi liberal adalah Rabi Hillel, yang meninggal sekitar dua puluh tahun sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya.
Dia mengajarkan bahwa seorang laki-laki dapat menceraikan istrinya karena alasan yang sangat remeh, misalnya karena mencukur rambutnya di depan umum..
Atau karena berbicara dengan laki-laki lain dan bahkan karena membakar roti atau memasukkan terlalu banyak garam ke dalam makanan.
Bagi Rabi Hille, berbicara buruk tentang ibu mertuanya atau mandul, sudah lebih dari cukup sebagai alasan untuk bercerai.
Nah, orang farisi ini adalah penganut ajaran Hilel. Dan mereka tahu bahwa Yesus tidak setuju dengan pandangan liberal mereka tentang perceraian.
Mereka tahu ajaran Yesus, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.” Matius 5:32.
Sekarang orang Farisi ingin membenturkan dua pandangan ini dihadapan Yesus. Tujuannya untuk memancing golongan Shammai, yang tidak setuju tentang perceraian apa pun alasannya..
Pada akhirnya, mereka ingin menghancurkan Yesus. Orang-orang Farisi yang licik ini tahu betul bahwa Perea, tempat Yesus melayani, berada di bawah pemerintahan Herodes Antipas.
Ia adalah raja wilayah yang memenjarakan Yohanes Pembaptis dan akhirnya memenggal kepalanya karena mengutuk pernikahannya dengan Herodias, istri dari saudaranya Filipus (Matius 14:3-12).
Orang-orang Farisi berharap dengan pertanyaan mereka, Yesus akan mencela perceraian karena alasan apa pun..
Dengan demikian, mereka mencoba menempatkan Yesus secara terbuka untuk mengutuk hubungan perzinahan Herodes seperti yang dilakukan Yohanes..
Mereka berharap Yesus akan mengalami nasib yang sama dengan Yohanes.
Tetapi, tentu saja Yesus lebih cerdas dari mereka. Dia tahu niat jahat mereka. Karena itu lah Yesus menjawab berdasarkan apa yang tertulis dari Alkitab.
Jadi Dia mengutip teks Alkitab, “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?..”
Jawaban ini membuat Dia tidak memihak antara pandangan Shammai yang keras dan Hilel yang liberal.
Boleh jadi pandangan kita sudah liberal seperti Farisi dalam hal pernikahan. Cukup banyak orang tua maupun pasangan menikah hari ini punya pandangan seperti golongan Hillel.
Perceraian dapat dilakukan dengan mudah, apapun alasannya termasuk soal ekonomi, atau hal lainnya.
Perceraian dianggap sebagai solusi satu-satunya. Bila kita Sudah terlanjur dengan pandangan itu, mari perhatikan kembali kata-kata Yesus..
“Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?..”
Mari kita baca rencana Tuhan kepada manusia dalam hal pernikahan. Baca untuk mengerti dan menghidupkan..
Baca Juga
Penyebab Tingginya perceraian pada masa Covid 19
15 Ayat Alkitab Menjauhkan dari Perceraian
12 Kebiasaan yang bisa membawa kepada perceraian
Tidak ada Opsi Cerai
Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Matius 19:4-6
Cara paling aman. Paling benar. Paling tepat menjawab pertanyaan yang bersifat doktrin adalah dengan apa yang tertulis dalam Alkitab.
Cara itu lah yang Yesus gunakan ditengah dua pandangan yang berbeda tentang perceraian yang ditanyakan orang farisi.
Orang Farisi penganut rabi Hillel. Bagi mereka boleh menceraikan istrinya hanya untuk alasan sangat sepele. Yesus tidak memberi jawaban ya atau tidak atas pertanyaan mereka.
Yesus malah melangkah melampaui tradisi kerabian, dan bahkan lebih jauh lagi dari hukum Musa, sampai pada penciptaan manusia oleh Allah.
Pikiran mereka dituntun kepada pernikahan yang diatur dan dijamin oleh Allah, yaitu kesatuan laki-laki dan perempuan. Dan itu tertulis dalam Alkitab.
Jawaban pembuka Yesus adalah tidakkah kamu baca..kata ini teguran sarkastis tajam kepada orang farisi yang mengaku diri sebagai orang terpelajar..
Karena mereka sangat bangga akan diri sendiri sebagai orang pintar yang punya pengetahuan luas tentang kitab suci..
Intinya Yesus mengatakan bahwa mereka tidak mengerti kitab kejadian, dimana Tuhan sendiri yang menjadikan pernikahan laki-laki dan perempuan. Mereka bersatu dan tidak ada opsi perceraian. (Kejadian 1:27 dan 2:24).
Dari dua ayat yang dikutip Yesus yaitu kejadian 1:27 dan 2:24, Yesus mengemukakan empat alasan mengapa perceraian tidak pernah ada dalam rencana Tuhan.
Pertama, Dia berkata, Tuhan menciptakan mereka sejak awal. . . laki-laki dan perempuan. Dalam teks Kejadian 1:27, baik laki-laki maupun perempuan posisinya jelas..
Sehingga memberikan arti dua jenis kelamin “satu laki-laki dan satu perempuan.”
Dengan kata lain, Tuhan tidak menciptakan sekelompok laki-laki dan perempuan yang bisa memilih pasangan sesuai keinginan dan cara mereka.
Tidak ada cadangan atau ban serep. Disini tidak ada kemungkinan, untuk memiliki banyak pasangan atau pasangan bergantian.
Pada awalnya hanya ada satu laki-laki dan satu perempuan, dan karena alasan yang sangat jelas itu, perceraian dan pernikahan kembali bukanlah suatu pilihan.
Kedua, Yesus berkata, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya.”
Karena Adam dan Hawa tidak mempunyai orang tua yang harus ditinggalkan, maka meninggalkan ayah dan ibu merupakan sebuah prinsip yang diterapkan pada semua generasi mendatang.
Kata Ibrani untuk meninggalkan merujuk pada menyatukan benda-benda dan sering digunakan untuk melambangkan perekatan atau penyemenan.
Gagasan tentang ikatan yang erat dan keterkaitan terlihat dalam kata Ibrani modern untuk pernikahan, kiddushin..
Sebuah kata yang berkaitan erat dengan istilah suci dan dikuduskan, yang mempunyai arti dasar: dipisahkan dan dikuduskan.
Kata pernikahan yang bermakna ini dengan indahnya mengungkapkan kesucian suami istri terhadap satu sama lain dan juga kepada Tuhan.
Pernikahan sebagaimana yang selalu dikehendaki Allah melibatkan komitmen dan pengabdian total suami dan istri satu sama lain..
Alasan ketiga yang Yesus berikan bahwa perceraian tidak ada dalam rencana Allah adalah, dalam pernikahan, keduanya . . . menjadi satu daging.
Yesus melanjutkan, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu..”
Oleh karena itu, mereka tidak dapat dibagi dan tidak dapat dipisahkan, kecuali melalui kematian.
Di mata Tuhan mereka menjadi satu, satu dalam pikiran dan jiwa, dalam tujuan dan arah, dalam emosi dan kemauan.
Ketika mereka mempunyai anak, itu menjadi lambang dan demonstrasi sempurna dari kesatuan mereka..
Karena anak itu adalah produk unik dari penyatuan dua orang menjadi satu daging dan membawa gabungan ciri-ciri dari kedua orang tuanya.
Alasan keempat yang Yesus berikan bahwa perceraian tidak sesuai dengan rancangan Allah yang sempurna adalah bahwa pernikahan adalah Lembaga Ilahi.
Pernikahan sebagai institusi Tuhan dan perbuatan Tuhan, terlepas dari bagaimana manusia merusaknya dan menyangkal atau mengabaikan peran-Nya di dalamnya.
Menghancurkan sebuah pernikahan berarti menghancurkan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah,” Yesus memperingatkan, “tidak boleh diceraikan manusia.”
Maksud Yesus adalah bahwa pernikahan selalu merupakan pekerjaan Tuhan, sedangkan perceraian selalu merupakan pekerjaan manusia..
Dan tidak ada manusia mana pun yang berhak memisahkan apa yang telah dipersatukan oleh Allah.
Suami dan istri kafir yang bercerai pasti melanggar hukum Allah sama seperti orang percaya yang bercerai.
Pada hakikatnya, setiap pernikahan ditetapkan oleh Tuhan, sementara perceraian adalah usaha manusia merusak tatanan Allah.
Meskipun Yesus hanya menyebutkan Kejadian 1:27 dan 2:24, tetapi Perjanjian Lama penuh dengan ajaran tentang kesucian ilahi dan kelanggengan pernikahan.
Dua dari Sepuluh Perintah Allah menentang perzinahan secara fisik (Kel. 20:14) dan perintah yang melarang mengingini istri sesama (ay.17), yang merupakan tindakan perzinahan secara pikiran.
Poinnya, tidak ada perceraian dalam rancangan Allah dalam pernikahan. Munculnya perceraian dikemudian hari bukan datang dari Tuhan.